Fatar baru saja pulang dari kantor bertepatan mobil yang ditumpangi Farah juga sampai halaman rumah. Dengan sigap Fajar membukakan pintu untuk Fatar, lalu membungkuk mempersilahkan tuannya keluar. fatar hanya melempar senyum kecil sebelum melangkah menuju mobil Farah.
"darimana? Mengapa baru pulang?" Fatar menarik istrinya itu kedalam pelukannya, memberikan kecupan kala pelukan itu terlepas.
"berbelanjaaa.. Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kali ini adalah acara penting mu? Haduh jangan bilang kau lupa? Astaga sudah berapa sebenarnya umur suamiku ini, mengapa dia selalu lupa dengan perkatannya sendiri" gerutu Farah sambil membawa barang barangnya masuk, meninggalkan Fatar yang menggaruk sebelah alisnya yang tak gatal.
Sebenarnya acara kali ini bukanlah hanya sekedar Tender besar yang baru saja dimenangkan Fatar, namun acara kali ini sekaligus perayaan dalam rangka Anniversary pernikahan mereka yang kelima tahun.
Sungguh waktu cepat berlalu, padahal baru kemarin Fatar bertemu Farah di sebuah kampus tempat istrinya itu dulu pernah bekerja. Dan sekarang mereka sudah bersama-sama selama 5 tahun, sebuah perjalanan yang tidak mudah untuk mereka ditengah gunjang-gunjing pernikahan mereka yang sudah lama namun tak kunjung memiliki keturunan.
Fatar teringat salah satu Khotbah yang membekas diingatannya hingga kini, apalagi ketika peliknya fakta yang sebenarnya sulit diterima dirinya sendiri.
Kala itu Pendeta sharing ketika sepasang suami istri datang menemuinya meminta untuk di Doakann karena pernikahan mereka sudah berjalan enam belas tahun namun mereka tak kunjung memiliki anak.
Pendeta itu berkata, awalnya Ia merasa terkejut mendengar kisah sepasang suami istri itu, tapi itu tidak bertahan lama karena sang Pendeta akhirnya tersenyum sambil berkata..
"ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu harus berbangga diri karena mampu melewati proses itu semua"
Memiliki anak tidak baik,
Tidak memiliki anak tidak hina!Perkataan itu terus berputar-putar dipikiran Fatar, sebenarnya disatu sisi Fatar menerima pernyataan itu, namun disisi lain dia juga terkadang setengah hati menerimanya.
Bagaimana tidak? Jika tidak memiliki anak tidak hina, jadi mengapa pernikahannya dengan Farah selalu jadi buah bibir karena tak kunjung mendapatkan keluarga baru?
"jangan biasakan melamun didepan makanan" Farah menegur Fatar hingga kesadaran suaminya itu kembali lagi, entah sejak kapan mereka bertiga sudah dimeja makan seperti ini.
"besok Fajar yang akan mengantarkanmu ke tempat acara okey?" Farah mengernyit bingung, tak biasanya suami nya mau pergi secara terpisah. Biasanya semepet apapun waktunya Fatar selalu menyempatkan diri menjemputnya.
Fatar bisa melihat raut wajah terkejut bercampur kecewa terlihat jelas diwajah cantik istrinya. Tentu saja Fatar tidak mungkin mengajak iatrinya untul berangkat bersama, itu sama saja menghancurkan acara yang sudh disiapkannya jauh-jauh hari sebelumnya.
Setelah acara makan malam selesai, Farah memutuskan untuk mengajak Fatar menonton film lama yang baru saja dibelinya. Film yang mengisahkan seorang murid most wanted disekolahan menyukai seorang guru disekolahnya, namun sang guru menolak mentah-mentah pernyataan cinta dari murid itu. Namun karena kegigigannya, gadis itu mampu mencairkan sifat es sang guru. Namun gadis itu harus menahan pil pahit saat mengetahui alesan sang guru sejak dulu menolaknya, karena sang guru ternyata mengidap penyakit kanker stadium akhir.
Hingga di awal kencan pertama merekalah gadis itu harus mengikhlaskan kepergian sang guru, pria yang di cintainya itu pergi untuk selama-lamanya.Fatar menatap heran Farah yang sedang menunduk dengan bahu bergetar, dan ketika suara sesegukannya terdengar meski pelan karena ditahan barulah Fatar tersadar bahwa istrinya menangis.