PROLOG

766 21 10
                                    

Anggini Alea. Ya, aku adalah seorang penyendiri yang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa kalian lihat. Ibuku juga indigo sepertiku. Aku sudah 17 tahun merasakan gangguan ini, tapi aku masih belum terbiasa. Aku menyadarinya sewaktu aku masih berusia 15 tahun. Ya, dua tahun lalau. Inilah ceritaku.

"woy, sadar. Jangan ngelamun ntar kesambet. Ngelamunin apaan sampe lupa ama pacar," kata Akbar, dia pacarku.

"enggak ada, lagi mikirin kamu yang selalu ganggu aku." jawabku yang membuatnya... Gengsi?

"huwahihuaha, di yaudah. Mau makan apa? Makan apa aja asal halal." katanya menawarkan.

"hmm,, bakso ceker deh. Sama es teh panas, eh dingin." Responku.

Dia pun memesankan makanan yang alu inginkan dan tak lupa pesananya, bisa ku tebak nasi goreng kambing spesial.

Mulanya aku nyaman dengan ini. Tapi seorang, maksutnya sesosok yang menggenakan pakaian serba putih mendekat dan duduk disampingku. Dia membawa sebuah pisau daging besar yang berlumuran darah. Aku takut sangat takut. Dia melihat kearahku dan mengatakan sesuatu yang tak jelas. Tapi aku mengerti dia mengatakkan "TOLONG AKU!!!" Aku tersadar dari lamunan saat akbar membangunkanku. Makanan yang kami pesan telah tiba.

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang