Chapter Four - Khawatir

285 13 4
                                    

"Ada saat dimana gue emang harus mengikhlaskan sesuatu yang mustahil buat gue miliki. Bukan gue ga cinta lagi tapi kebahagiaan dia bukan ada pada diri gue." - Assyfa Valentina Putri

***

Malam ini terlihat Arfa seorang diri di balkon kamarnya sedang duduk dengan pandangannya lurus kedepan. Entah kenapa setelah mengirim pesan terakhir kepada Assyfa tadi perasaanya jadi tidak enak, ia juga merasakan sesuatu terjadi pada Assyfa. Arfa gelisah memikirkan hal ini, ingin sekali dia menghubungi sahabatnya untuk mengetahui keadaanya. Namun disisi lain dia juga tak ingin membuat hubungan Assyfa dan pacarnya jadi kacau karna Arfa yang terus menghubungi Assyfa.

"Fafa lo baik-baik aja kan disana? Gue harap begitu fa... perasaan gue dari tadi ga enak tentang lo." ucap Arfa lirih sambil melihat foto dia yang sedang menggendong Assyfa.

Disisi lain Reynard baru saja membuka pintu kamar Assyfa untuk mengajaknya makan bersama di luar. Namun alangkah terkejutnya Reynard ketika mengetahui Assyfa tergeletak diatas tempat tidur dengan darah yang berada dihidungnya.

"Syfaaaaaaaaa" Reynard berteriak lalu menghampiri Assyfa dan memangku kepala Assyfa

"Fa, syfa bangun fa. Fa hei bangun." ucap Reynard sambil menepuk pipi Assyfa. Dengan sigap Reynard mengangkat tubuh Assyfa dan menggendongnya keluar kamar.

"Ma.. mamaaaaaa.. paa.. paapa..." teriak Reynard memanggil orang tuanya dengan menuruin anak tangga. Mendengar teriakan anaknya, Gisca dan Gean keluar kamar bersamaan.

"Astaga reyyy malam-malam kamu ke... ya tuhan Syfa. Rey, Syfa kenapa?" ucap Gisca terpotong karena melihat Assyfa dalam gendongan anaknya dengan kondisi tidak sadar.

"Rey gak tau ma, pas Rey masuk kamar Syfa ternyata Syfanya udah ga sadar dan mimisan. Padahal niat Rey tadi mau ngajak dia makan diluar sekalian jalan-jalan." jawab Reynard dengan mengatur nafasnya.

"Yasudah ayo buruan kita bawa kerumah sakit" kata Gean dengan mengambil kunci mobilnya dimeja.

Dengan segera keluarga itu membawa Assyfa kerumah sakit. Sesampainya disana Syfa langsung mendapatkan penanganan instensif dari pihak medis. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dokterpun keluar dari ruangan UGD.

"Dok bagaimana keadaan keponakan saya?" tanya Gisca dengan nada khawatir

"Kondisi keponakan anda sangat kritis nyonya, terlihat dari cityscan yang kami ambil. Kanker di otak Assyfa sudah mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, jadi kami sarankan supaya Assyfa dikemo untuk memperlambat perkembangan kerja Kanker tersebut." ucap dokter Reisa menjelaskan tentang kondisi Assyfa.

"Lakukan yang terbaik untuk keponakan saya dok, lakukan apapun asal dia sembuh." kata Gisca dengan meneteskan air mata.

Melihat sang mama menangis, Reynard memeluk sang mama untuk menenangkannya.

"Ma dont crying, everything be will fine ma. Syfa akan sembuh." ucap Reynard pada sang mama, sang mama hanya menangis dipelukannya.

"Lakukan dok asal Syfa sembuh" ucap Gean pada dokter Reisa

"Baiklah tuan kami akan segera melakukan persiapan kemo, tapi sebelum itu silahkan ikut saya untuk menjelaskan beberapa resikonya dan menandatangani persetujuan kemo." ucap dokter Reisa pada Gean.

Gean hanya mengangguk dan mengikuti dokter Reisa menuju ruangannya.

"Fa, gue yakin lo pasti bisa melawan penyakit ini Fa." ucap Reynard dalam hati sambil melihat syfa dari kaca luar.

***

Sejak tadi Arfa belum juga bisa memejamkan matanya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 02.00 AM. Arfa berbolak balik kearah kanan ataupun kiri mencoba mencari posisi yang nyaman.

Antara Cinta dan PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang