Sejak malam itu, Jiwa selalu saja melintas dalam kehidupan Bayang, Entah dalam nyatanya entah dalam lelapnya. Sebaliknya, Bayang selalu menghiasi dalam kehidupan Jiwa, entah mewarnai harinya maupun menghiasi lelapnya.
Keesokan harinya, Jiwa memulai menulis sebuah surat yang dimana ia gurat makna-makna perasaannya terhadap Bayang. Memang, ia tak pandai berkata-kata saat bertatap dengan Bayang. Namun, karena itulah Jiwa memulai untuk menulis surat pertama teruntukan Bayang.
Namun kenyataannya, ketika Jiwa ingin memberikan surat pertamanya tersebut, perasaan takut yang dalam menghatui Jiwa. Rasa ketakutan untuk kehilangan sesosok Bayang dalam hidupnya sangatlah kuat, bahkan ia hanya mampu membendung rasa takutnya untuk waktu yang cukup lama.
Keesokan harinya, Jiwa bertemu dengan Jingga. Jingga adalah salah satu teman Bayang yang kebetulan pada dasarnya Jiwa selalu berkeluh kesah dengan Jingga tersebut. Hingga satu ketika Jiwa mencurahkan perasaan yang ia rasakan terhadap bayang tersebut kepada Jingga.
"Menurut kamu, aku harus seperti apa dihadapannya?" tanya Jiwa terhadap Jingga
"Hahaha, pertanyaan seperti itu mencerminkan betapa bodohnya kamu Jiwa," timpal Jingga dengan ledekannya
"Lantas seperti apa? Mengapa harus dikatakan bodoh? Sementara akupun masih bertanya-tanya," Ujar Jiwa
"Gampang Jiwa, kalo kamu memang mencintai dia, jangan pernah kecewakan dia. Jadilah dirimu yang apa adanya, jangan juga menjadi Jiwa yang lain," Jawab JinggaSemenjak perkataan Jingga itu, Jiwa sadar bahwa untuk mengungkapkan isi hatinya tak perlu untuk menjadi Jiwa yang lain, cukuplah menjadi Jiwa, Jiwa yang dikenal Bayang. Mungkin dizaman modern ini Jiwa bisa saja mengungkapkan hatinya melalui whattaps ataupun account line. Namun, inilah Jiwa. Guratan hatinya yang ia tulis saat itu adalah jalan yang ia pilih untuk mengatakan apa yang ia rasakan.
Seusai kelas sore yang mereka tempuh, akhirnya Jiwa meyakinkan diri, bahwa cukup dengan melakukan hal yang sederhana namun miliki kesan yang berarti.
Jiwa dengan Bayang saat itupun pulang bersama. Namun, ketika orang lain berlomba-lomba untuk menampilkan keadaannya, Jiwa tetap percaya diri dengan penampilannya.
Sepanjang jalan Jiwa dan Bayang saling bercanda gurau bahkan bagi mereka terlihat kecilnya dunia ini yang mereka rasakan. Hal itu pun terlihat tak sadar ketika Jiwa menatap bahwa senyuman Bayang yang ia curahkan itu adalah kebahagiaan yang ia rasakan.
Sesampainya dirumah kost Bayang, Jiwa pun mengeluarkan guratan kecil yang ia siapkan sejak lama itu untuk Bayang. Jiwa yang tak banyak berkata, Bayang yang tak mengerti, membuat mereka serasa di dunia barunya.
"Bayang, tunggu dulu. Ada satu hal yang tertinggal," ujar Jiwa.
"Kenapa Jiwa?" Jawab Bayang.
"Ini Bayang," sambil memberikan suratnya.
"Surat? Hmmm okay, nanti aku baca. Makasih untuk suratnya Jiwa," Balas Bayang dengan senyumannya.Setelah itu Jiwa pun pergi meninggalkan Bayang, dan sebaliknya dengan Bayang. Bayang masih saja tertegun dengan perasaan tak mengerti mengapa surat tersebut hanya berisikan kata-kata tak seberapa harganya, namun sangat berarti dalam kehidupan Bayang. Rasanya Bayang pun mulai merasakan hal yang sama terhadap Jiwa.
Setelah lama sekali Bayang tertegun dengan menatap surat pemberian Jiwa tersebut. Bayang pun langsung berkata dalam hatinya.
"Terima kasih Jiwa untuk surat pertamamu, kutunggu suratmu yang lain," dengan tersenyum yang bayang pancarkan.
Sebaliknya dengan jiwa yang telah berjalan menjauh dari tempat itu, Jiwa berkata dalam hatinya.
"Betapa indahnya setiap lengkung senyum yang tersirat dalam bibirmu itu, betapa indahnya dalam hariku. Terima kasih Bayang, telah memberikan sebuah kesempatan indah ini, "Guman dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/127595728-288-k713487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang
Teen FictionBayang adalah seorang wanita yang Jiwa temui dalam lelapnya, suatu ketika ia pun bertemu Bayang dengan waktu singkat, memang pada awalnya Jiwa tak mengerti mengapa hal tersebut bisa terjadi. Namun pertemuan tersebut membuat Jiwa semakin terpikat ole...