CHAPTER 5 ◆ Fighting In The Troll Market

201 8 0
                                    

          TERLIHATLAH mobil Mercedes-Benz yang sedang dikemudikan oleh seorang supir pribadi memasuki halaman depan sebuah kantor yang menjulang tinggi dengan desain yang modern. Seorang pengawal dengan sigap membukakan pintu mobil mewah tersebut, dan secara perlahan muncul sosok Victoria dengan gaya anggunnya keluar dari dalam mobil. Dia menggunakan blazer abu-abu dan kemeja putih serta dipadukan dengan pencil skirt berwarna hitam. Tak lupa juga dengan stilleto hitam yang membuat tubuhnya bertambah jenjang. Victoria terus berlenggok dengan gaya angkuh khasnya memasuki lobby kantornya. Beberapa karyawan tampak menyapanya dengan ramah dan dia hanya tersenyum tipis sebagai responnya.

          Kini sampailah Victoria di depan elevator khusus yang memang disediakan untuk dirinya. Dengan segera dia memasuki elevator tersebut seorang diri, lalu menekan tombol di panel yang ada pada samping pintu elevator untuk menuju ke lantai di mana ruang kantornya berada.

          Tiba-tiba saja ponsel pintar Victoria dengan merek terkenal dan edisi terbaru itu berbunyi yang menandakan bahwa ada sebuah pesan masuk. Dengan cepat dia mengambil ponselnya itu dari dalam tas bermerek buatan asal Prancis, lalu membuka pesan singkat tersebut. Senyumnya langsung mengembang saat melihat siapa yang telah mengirim pesan tersebut.

          Beberapa saat kemudian terdengarlah bunyi berdenting yang menandakan bahwa Victoria telah sampai ke lantai tujuannya. Kembali dengan gaya elegannya yang ditambah angkuh, Victoria berlenggak-lenggok menuju ruangannya dengan pandangan yang fokus menatap layar ponsel pintarnya itu dan tanpa memperdulikan sekitarnya. Saat hampir menuju ke ruangannya itu, tiba-tiba sang sekretaris datang menghampirinya dengan wajah panik.

          “Maaf, Nyonya Victoria. Ada seseorang yang memaksa masuk ke dalam ruangan Anda.”

          Sayangnya Victoria tak menggubris ucapan dari sang sekretaris karena masih terlalu fokus dengan ponselnya dan masuk begitu saja ke dalam ruangannya, padahal sang sekretaris sudah mengatakan berulang kali jika ada seseorang yang memaksa masuk ke dalam ruangannya.

          Saat sudah masuk ke dalam sana Victoria sempat mendongakkan kepalanya. Dahinya mengkerut melihat kursi kebesarannya tampak ada yang menduduki.

          Sosok tersebut membelakanginya dengan menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit di depannya. Lalu perlahan-lahan kursi yang ditempati oleh sosok misterius itu berputar perlahan ke arah Victoria yang hanya terdiam sambil memperhatikannya.

          Kini terlihatlah sosok misterius tersebut dengan senyum mengejeknya menatap Victoria yang hampir saja menjatuhkan ponselnya itu karena merasa shock dengan seseorang di hadapannya itu. Sosok tersebut dengan sengaja menaikkan kedua kakinya ke atas meja dengan wajah tak berdosa.

          Terdengar tawa pelan yang terkesan garing dari Victoria yang sebenarnya sangat terkejut dengan sosok tersebut yang datang secara tiba-tiba dan pastinya akan menuntut balas akibat dirinya menyadu kepada Hank Norbert gara-gara membawa mobil secara ugal-ugalan kala itu.

          “Hello, Victoria. Apa tidurmu tadi malam nyenyak?” tanya sosok misterius tersebut yang ternyata adalah Noreen seraya menyeringai menjengkelkan.

          “Tentu saja, Noreen.” jawab Victoria dengan acuh tak acuh.

          “Tapi sepertinya mimpi burukmu datang lebih awal.” Senyum mengejek Noreen tak bisa lepas dari wajahnya.

          “Tidak ada yang namanya mimpi buruk dalam hidupku karena aku selalu bermimpi indah.” balas Victoria seraya menyeringai licik dan berusaha untuk tak cepat naik darah saat berhadapan dengan si gadis tomboy nan weirdos di hadapannya ini.

Prince Nuada SilverlanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang