Part 4

677 53 14
                                    

****
Devin kini sedang berjalan menuju gedung kelasnya.Pagi tadi ia sedikit terlambat.Tapi siapakah yang berani menghukumnya.Tidak seorang-pun mau.

Ia melihat gedung pertama disisi jalannya.Gedung berwarna nila yang sangat cerah hampir saja menyilaukan matanya.

Sesaat menatap kelantai dua.Ada sesuatu yang menarik perhatiannya,Seorang gadis cantik yang sedang tersenyum ke-arah lapangan basket.

"Marsha."Lirihnya dengan senyum merekah sempurna.

Devin hanya menatap gadis itu sekilas,lalu berjalan lagi.Sampai pada ruang guru gedung pertama,ia berhenti karena seseorang memanggilnya.

"Devin "

Ia berhenti seketika.Dan menoleh kebelakang.

"Om Rendra."Sapanya pada seorang guru beberapa tahun lebih tua dari usia ayahnya.

"Ngapain disini?"Tanya Om Rendra ramah.

"Oh Devin telat.Gerbang gedung tiga udah ditutup.Jadi,Devin lewat gerbang gedung utama aja."Ucap Devin memperjelas alasannya.

"Oh begitu,tak mau jalan-jalan dulu disekitar sini.Kali-kali ada yang menarik untuk mu."Tawar om Rendra.Devin hanya berpikir diam beberapa sekon.Dan kemudian tersenyum tipis....

"Boleh om."

Setelah mendapat izin dari om Rendra yang notabene salah satu pengurus gedung utama.Devin bergegas berbalik arah.Dan menaiki tangga hingga kelantai dua.

"Marsha."sapanya setelah menemui gadis yang ia lihat tadi.

"Kak Devin.Ngapain disini?"

"Mau,ketemu kamu."

"Buat?"Tanya gadis itu ter-heran.

"Emm Buat...Buat...tanya soal...."Devin gugup tak jelas semakin membuat Marsha bingung.

"Soal...Sosiologi."Devin menepuk keras jidatnya.Ia berpikir,Kenapa ia bodoh sekali didepan seorang wanita.sejak kapan anak Mipa ada sosiologi.

"Kak Devin ada-ada aja mana mungkin Marsha ngerti soal sosiologi."

"Em..em maksud gue Biologi....Sama-sama ada logi-loginya gitu.Marsha gak ada pelajaran kok diluar?"Ucap Devin mengalihkan pusat pembicaraan agar tidak terlihat kikuk lagi.

"Lagi ada seleksi basket buat lomba antar jurusan.Jadi jam kosong.mau nonton?"Ajak Marsha,Devin langsung saja mengikutinya hingga kelantai dasar tepatnya pada lapangan basket tepat dibawahnya.

Devin berjalan dengan Marsha disetiap lorong hingga pada tujuan-nya.Tak ada yang tahu kalau Devin bukan salah satu dari mereka.Karena semua seragamnya sama.Tepat,hari ini masih memakai osis,bukan seragam identitas yang coraknya berbeda.Mungkin hanya beberapa orang yang tahu kalau Devin adalah anak gedung tiga.

"Makasih udah tolongin Marsha tempo hari."

"Gak masalah.Gue ikhlas."Devin tertawa kecil,jarang dia bisa bicara manis dengan orang lain.Kecuali teman-temannya,Ruth dan saudaranya.

Marsha berbeda menurut Devin.Ia dulu tidak suka dengan gadis manis yang kebanyakan hanya anak manja.Tapi,sejak malam itu ingatannya tidak bisa lepas dari gadis berambut panjang ini.

"Itu Ridwan."Tunjuk Marsha pada seorang laki-laki berperawakan tinggi yang sedang melakukan re-bound.

"Ia pasti akan ikut ke pertandingan utama."Ceplos Marsha membuat rasa sengan terhadap Devin.

Devin menoleh kanan dan kiri Banyak sekali gadis-gadis meneriaki semangat adiknya itu.Jika diingat mungkin Devin tidak pernah merasa begitu.

"Lo kenal?"Tanya Devin pura-pura tidak mengenal sosok Ridwan.

Melodius Voice(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang