Sudah capek,setiap kali pulang ke rumah ingin pria itu menutup kedua telinganya mendengar teriakan dua orang didepannya yang bertengkar karena masalah sepele.Dua orang yang yang sampai saat ini masih ia puji,Dua orang yang melindunginya sampai sekarang.Tapi,cukup beberapa tahun belakangan hal itu mulai sinar.Rasa hampa selalu menyelimuti hatinya.
“Cukup!!saya capek.Bisakah kalian berdua diam??”Sentak Devin agar perkelahian kedua insan didepannya terhenti.
“Beraninya kamu.Sana kerjakan tugas sekolah kamu dan jangan ikut campur masalah orang tua.”Teriak laki-laki paruh baya yang notabene ayahnya sendiri.
“saya capek.Saya,Kak Bastian dan Ridwan sudah bosan dengan teriakan dan makian kalian.”Kini Devin mulai berucap lagi dan...
-Plakkkk-
Satu tamparan tepat mendarat dipipi kanan cowok berbehel itu.
“Inikah hadiah yang saya terima dari seorang ayah.”Ucap Devin yang nampak memegangi pipinya yang kemerahan.
“Diam!!kamu itu masih kecil.Belum mengerti,sana pergi ke kamar kamu!!”
****
Ucapan Ayahnya Masih cukup terngiang dikepalanya,sampai saat ini.Walau sudah hilang rasa sakit pada pipi kanannya.Tapi sakit hatinya masih sama malahan semakin sakit.
“Sudah-lah.Jangan urusin mereka.”Kata Bastian,Kakaknya yang ber-usia berbeda 1,5 tahun darinya.
“Kenapa mereka masih memaksakan bersama.Jika mereka saling benci lebih baik berpisah saja.”Kata Devin yang mulai menitihkan air matanya lagi.
“kau ingin mereka benar-benar berpisah?”Tanya Bastian kepada adik pertamanya itu.
“iya.”
“jika mereka berpisah,kau ikut siapa??”Pertanyaan Bastian benar-benar membulatkan sempurna mata Devin.
“Tidak tahu,Aku sayang mereka berdua.Tapi,aku tidak suka dengan sifat mereka.Aku tidak suka melihat mama menangis.Aku juga tidak suka melihat Ayah marah.”Ucapan dari mulut Devin itu membuat Bastian ikut dalam suasana kesedihannya.
Sedangkan Ridwan hanya melihat kedua kakaknya dari balik pintu,ia menangis sejadinya.Ia sangat tahu perasaan mereka.Meski kelihatan tegar,mereka berdua juga manusia.Sakit jika hatinya terluka.
Bastian membuka pintu kayu kamar Devin itu,ia melihat adik bungsunya sedang menangis.
“sudah lama kamu disini??”Tanya Bastian membuat Ridwan segera mengapus air matanya.
“Baru saja.”
“kamu dengar pembicaran ku dengan Devin??”Tanya Bastian lagi yang mendapat anggukan dari adik bungsunya.
“iya.”
“Jangan hapus air mata itu.Menangis bukan berarti kau cengeng.Luapkan rasa sesakmu Rid.”Ucap Bastian dan segera pergi meninggalkan ambang pintu kamar itu.
Ridwan hanya melihat kakak sulungnya menjauh darinya.Apakah pantas jika ia menangis sekarang.Ia harus tegar agar tidak menjadi beban kedua kakaknya itu.
****
-SMA Megantara-
“Lo jangan gitu.Cemberut mulu.”Ucap Alif teman sebangku Devin yang usianya tak beda jauh dari dirinya.
“Lo apansih Lif.Sok perhatian banget sama gue.”
“Idih lo diperhatiin salah sicuekin salah.Maunya diapain sih??”Kata Alif pada sahabat karibnya itu agak kencang, memang jam pelajaran kali ini sedang kosong.
![](https://img.wattpad.com/cover/124619849-288-k336686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodius Voice(HIATUS)
Teen FictionSuara katakan semua kegelisahanku. Suara ceritakan semua kisahku. Benar-benar susah untuk menghapus luka dan semua kegundahan hati dan pikiranku.Sulit menahan semua rasa sesak dan sakit dalam dada ku.Dimana tak ada satu tempatpun untuk ku menaungkan...