Kesah Mata Kehidupan

19 1 0
                                    

          Setelah malam luka itu, senjapun menagis lebih deras. Namun, Jiwa masih mampu tersenyum 'karena satu hal yang indah adalah ketika kita bisa bersama' guman hatinya.

              Hari ke hari terasa bebas dengan ruang waktu yang tak bisa dipahami, hingga satu waktu, pada hari menjelang senja Bayang dan Jiwa pergi bersama ke suatu tempat yang penuh resah.

            Dengan menggunakan tampilan sederhana, Bayang dan Jiwa pergi bersama. Keluh kesah sepanjang jalan mereka lakukan. Hingga tak terasa, langit menangis untuk memaksa mereka menepi.

             Jiwa dan Bayang menantikan langit agar mereda, ketika mereka duduk menunggu hujan, Bayang bertanya kepada Jiwa.

"Jiwa, kenapa kamu serba tau tentangku? Sementara aku tak mengerti tentang mu," Tanya Bayang.

"Aku hanya mencoba memahami apa yang ada dalam benakmu," Jawab Jiwa.

"Lantas apa yang membuatmu terus berlari seperti ini? Tanya Bayang.

"Aku hanya mengejar satu hal yang kusebut 'kebahagiaan' serta senyuman yang terpancar" Jawab Jiwa.

               Bayang pun terdiam, hingga pada akhirnya hari pun mulai larut, langit mereda, senja menghitam. Jiwa dan Bayang bergegas pulang.

                Diperjalanan pulang, Bayang pun terlelap dengan memeluk Jiwa. Dengan senyuman Bayang saat terlelap seperti itu membuat perasaan didalam insan begitu tenang.

                Hingga Jiwa pun berguman dalam hatinya berhatinya " Izinkan aku memeluk hatimu Bayang. Aku menginginkan kamu menjadi objek nyata yang bisa ku genggam, karena disetiap senyumanmu adalah purnama tempatku menemui cahaya."

"Tertima kasih Bayang untuk senja pada hari ini" Gumannya lagi.

"Aku mengerti, layaknya embun pagi, mereka tidak perlu sebuah warna agar membuat daun jatuh cinta. Sama seperti aku yang tidak mempunyai alasan untuk tidak jatuh cinta sama kamu" Guman Jiwa yang kesekian kalinya.

                Keesokannya, Bayang dan Jiwa bertemu. Hari-hari yang mereka lewati seperti hal yang tak pernah terjadi apa-apa. Hanya saling bertegur sapa satu sama lain.

                Satu ketika, Jadwal pagi diliburkan, Jiwa langsung menghampiri Bayang dan mengajak untuk menemani Jiwa pergi ke satu optik ternama di Kota Bandung.

                Sesampainya dioptik tersebut, Jiwa mengantri mengambil nomor antrian. Sementara Bayang menunggu Jiwa di depan optik tersebut. Namun, Bayang meninggalkan Jiwa begitu saja.

                 Setelah Jiwa mengambil nomor antrian tersebut. Jiwa pun kebingungan ketika melihat Bayang tidak ada dalam sekejap saja. Lalu, Jiwa pun keluar meninggalkan optik untuk mencari-cari Bayang. Jiwa semakin kebingungan, gelisah ketika tak terbendung ketika Jiwa tak dapat menemukan Bayang. Namun, kegelisahan tersebut pupus ketika Bayang memanggil Jiwa di seberang jalan dengan senyumannya.

"Jiwaa," Teriak Bayang dengan senyuman khasnya

                Spontan Jiwa menghela nafas lega ketika melihat Bayang berada di seberang jalan dengan senyumannya.

"Dikirain kamu ilangg, taunya lagi disini," Ledek Jiwa sembari menghampiri Bayang.

"Ciee, nyariin," Timpal Bayang.

"Kamu mau ini ngga? Segerrr loh," Ujar Bayang.

"Engga usah, belo satu aja buat kamu," Jawab Jiwa.

              Ditengah menunggu nomor antrian tersebut, Bayang membuka es pisang ijo yang ia beli diseberang jalan tadi.

"Kamu harus nyobain dehh" Ujar Bayang

"Segerrr tau," sambil menyuapkan kepada Jiwa.

"Iyaa, iyaa abisin gihh" Jawab Jiwa.

               Tak lama nomor antrian Jiwa disebutkan. Sekian lama Jiwa di dalam ruangan tersebut, akhirnya Jiwa selesai melakukan pemeriksaan untuk pembuatan kacamatanya tersebut.

                Ketika Jiwa mencoba kacamata yang menurutnya cocok, Jiwa yang menyadari bahwa Bayangnya mengamati Jiwa, Jiwa pun menggoda Bayang.

"Apa liat-liat kau? Aku ganteng yaa??" Goda Jiwa.

"Jiwa Jeleekkkk" Balas Bayang.

                Setelah Jiwa mendapatkan yang menurutnya cocok, Bayang pun menghampiri Jiwa seraya berkata " Nanti kalo udah jadi kacamatanya, dipake terus ya kacamatanya, supaya keliatan kebih rapih, lebih rajin juga," Ujar Bayang.

                 Mendengar ucapan Bayang itu pun, Jiwa menjawabnya dengan senyuman. Jiwa sadar bahwa ada sesuatu hal yang indah ketika bersama dengannya.

BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang