CHAPTER 12 ◈ Meeting With Elven Princesses And Princes

55 5 0
                                    

          PERTENGKARAN antara Noreen dan Blathnaid tak pernah surut. Kali ini Noreen semakin marah karena Blathnaid benar-benar memperlakukannya seperti budak. Menyuruhnya membersihkan debu-debu maupun barang-barang kotor lainnya yang ada di bangunan tua tersebut. Ibunya sendiri saja tak pernah melakukan hal seperti ini padanya.

          Noreen merasa tak sudi diperlakukan sebelah mata seperti itu. Bahkan Blathnaid tak segan-segan untuk memukulnya dan hanya memberinya satu kali makan. Blathnaid memang sudah bertindak keterlaluan. Dia memang sudah tidak waras.

          “Aku tidak mau!” Noreen meronta-ronta ketika rambutnya dijambak kuat ketika dirinya menolak membersihkan rak buku yang berdebu.

          “Itulah yang harus kau lakukan, Budak!” Blathnaid memekik keras di depan telinga Noreen.

          Suara berisik terdengar dari dalam ruangan remang-remang ini. Blathnaid yang berlaku kasar selalu mendapatkan perlawanan dari Noreen. Mereka saling menjambak lalu memukul satu sama lain. Lantai kayu di bawah mereka berderak keras. Masih dalam perlawanan sengit, secara reflek Noreen meraih sebuah vas bunga berukuran kecil dengan bunga-bunga yang sudah layu lalu memukulkannya ke kepala Blathnaid.

          “Aakh!” Blathnaid memekik keras. Ia menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Ketika melihat tangannya yang pucat berlumuran darahnya sendiri, matanya terbelalak kaget.

          “Rasakan ini, Blathnaid!” Noreen lagi-lagi memukul Blathnaid yang lengah dengan menggunakan kursi kayu kecil di dekatnya. Blathnaid langsung ambruk ke lantai. “Ya Tuhan, Blathnaid.” Mendadak saja ia menyadari apa yang telah ia lakukan. Tubuhnya bergetar campuran antara amarah dan panik. “Blathnaid, bangunlah.” Ia menggoyang-goyangkan tubuh Blathnaid yang tak sadarkan diri.

          Merasa bahwa Blathnaid tak juga sadar, akhirnya Noreen cepat-cepat beranjak pergi dari dalam ruangan remang-remang ini. Pikirnya, mungkin inilah kesempatannya untuk melarikan diri dan memberitahu pada polisi atas perbuatan buruk Blathnaid.

          Lantai gelap dan terkesan berminyak yang sedang diinjak oleh Noreen itu berderit-derit ketika dia melangkah terburu-buru mencari pintu keluar. Ternyata bangunan ini cukup besar namun sangat sendu karena remang-remang. Namun tiba-tiba dia merasa teringat sesuatu. Dia ingat ketika hari di mana dia ditahan dalam sebuah ruangan pada hari pertama. Dia mendengar Blathnaid membawa seseorang di ruangan lain, kemudian keesokan harinya dia membawa sosok tersebut ke ruangan bawah tanah setelah secara diam-diam Noreen iseng mengintip.

          Noreen memilih untuk berbalik arah sembari bertanya-tanya; siapa gerangan sosok yang diculik oleh Blathnaid itu? Dan apa tujuannya sampai menculik? Apa sosok itu juga akan menjadi budaknya? Berjalan terburu-buru menyelusuri lorong menuju ke ruang bawah tanah, Noreen berharap jika Blathnaid belum juga sadarkan diri.

          Sesampainya di ujung lorong, mata Noreen memandang liar sekeliling dan di detik kemudian dia menemukan tangga bawah tanah di antara kegelapan di dalam bangunan tua ini. Melangkah terburu-buru kembali menuju ke tangga, Noreen bisa merasakan anak tangga itu bergoyang pelan lalu berderit. Noreen menurunkan kakinya dengan penuh hati-hati. Ruangan bawah tanah terasa dingin dan remang ketika dia hampir tiba.

          “Halo, ada orang di sana?” Noreen tiba dan bergerak penuh hati-hati menyelusuri ruangan.

          Sesuatu bergerak di ujung sana dan berada di dekat tirai putih yang kotor. Pelan-pelan Noreen melangkah mendekati sosok yang menggunakan jubah kelabu serta menutup kepala. Tangan dan kakinya terikat erat. Dia bergerak liar dengan ketakutan.

Prince Nuada SilverlanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang