tiga belas

3.2K 68 19
                                    


"Semua yang ada didunia tidak ada yang abadi, sekalipun itu hati manusia."




🐬🐬🐬


Hari minggu ini terasa begitu berbeda, bahkan Farah sempat mengira ini tidak hari minggu.
Biasanya Fatar terlebih dulu mengingatkannya bahwa mereka akan bersama-sama berangkat untuk beribadah. namun jangankan untuk mengingatkan dirinya, bahkan Farah baru sadar semalam Fatar tidak tidur dikamar. Pastilah dia tidur diruang kerjanya seperti hari yang sudah sudah saat awal pertengkaran mereka dimulai.

Pukul setengah sepuluh pagi Fajar baru keluar sejak semalaman menutup diri di dalam kamar. Fajar sudah rapi dengan kemeja biru tua nya, tampak rapi dan ... Tampan.
Lelaki itu menyunggingkan senyum kecil tatkala matanya tak sengaja bersibobrok dengan mata wanita itu, yang sedari tadi menatapnya dalam diam.

Fajar membalas tatapan itu dengan pandangan bingung. Bingung karena harus berinteraksi seperti apa setelah nyonya ituemgetahui rencana gila suaminya.

"Apa kau baik-baik saja ?"

"kau tidak ke Gereja?" Fajar meringis dalam hati karena tak memiliki keberanian untuk bertanya langsung bagaimana keadaan wanita yang di kaguminya itu. Secara jasmani keadaannya cukup baik, tapi belum kondisi rohaninya sama bukan?

"Ya.."

Fajar kembali menatap manik mata Farah yang biasanya berbinar kini berubah menjadumi sendu.

"Baiklah kalo begitu, aku berangkat dulu. Jika tidak sibuk, luangkan lah waktumu untuk pergi ke gereja". Farah hanya berdehem menanggapi ucapan Fajar, dan ketika pria itu sudah pergi hanya kesunyian yang menemani dirinya. Dan untuk kesekian kalinya pertahan Farah runtuh.

🐬🐬🐬


Sama hal nya dengan Farah, ternyata Fatar juga tidak bisa memejamkan matanya hingga dini hari, maka tak heran ketika kelopak mata pria itu mengerjap, hanya ringisan yang keluar dari bibirnya efek kurang tidur.
Badannya juga tidak kalah pegalnya karena tertidur merunduk di meja kerjanya.

Perlahan Fatar menggerakkan sendi-sendi nya hingga menimbulkan bunyi 'krek' yang mandi bukti seberapa pegal badannya kini.
Diliriknya jam yang kini menunjukkan pukul setengah sepuluh, Fatar berniat ingin mandi namun bingung karena pakaiannya berada dikamarnya dengan Farah, selain itu ruang tempat dikirinya memeriksa berkas yang dibawa pulang kerumah memang didesain tanpa kamar mandi.

Saat Fatar akan membuka pintu, dia bisa mendengar suara Farah sedang berbincang dengan seseorang, dan Fatar yakin itu adalah Fajar karena dirumah ini mereka tidak memiliki asisten rumah tangga selain supir, itupun semua orang terdekat mereka tau bahwa Fajar bukan sekedar supir bagi mereka.

Ketika tidak ada lagi suara yang terdengar Fajar mulai keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melirik kanan kiri namun tak kunjung menemukan Farah dalam hati Fatar menghela nafas, ntah itu helaan nafas karena lega, atau karena kecewa tidak bisa melihat istri yang ia cintai.

Dengan langkah lesu Fatar membuka pintu kamarnya, seketika tubuhnya menegang karena menemukan wanita yang kini duduk dipinggiran ranjang yang kini sedang menatapnya juga. Seketika kegugupan melanda Fatar, ia sangat bingung harus bertindak seperti apa. Jika boleh jujur Fatar sangat ingin memeluk tubuh istrinya yang ntah mengapa mulai mengurus, namun egonya melarang keras. Karena jika Fatar luluh sekarang, maka semua usahanya menjauhi Farah sejak beberapa waktu lalu akan sia-sia, karena sesungguhnya ia melakukan ini bukan karena keegoisannya melainkan untuk kebaikan bersama. Fatar tak ingin nama istrinya dipandang jelek, karena kesalahan sepenuhnya ada pada dirinya. Fatarlah yang sakit, Fatarlah yang tak sempurna, dan sepatutnya Fatarlah yang harus menerima hinaan yang diberikan orang-orang pada istrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Baby FinderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang