4b

356 27 15
                                    

Suasana ramai yang terjadi sekarang bukanlah tanpa alasan. Meskipun sedang dalam jam pelajaran, seperti biasa, sang guru hanya masuk sebentar, menyuruh mengerjakan soal tertentu, lalu keluar dengan alasan sibuk. Untuk mayoritas murid tentu ini adalah pola yang sangat menggembirakan. Mungkin ada baiknya semua guru melakukan hal yang serupa.

Aku kembali teringat akan kejadian seminggu yang lalu. Entah menurutku saja atau memang tidak ada perubahan signifikan yang terjadi sejak kejadian itu. Semuanya berjalan seperti biasa.

Memang ada desas-desus mengenai perbuatan Rio yang dinilai sudah keterlaluan, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Mungkin karena pelakunya adalah Rio. Sejak dulu preman memang sudah dicap negatif oleh orang sekitar, dan preman adalah cerminan dari dirinya.

Tetap saja Rio masih memiliki pengikut setia. Lihat, di ujung sana dia terlihat masih akrab dengan Kevin. Padahal Kevin waktu itu sama sekali tidak membela Rio. Yah, aku merasa ini salah satu bentuk kebaikhatian dari seorang Rio.

Di hadapanku sekarang ada Rena yang tengah membaca novel. Rasa bosan ini membuatku berpikir untuk memulai pembicaraan.

"Damai banget yah di sini."

Dia tertahan sejenak begitu ingin membalikkan halaman novelnya. "Iya. Semuanya nggak kayak perkiraanku."

"Perkiraanmu kayak gimana emang?"

Tiba-tiba dia menutup novelnya dan berdiri. "Sesuatu yang lebih menyenangkan."

Aku menautkan kedua alis. "Menyenangkan?"

"Aku mau ke WC dulu. Udah kebelet."

"Hooo."

Setelah tersenyum tipis, dia keluar dari kelas, seorang diri. Entah kenapa ada perasaan ganjal yang muncul dalam diriku. Aku tidak mengerti apa maksud perasaan itu dan kenapa perasaan itu bisa muncul. Hanya saja ... ah sudahlah.

Waktu kian berlalu. Keramaian di kelas ini masih terjaga sampai sekarang. Aku dengar beberapa guru ada pertemuan penting dengan pejabat daerah, dan salah satu dari guru tersebut lah yang mestinya mengajar kami di mata pelajaran selanjutnya. Sekolah ini sesuatu banget.

"Haaaa! Uang kasnya! Kok bisa ilang!?"

Teriakan itu membuatku membelalakkan mata. Aku segera beralih ke sumber suara.

"Ah, masa? Coba dicari lagi," kata Rena yang sedang memegang beberapa lembar uang.

"Aneh loh. Tadi pagi ada kok! Sumpah!"

Begitu merasakan firasat yang sangat buruk, aku segera membuka tasku dan mengorek-ngorek kantong yang ada di dalamnya. Alangkah terkejutnya aku ketika mendapati berlembar-lembar uang di sana.

Aku memutar leher dan teringat akan apa yang dikatakan Rena tadi pagi. Selagi perhatian di sekitar tertuju pada Layla sang bendahara kelas, mataku menangkap sosok Rena yang tengah melemparkan senyuman tipis.

"Pasti ada yang nyuri!"

__________
END

Butterfly Effect: StealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang