Bersama Rintihan Hati

46 1 2
                                        

 Satu ketika, Jiwa mulai menampakan keseriusannya bahwa ia benar-benar mencintai Bayang semenjak harinya bersama Bayang yang selalu mereka lewati bersama.

Hari ke hari Jiwa semakin bahagia ketika harinya selalu dihiasi sesosok Bayang yang mewarnai ruang waktunya. Bahkan jiwa selalu terkenang disaat Bayang memeluk Jiwa ketika Bayang ketakutan akan hewan yang tak ia sukai.

Pada pagi itu, Bayang dengan Jiwa olahraga lari kecil bersama, betapa indahnya pagi itu yang mereka rasakan. Bahkan, Bayang yang berpenampilan sederhana pun mampu terlihat anggun dimata Jiwa pada waktu itu.

Saat mereka lari pagi bersama, Jiwa dan Bayang terlihat sangat menikmati suasana pagi yang indah itu. Udara segar, embun pagi, matahari terbit, hingga moment-moment sederhana yang mereka lakukan bersama, hal itu membuat ruang waktunya nampak berkesan.

Keesokannya, Jiwa bertemu Resah yang kebetulan mereka telah saling kenal. Ditambah lagi, Resah adalah sahabat dekat Bayang dikelasnya.

Jiwa pun bercerita kepada Resah, tentang perasaan yang mulai timbul rasa keraguan muncul dalam benaknya. Dari situlah, Juwa ingin tau tentang kejelasan tentang perasaan Bayang terhadap Jiwa.

"Resah, boleh ngombrol sebentar?" Tanya Jiwa.
"Aku? Ada apa Jiwa? " balas Resah
"Iya, aku mau tanya tentang perasaan Bayang yang mungkin pernah bercerita terhadap Resah, yaa lebih tepatnya tentang bagaimana perasaan Bayang terhadap Jiwa," Jelas Jiwa.
"Hmmmm" senyum Resah dengan sedikit tersipu
"Hmmmm, Bayang ngga pernag cerita banyak tentang perasaannya ini, tapi yang terpenting Bayang pernah bilang bahwa Jiwa adalah sesosok lelaki yang mewarnai hidupnya, Jiwa juga datang sebagai penyemangat dalan setiap harinya," Jelas Resah.

Seketika Jiwa tertegun ketika mendengarkan ceritanya itu. Bahkan, Resah terlihat meyakinkan Jiwa bahwa Bayang benar-benar membukakan pintu hatinya terhadap Jiwa.

Malam harinya dengan hujan deras mengguyur, Jiwa merasa lebih bahagia ketika siang hari mendengar penjelasan Resah tentang perasaan jiwa terhadap Jiwa.

Guratan tentang hatinya ia tulis dalam selarik kertas berwarna merah muda tersebut. "Bagaikan seorang ratu, kamulah devinisi dari sebuah keindahan"

Jiwa dengan hati yang bahagia akan kenangan-kenangan bersama yang mereka lalui berdua tersebut. Dengan suasana hati yang berwarna ia melanjutkan bait demi bait suratnya. Ia juga tak lupa menambahkan luapan cinta yang ia curahkan dalam setiap baitnya.

Bagaikan seorang ratu
Kaulah devinisi dari sebuah keindahan
Keindahan luar dan dalam
Yang bersatu menjadi sebuah kesempurnaan

Ini bukan tentang meminta jawaban
Bukan juga untuk merayu semata
Tetapi lebih dari itu semua

Ini tentang bagaimana cara membahagiakanmu
Dan melihatmu tersenyum
Becouse, in your smile
I see something beautifull than the stars.

Jiwa

Setelah surat yang jiwa tulis tersebut, Jiwa bergegas untuk mendatangi rumah kost Bayang tersebut meskipun dalam keadaan hujan deras yang mengguyur. Namun, Jiwa tetap bersemangat untuk memberikan surat tersebut pada waktu itu juga.

Jiwa yang hanya menggunakan kaos putih dengan celana selutut yang ia gunakan, jiwa tetap yakin dengan penampilannya tersebut.

Namun, ketika Jiwa setibanya dirumag kost bayang. Betapa hancurnya perasaannya ketika Bayang berduaan bersama lelaki yang jiwa sebut Luka itu di rumah kostnya.

Jiwa yang diluar rumah kost Bayang menyaksikan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri, hujan yang semakin deras menambakan lukanya perasaan Jiwa itu. Dalam fikirannya, Jiwa telah salah membuka hati kepada wanita yang salah. Sementara itu, Jiwa juga berfikir bahwa memang tak pantas untuk memiliki perasaan tersebut yanv memang bukan siapa-siapa dalam hidupnya.

Jiwa berfikir dalam guyuran derasnya hujan malam itu, Jiwa juga tersadar bahwa ketika berharap sesosok bayang yang ia harapkan menjadi sebuah objek nyata yang untuk ia genggam itu hanyalah mimpi semata dalam lelapnya.

Tak lama pun, Bayang melihat Jiwa tengah basah kuyup di depan terasnya. Dengan wajag tak menyangka, Bayang menghampiri Jiwa. Jiwa menyadari pasti ada kesalahpahaman atas kejadian ini, terlihat dalam raut dalam raut wajah bayang yang seolah ingin menjelaskan sesuatu hal yang ingin ia terangkan terhadap Jiwa.

"Jiwa?" sambil menghapiri Jiwa.
"Ini ha,,,, "Bayang.
"Ini surat buat kamu, " potong Jiwa sambil meninggalkan Bayang.
"Kamu kenapa ujan-ujanan??" sambil mencoba memberikan payung kepada jiwa, timpal Bayang.

Jiwa pun tetap meninggalkan Bayang menjauh dan terus menjauh dari teras tersebut dengan ditemani guyuran hujan pada malam itu.

Guman jiwa dalam hatinya berkata
"Jika memang kamu membuka hati untukku, mungkin kamu tidak akan seperti ini. Jika memang kamu membuka hari untukku, maka katakan bahwa hal itu hanya kebetulan. Kebetulan datang luka, agar aku bisa merasakan keindahan setelah luka ini, karena aku gakin akan ada banyak sekali keindahan dibalik ini,"

BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang