4a

365 29 6
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian itu. Elena dilaporkan ke guru BK. Orangtuanya dipanggil perihal hal tersebut. Tampaknya tidak ada hukuman berat yang diberikan pihak guru. Tetapi hukuman yang lebih mengerikan tidak bisa dihindari, yakni hukuman sosial.

Kabar mengenai peristiwa pencurian itu telah tersebar di sekolah ini. Elena menjadi sasaran desas-desus negatif. Mia bahkan seringkali melakukan tindakan jahil kepada Elena. Ah, malahan aku pikir perbuatannya seringkali sudah lebih dari sekedar jahil. Sayangnya, kebanyakan murid di kelasku tidak ada yang menegur perbuatan tersebut.

Melihat air muka Elena yang kian hari kian memucat, rasanya aku tidak bisa tinggal diam saja. Aku dan Gio sempat menahan Mia untuk tidak melakukan tindakan yang lebih jauh. Namun sepertinya dia tak begitu mendengarkannya.

Yah, semuanya terjadi karena kesalahan di masa lalu. Huh, aku harap Elena bisa tegar menghadapinya.

Sekarang masih jam pelajaran. Seperti biasa, guru yang mengajar tidak masuk dengan alasan yang sudah membuatku bosan untuk mendengarnya. Aku duduk seorang diri pada kursi panjang di luar kelasku sembari berulang kali menghela nafas berat. Ketenangan adalah apa yang ingin aku dapatkan sekarang. Aku pun menutup mata dan bersandar di tembok. Semoga saja dengan menyelami alam mimpi bisa membuatku mendapatkan ketenangan itu.

Telingaku kemudian menangkap suara-suara ramai yang agak tidak mengenakkan. Suara itu mengisyaratkan seolah ada kejadian mengejutkan yang tengah terjadi. Aku pun membuka mataku hingga mendapati sosok-sosok samar dikarenakan penglihatanku yang masih berkunang-kunang.

Begitu sumber suara tersebut melewatiku, seketika badanku merinding. Yang dikelilingi oleh mereka adalah seorang guru yang tengah menggendong Elena dengan terburu-buru. Mataku kian melebar saat melihat cairan merah membasahi baju Elena. Dapat aku lihat banyak luka sayatan yang ada di pergelangan tangannya.

"Dia menyayat nadinya di WC."

"Hidih, serem banget. Dia anak kelas dua yang nyuri itu kan?"

"Kasian bener dia."

Ini bohong, kan? Elena tidak mungkin melakukan itu. Dia tidak selemah itu. Aku yakin dia tidak selemah itu.

Kejadian itu sontak memancing teman-temanku untuk ke luar dari ruang kelas. Kini aku hanya berdiri mematung. Kedua mataku seakan tidak mampu untuk mengatup.

"Ternyata Elena berani banget buat ngelakuin itu." Yang berbicara adalah Rena. Dia kini berada di sebelahku dengan masih menatap ke arah Elena di seberang. "Kayaknya aku udah berlebihan."

Rasanya ada bagian dalam diriku yang terus-menerus menyalahkan diriku sendiri karena insiden ini. Karena seburuk apapun Elena, dia tetaplah temanku. Seharusnya aku memberinya support ketika tau kalau dia sedang tertekan.

Pada hari itu, Elena dipastikan meninggal karena bunuh diri.

__________
END

Butterfly Effect: StealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang