duabelas

3.1K 78 24
                                    

Dulu Farah pernah berandai, kelak goncangan seperti apa yang akan menghancurkan bahtera rumah tangganya dengan Fatar. Namun Ia tak menyangka akan separah ini goncangannya.
Ingin sekali Farah menangis berharap airmatanya akan meluluhkan hati Fatar, namun ternyata itu tidak mempan, lagi pula menangis bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan saat ini.

Pagi sekali Fatar sudah berangkat kekantor tanpa mengatakan apapun padanya. Padahal biasanya, semarah apapun Fatar padanya tetap saja suaminya itu akan menghampirinya meski tetap mendiaminya. Mungkin kali ini Fatar benar-benar berada pada puncak kemarahannya.

Tapi apa penyebabnya? Dan mengapa harus dirinya yang menjadi sasaran kemarahannya? Farah sungguh tidak mengerti harus bertindak seperti apa sekarang. Farah hanya ingin komunikasi secara langsung, namun suaminya itu menutup akses dirinya untuk membuka suara. Farah berharap sepulang kerja nanti dia bisa meluluhkan kembali hati Fatar.


🐬🐬🐬

Tidak enaknya bekerja dalam naungan orang itu, ya begini, masalah pribadi dilarang dibawa kedalam area pekerjaan. Padahal tidak sedikit populasi dimuka bumi ini yang hidup segan mati tak mau hanya karena dikejar tanggung jawab yang tak bisa ditinggal, padahal satu pekerjaan pun tidak bisa terselesaikan karena tidak fokus. contoh kecilnya adalah wanita yang sedang melamun ini, padahal sejak tadi seorang bocah lelaki sudah mengangkat-angkat buku tugasnya dihadapan wanita itu, namun sedikitpun tidak merespon.
Sampai akhirnya wanita itu tersentak saat bocah laki-laki itu menarik ujung kemejanya agar bisa mendapatkan perhatian sang empunya, " hey kenapa sayang?"

" Ibu gulu dali tadi Adit panggil, ga dengal telus" seru bocah itu dengan aksen cadelnya. Farah tersenyum tidak enak, " Jadi yang mana harus ibu gulu liat heum?" Farah mengikuti gaya bahasa anak lelaki yang bernama Adit tadi, membuat anak lelaki tadi semangat menunjukkan hasil lukisannya menggambar orang yang hanya berbentuk bulat dan garis, namun pasti orangtuanya bangga dengan kemampuan bocah lelaki ini.

Hal itu membuat Farah mengingat Fatar, sikap Fatar yang tiba-tiba dingin saat pesta malam itu, lalu permintaan Fatar yang tiba tiba menyurunya untuk menikah siri ?
Astaga Farah baru menyadari sekarang, apa Fatar marah karena wanita yang mengungkit masalah mereka yang tak kunjung mendapatkan keturunan, jika iya, mengapa harus Fatar yang marah? Bukankah dirinya yang dihina saat itu? Harusnya dirinya yang marah dan sakit hati bukan?

"kok ibu gulu diam lagi ?" bocah laki-laki tadi kembali mengeluh, mengembungkan kedua pipinya hingga terlihat menggemaskan sekali dimata Farah, mau tak mau tangan Farah yang sejak tadi ditahan agar tetap ditempat kini sudah mengacak-acak rambut bocah itu.

🐬🐬🐬

Farah menahan diri untuk tidak menyusul suaminya kekantor. Karena bagaimana pun juga ini masalah rumah tangga mereka, dan Farah tak ingin ada orang luar yang tau, yang malah akan mengambil keuntungan dari pertengkaran mereka. Karena bagaimana pun juga sekarang sedang zamannya musim pelakor, dan Farah tak ingin menjadi salah satu dari korban yang suaminya direbut oleh perempuan penghancur itu.

Untuk meredam semua keinginan yang kini berputar-putar didalam kepalanya, Farah memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dulu, meskipun itu tidak berefek apa-apa karena sampai setengah jam berlalu matanya tak kunjung terpejam.

Farah mengerang ketika membuka kedua matanya. kepalanya terasa di pukul oleh palu, ini akibatnya jika memaksakan mata untuk terpejam sebelum waktunya.

Memanglah benar, sesuatu yang dipaksakan itu tidaklah baik.

Sambil menunggu kepulangan Fatar, Farah sudah menyiapkan makan malam untuk mereka. Tak lupa menu andalan yang tak pernah Fatar tolak meski dia sedang marah sekalipun telah disajinya, berharap Fatar melupakan kemarahannya yang tak berasalan itu seperti yang sudah-sudah.

My Baby FinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang