3e

290 20 0
                                    

Mengingat alur yang terjadi sekarang, aku jadi ingin memberikan saran untuk jalan tengah. Seusai menarik nafas dalam-dalam, aku berupaya untuk menarik perhatian semuanya.

"Udahlah. Mending kita udahin aja deh. Lagian kalungnya kan udah ketemu."

Kemarahan Mia terlihat masih belum bisa terbendung.

"Lah, nggak bisa gitu dong!"

Daripada menyaksikan ekspresi menyebalkan Mia, aku beralih menatap Gio sembari memberikan sinyal meminta bantuan. Untungnya Gio memahami isyaratku tersebut. Dia menghela nafas berat sebelum memberikan dukungan padaku.

"Dian bener. Mending kita udahin aja."

"Tapi kan, Gio, ini udah jelas-jelas si Elena--"

"Daripada debat-debat kayak gini, mending kita udahin aja. Intinya kan kalungmu udah balik. Siapapun pelakunya, udah lah, dimaafin aja."

"Gak bisa gitu dong! Elena kan-"

"Udahlah, Mia. Udah. Please."

Kata-kata Mia seolah tertahan. Dia mendecih, kemudian bersuara setelah sempat menghela nafas dengan begitu beratnya.

"Ah, udah lah! Bodo! Sana! bubar! Bubar!"

Sesuai dengan perintahnya, para murid yang tadinya bergerombol pun mulai membubarkan diri. Mia menatap tajam Elena. Perasaan bencinya bisa dirasakan dengan mudahnya. Sialnya, dia juga menatapku dengan tatapan yang sama.

Mengindahkan hal itu, aku mendekati Gio, berniat mengucapkan terima kasih. Sejak dulu Mia memang terlihat lemah jika berhadapan dengan Gio. Jika dia tengah berdebat dengan seseorang, Gio selalu berhasil menjinakkannya. Tunggu dulu, bukankah berarti hanya ada satu kesimpulan mengenai hal tersebut?

"Makasih ya, udah mau ngebantuin."

"Hn. Biar aku selesein secara pribadi."

"Secara pribadi?"

Gio menatap pilu ke arah Elena.

"Aku masih yakin kalau pelakunya adalah Elena."

__________
. Baca bagian 4c

Butterfly Effect: StealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang