Eps-06

274 14 2
                                    

Matahari pagi menyapaku dengan ramahnya. Dengan keadaan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, aku melangkah ke kamar mandi untuk berkemas.

Hari ini banyak pr. Ada ulangan harian. Yah, aku gak ngerjain pr-nya dan belum belajar. Dikelas aku diam diam aja. Aku gak suka terlalu banyak bicara karna mereka yang ada disini membosankan.

Sejujurnya, dulu aku adalah korban buly disini. Tapi setelah aku memenangkan 8 perlombaan karate dan semuanya mendapatkan mendali emas, semua orang segan padaku.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku berjalan dilorong kelass X. Disini aku melihat Akbar sedang berpelukkan dengan adik kelasku. Aku merasa biasa aja dengan semua ini. Toh, Shepia sudah memperingatiku dia suka selingkuh. Aku mendatanginya yamg masih sibuk dengan adik kelas yang ia panggil sayang itu.

"Akbar, wah lagi sama temennya nih." kataku dengan santainya. Kulihat perubahan diwajah adek kelas itu. Dia kesal.

"sori ya, lo siapa? Gue pacarnya." kata adek kelas tadi.

"oh pacarnya. Berapa banyak lagi pacar kamu? Udah aku bilang kamu jangan pacaran sayang. Lagian gak penting kan buat aku." aku menatap Akbar dengan sinis. Kemudian aku tersenyum miring dan pergi meninggalkan dua insan ini.

Aku pergi ke rooftop dengan perasaan gembira. Sebenarnya dari dulu aku sudah tau Akbar memiliki banyak pacar. Jadi sekarang perasaanku senang karna aku mempunyai alasan untuk putus darinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pulang sekolah tadi Akbar membujukku. Ya, aku sih ikut aja pulang hemat biaya taxi. Diperjalanan dia beberapa kali dia mengajakku ngobrol dan mengucapkan kata 'maaf' berulang kali. Tapi aku diam saja sambil memperhatikan jalan.

©®©®©®

Aku terdiam dirumahku. Aku merasa pening dikepalaku. Ibuku sudah seminggu tidak pulang kerumah. Aku penasaran. Shepia juga sudah jarang kesini. Aku memikirkan hal negatif tentang ibu dan hidupku. Tiba tiba air mataku jatuh.

Ada tangan lembut membelai kepalaku. Tapi rasanya berbeda. Tangan ini begitu dingin, mengalahkan dinginnya es dikutub. Aku berbalik. Kudapati ibuku dengan wajah pucatnya.

"ibu" kataku. Ibu? Apa dia sudah mati? Air mataku semangkin menjadi jadi.

"jangan menangis putri kecilku. Aku tau aku memang tak lagi bernyawa. Jangan rapuh tanpaku." katanya. Sedetik kemudian dia menghilang. Aku mulai menangis histeris.

Kenapa ibu meninggalkanku secepat ini. Kapan ibu pergi? Dimana jasad ibu? Aku hancur seketika. Tiba tiba handphone ku berdering.

"hallo, apa benar ini dengan Agatha?"

"ya dengan saya sendiri. Ada apa?"

"kami menemukan jasad orang tua anda di dijembatan jalan mawar hitam. Kami akan menguburkannya di tpu kayu jati. Jasadnya sudah 3 hari dan mulai membusuk."

"baiklah terima kasih."

Aku menutup telfon itu dan mulai menangis sejadi jadinya. Apa apaan ini. Aku ingin mati saja. Ibu, kau meninggalkanku sendirian. Aku harap kau datang disetiap mimpiku bu. Aku merindukanmu.

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang