DENGAN jubahnya yang panjang dan terlihat menyapu lantai Nuala tampak berjalan dengan hati-hati menuju pabrik tua yang pernah menjadi tempat tinggalnya pada masa lalu. Nuala tampak memperhatikan sekitarnya dengan waspada dan berharap tak ada sosok abstral yang selalu mengikutinya seperti kemarin atau bertemu dengan kakak kembarnya.
Kini sampailah Nuala di depan pintu pabrik tua tersebut. Dia langsung memasukinya dengan hati-hati. Kembali si penjaga pintu, Chamberlain, dibuat terkejut sekaligus senang karena sang tuan putri dalam keadaan baik-baik saja dan datang kembali ke rumah mereka.
“Banphrionsa Nuala, senang bisa melihatmu kembali.” seru Chamberlain yang tampak sumringah dan langsung menghampiri Nuala.
“Senang juga bisa melihatmu, Chamberlain.” balas Nuala yang juga tersenyum senang bisa kembali ke pabrik tua ini dan bertemu lagi dengan Chamberlain maupun elf yang masih tersisa meskipun masih terngiang-ngiang dengan ulah Nuada terhadap sang ayah tepat di hadapannya, karena hal tersebut membuatnya tak ingin begitu menatap sang kakak kembarnya. Tentu saja ada rasa terluka yang ia rasakan pada waktu itu tapi ia pun tak bisa berbuat banyak.
“Apa kabarmu, Tuan Putri? Dan apa kau ingin sesuatu?” tanya Chamberlain dengan tangannya yang panjang itu selalu bergerak ketika ia berbicara.
“Aku baik-baik saja. Tidak ada yang aku inginkan, Chamberlain.” jawab Nuala, dan Chamberlain tampak mengangguk tanda mengerti. “Omong-omong, apakah ada kakakku datang ke sini?”
“Tentu saja ada, Tuan Putri. Bahkan Yang Mulia mencari keberadaan Anda.” sahut Chamberlain sehingga secara spontan Sang tuan putri sempat melirik pintu masuk dan berharap sosok yang sedang dibicarakan itu tak datang secara tiba-tiba.
“Aku mohon padamu, Chamberlain. Jika kakakku itu mencari keberadaanku, katakan padanya jangan mencari diriku lagi karena aku sedang tak ingin berjumpa dengannya.” Nuala terlihat memohon pada Chamberlain yang tampak berpikir sejenak.
“Tapi, Tuan Putri ... engkau dan Pangeran Nuada bisa saling berbagi perasaan. Bagaimana jika Pangeran tetap bersikeras untuk menemuimu?” Ada nada khawatir di kalimat yang dilontarkan oleh Chamberlain.
“Aku mohon bantuanmu untuk mengatakannya.” Nuala kembali memohon. “Maaf, Chamberlain. Tapi aku harus segera pergi.” Ia pun mulai beranjak.
“Apa Tuan Putri tak ingin lagi tinggal di sini? Setidaknya tetap bersama kami? Kita akan saling menjaga.” kata Chamberlain dengan wajah sendu.
Nuala sempat menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Chamberlain yang semakin sedih.
“Maafkan aku, tapi aku harus pergi ke suatu tempat.” Nuala pun terlihat sedih menatap semua yang ada di pabrik tua ini. “Dan tolong juga jaga baik-baik tempat ini.” Ia kembali beranjak.
“Tapi, Tuan Putri ,...” Nada sedih Chamberlain membuat Nuala kembali menghentikan langkahnya. “Tempat ini akan segera dihancurkan.”
Nuala memperlihatkan senyuman tegarnya. “Tenang saja, kalian semua akan tetap tinggal di sini.” Ia berujar penuh keyakinan.
“Banphrionsa!” panggil Chamberlain yang hanya bisa menatap punggung Nuala yang makin menjauh dan menghilang dari balik pintu.
Selang sekitar sepuluh menit Nuala pergi meninggalkan pabrik tua ini, tiba-tiba saja Nuada datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak sangar seperti siap menerkam lawan yang menantangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Nuada Silverlance
FanficSpin-Off from Prince Nuada Silverlance, son of King Balor from Bethmoora. (Adaptasi dari film Hellboy II: The Golden Army) Prince Nuada kembali bangkit dari 'tidur panjangnya' setelah tepatnya kurang lebih sekitar sepuluh tahun yang lalu dia h...