Chapter Seven - Kepulihan Assyfa

240 11 1
                                    

"Rindu ku semakin besar, bahkan belum sempat untuk terobati. Tetapi mengapa rasa takut 'Kehilangan' yang saat ini lebih dominan aku rasakan?" - Assyfa Valentina Putri

***

Matahari memunculkan sinarnya dari arah timur, pertanda jika pagi telah menyapa. Burung - burung berkicau dengan nyaringnya menyambut datangnya hari yang cerah ini. Seperti suasana di dalam ruang serba putih dan bau obat - obatan yang sangat khas, akhirnya mereka kembali berbahagia. Sudah 1 minggu ini Assyfa telah bangun dari komanya, bahkan keadaannya juga perlahan mulai membaik. Awalnya mereka sudah hampir menyerah karena kondisi Assyfa yang semakin memburuk, tetapi Allah berkehendak lain. Setelah dimana keadaan Assyfa yang benar - benar kritis, keajaiban datang menghampirinya.

"Mami" panggil Assyfa pelan

"Iya sayang" sahut Ina sambil menatap anaknya dan tersenyum

"Em.. Syfa boleh nanya?" tanya Assyfa masih dengan nada pelan

Ina terkekeh melihat sikap anaknya yang seperti itu, "Yaampun kamu ini kaya sama siapa aja. Kalau mau nanya sama mami ya tinggal nanya aja sih sayang." ucapnya lalu kembali terkekeh

Assyfa menyengir mendengar jawaban maminya, "Mami, papi, om Andra sama tante Agatha ga balik lagi ke Jakarta?" tanya Assyfa pada akhirnya

"Kenapa emangnya?" tanya Mami Ina

"Ya gapapa sih nanya aja mi hehe" jawab Assyfa

Mami Ina mengangguk, "Kita pasti balik ke Jakarta kok sayang tapi nunggu mami siap jauh dari kamu lagi kayaknya." ucap Mami Ina tertsenyum

"Ah mami mah mana siap jauh dari Syfa kalau bukan Syfa yang maksa." ucap Assyfa menatap maminya sembari terkekeh

Mami Ina tertawa mendengar ucapan dari anaknya itu. Lalu ia pun beranjak dari kursinya dan kembali duduk di brangkar sebelah Assyfa dan memeluknya. Assyfa balas memeluk Ina lebih erat lagi, saat mereka sedang asik berpelukan. Pintu ruangan Assyfa terbuka, masuklah Andra, Agatha, Genta dan Reynard, mereka yang melihat Ina serta Assyfa berpelukan lantas tersenyum bahagia. Sedang Assyfa dan Ina yang menyadari kedatangan mereka dengan segera mengurai pelukan.

"Duh mau dong di peluk kaya gitu" ucap Reynard setelah melihat adegan pelukan antara anak dan ibu

"Sana minta peluk si Joe" ucap Assyfa tersenyum meledek

Reynard mendengus sebal, "Kok jadi pengen nimpuk lo ya" ucapnya sembari berjalan kearah brangkar Assyfa

"Ya sayangnya bodoamad gue" ucap Assyfa dengan entengnya

"Wah nantangin nih?" tanya Reynard menaik turunkan alisnya

"Sok ganteng banget astagfirullah" ucap Assyfa sembari mengusap pelan wajahnya

"Gue emang ganteng dari lahir kali" ucap Reynard dengan pedenya dan duduk tepat di hadapan Assyfa

"Iya ganteng kaya yang biasanya bergelantungan di pohon" ucap Assyfa menahan tawanya

Setelah itu beranjak dari brangkar dan menghampiri orang tuanya, yang duduk disofa tak jauh dari brangkarnya bersama orang tua Arfa.

Reynard sedikit berfikir maksud dari perkataan Assyfa, saat ia mulai paham lalu menatap kearah Assyfa dengan pandangan kesal. Assyfa langsung terbahak melihat ekspresi Reynard, begitu juga mereka yang melihat Reynard tidak bisa untuk menahan tawanya. Reynard semakin kesal karena ia ditertawakan oleh tante dan omnya serta orang tua Arfa.

"Sudah - sudah jangan ketawa terus, kasihan Reynard tuh mukanya udah kaya gitu." ucap Genta menengahi

Semua pun perlahan mulai meredakan tawanya, sedang Assyfa masih belum juga berhenti tertawa. Assyfa memang suka sekali menjahili Reynard, begitu juga sebaliknya. Sifat mereka juga tidak jauh beda, sama - sama menyebalkan. Melihat Assyfa yang tak kunjung meredakan tawanya, Reynard hanya mampu mendengus kesal.

Antara Cinta dan PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang