9

7 0 0
                                    

Azril pov

Hari ini sabtu, biasanya aku akan menjemput Naya dan mengantarnya pulang, tapi hari ini dia bilang, ayahnya yang akan menjemput Naya pulang.

Ya,, satu bulan lagi, satu bulan lagi aku akan menikah dengan Naya, memang aku belum membeli perlengkapan mahar kalau kata orang jawa daerah kami namanya 'peningset'. Yang isinya baju, sandal, dalaman, kosmetik, dan bisanya juga ada jarik dan stagen. Entahlah apa fungsinya, namun ini tradisi kami. Aku juga belum menanyakan kepada Naya mahar apa yang ia inginkan.

Minggu besok, aku berencana mengajak Naya untuk membeli semua peralatan peningset. Aku belum cerita? Selain menjadi guru, aku juga punya usaha sampingan, yaitu jual beli mobil bersama sahabatku, memang jarang sekali, namun ya hasilnya lumayan untuk tabungan. Sekaranglah waktunya aku mengeluarkan tabungan itu.

Aku berbaring di atas kasur sambil senyum-senyum sendiri, kenapa? Entahlah aku juga bingung.

Drrt drttt drrtt drttt

Kuambil smartphone ku, tertera nama Naya disana, kugeser layar ke tombol hijau lalu kutempelkan ketelingaku

"Assalamualaikum Nay"

Namun aku tidak mendapat jawaban yang kudengar hanya isak tangis

"Nay, kenapa?"aku bingung

"Mas" akhirnya kudengar suara ditengah isakanya

"Iya Nay, kamu kenapa?"

"Mas bisa kerumah sekarang?" tetap terisak

"Ada apa? Kenapa kamu menangis Nay?"

"Hiks hiks, bapak mas, bapak meninggal dunia, hiks hiks"

Aku kaget mendengar kabar itu. Segera aku mengirim pesan kepada om Dani dan segera mengganti bajuku, menyambar dompet dan kunci mobilku,

"Yah,,,"

"Kenapa ril"

"Yah, pak Nanda meninggal dunia yah, kita harus kesana sekarang"

Aku dan ayah segera melaju kerumah Naya. Ah, rasanya aku tidak percaya, tapi kenapa? Aku tidak tahu penyebabnya.

Pov end

Azril dan ayahnya telah sampai dirumah Naya, benar mereka sedang berduka, Azril masuk kedalam rumah Naya. Dilihatnya pak Nanda telah terbujur kaku. Naya, Luna dan bu Ana, berpelukan, mereka menangis, tidak ada kata yang mereka ucapkan, mereka hanya bisa menangis, pandangan Azril dan Naya bertemu, sayu, seakan Naya ingin menceritakan semua dukanya kepada Azril.

Azril duduk di depan jenazah pak Nanda, mengambil Al-quran dan membacakan ayat-ayat al-quran dihadapan tubuh pak Nanda. Seolah mengucapkan salam perpisahan kepada calon ayah mertuanya.

Tampak ayah Azril,Pak Dani dan beberapa orang berbicara dengan serius, entah apa yang mereka bicarakan, Azril hanya menoleh sejenak.

Seorang bersuara
"Bu, ini sudah Ashar, kita sholat dulu selepas ini kita mandikan jenazah dan kita kebumikan, kasian bapak jika menunggu terlalu lama"

Tidak ada kata yang keluar dari bu Ana, Naya ataupun Luna, hanya anggukan kecil dan isakan yang terdengar.

Selepas ashar, jasad pak Nanda telah siap untuk dikebumikan,

"Bapak dan ibu semuanya, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan" ucap seseorang

"Ini adalah pak Hadi, ia adalah calon mertua Nak Naya, baru saya ketahui, bahwa Naya dan calon suaminya, nak Azril akan menikah satu bulan lagi"

"Yah, apa maksutnya" tanya Azril

"Ini tradisi kita ril"

"Tradisi apa yah? Azril gak ngerti"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan (Salah) CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang