Eps-5

323 9 3
                                    

Aku pulang kerumah dengan keadaan lelah. Disekolah perhatianku tertuju pada Julia, sosok yang sekarang berteman denganku. Dia selalu tersenyum. Aura yang dipancarkannya sangat berbeda. Dia tidak pernah tersinggung dan marah apabila orang melewatinya begitu saja. Beda dengan Shepia. Dia akan membuat orang yang melewatinya ketakutan.

"Agatha, kamu udah pulang? Mama ada urusan di Malaysia. Mama akan kembali minggu depan." kata mamaku di telpon.

"iya mah. Hati hati jangan lupa makan ya!" mama hanya mengumam dan kemudian memutuskan sambungnya.

Aku berbaring diranjang empukku. Memikirkan sesuatu yang mengerikan. Bagaimana denganku selama mama pergi? Tidak akan ada yang menolongku jika aku ketakutan. Tapi apa boleh dibuat.

Sebenarnya Shepia selalu saja mengganggu. Dia sering mengeluarkan suara aneh, menghilang dan muncul tiba-tiba, mencoret dan merobek buku tulisku dan lainnya. Aku ingin sekali melenyapkan hantu ini dari muka bumi. Tapi dia adalah teman yang melindungiku.

*kring,,,,,

Handphone ku berdering. Panggilan masuk dari Chalsie. Kenapa disaat aku ingin tidur semua orang menggangguku.

"hai hai hai. Lo harus ikut kita uji nyali di kuburan deket sekolah. Kan seru kalo uji nyali ama lo. Akbar boleh ikut kok. Gue pengen lo ikut ya. Plis.... Oke jadi kita kema disana besok pagi kita balik. Bye babe love you." katanya memutuskan sepihak.

Aku bahkan belum menjawab ya atau tidak. Tapi jika aku tidak pergi dia akan sendirian. Dengan berat hati aku pergi kesana.

Aku tidak mengajak Akbar karna dia tidak akan mau ikut dan mengizinkan ku pergi. Sekedar info, hanya beberapa orang penting yang tau kemampuanku. Bagiku ini adalah aib. Ini memalukan. Aku bahkan bisa disebut orang gila jika tiba tiba teriak karna melihat penampakan.

S
K
I
P

*dikuburan

Disini sepi. Hanya ada aku, Chalsie, dan Adit. Kami sudah mendirikan tenda sejak sore tadi. Sekarang sudah malam pukul 7.30. Kami hanya duduk menunggu larut untuk uji nyali seperti yang diinginkan Chalsie. Jika dia melihatnya, dia pasti akan ketakutan.

"gimana ya wujud mereka?" tanya Chalsie.

"pasti b aja. Lagian lu kepo amat dah. Kesambet baru tau rasa lu."-Adit

"kalian bener mau liat mereka?" tanyaku. Chalsie dan Adit mengangguk ragu. Sebenarnya tadi ada sosok kuntilanak terbang melintas dibelakang mereka.

Seketika aku merasa punggungku berat. Aku yakin ada yang ingin berinteraksi dan masuk kedalam tubuhku. Adit dan Chalsie bingung melihat perubahan sikapku. Karna kondisi fisikku sedang lemah, aku sulit untuk mempertahankan kesadaranku. Akhirnya aku kalah. Hal terakhir yang ku ingat adalah teriakan dari kedua temanku ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku tersadar diruangan serba putih. Aku terbaring diatas ranjang. Ini rumah sakit.

Dokter datang dan menanyakan keadaanku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

Sosok yang tadi merasukiku ada disini. Dia membawa pisau dapur besar yang sudah berumuran darah. Dia hanya tersenyum lebar kearahku. Senyuman itu tidak asli. Itu adalah bekas sayatan. Bau busuk membuatku mual. Adit dan Chalsie begitu khawatir. Aku tau mereka menyesal mengajakku kesana.

"gue tau lu pada nyesal. Tapi gue juga tau lu masih penasaran kan. Nah, gimana kalo kita panggil aja mereka. Besok malam kalo lo emang niat lo dateng ke rumah gue jam 8. Kita panggil mereka pake jelangkung." kataku. Mereka menatapku heran.

"lo gapapa. Lo aja tadi kerasukkan." kata Adit.

"lah ntu lu tau gue kerasukan, napa lu bawa gue ke rumah sakit. Lagian gapapa soalnya kita yang pangil bukan kuta yang nekat dateng ke wilayah mereka." kata gue meyakinkan. Mereka hanya ngangguk. Ni anak gak tau gue uda biasa jadi gue slowly aje.

S
K
I
P

Malem ini seperti janji kita, mereka dirumah gue. Ada Akbar juga. Gue dah nyiapin semuanya. Boneka kayu, kembang tujuh rupa, kertas dan lain lain yang banyak banget.

Setelah mematikan semua lampu dan menghidupkan beberapa lilin, permainan gue mulai. Gue minta mereka bertiga megang bonekanya dengan kuat dan yakin. Setelah itu baru gue baca mantra.

'jaylangkung jaylangset disini ada pesta, pesta kecil kecilan, pergi tak diantar pulang tak dijemput.'

ya setelah maca tu mantra beberapa kali, bonekanya mulai berat. Gue tau yang pengen masuk ke boneka ini bukan cuman satu sosok. Tapi banyak.

Permainannya jadi susah. Bukannya dapet informasi yang kami inginkan malah bonekanya bergerak kesana kemari. Tulisan yang dihasilkan pun kek benang kusut. Akhirnya gue memutuskan untuk udahan.

Gue selesain permainannya dan biar anak anak ini gak penasaran, gue minta Shepia buat ngegerakin gelas yang gue taro di atas meja.

Gue tau butuh energi yang banyak buat itu. Tapi akhirnya bisa juga. Adit dan Chalsie pun kaget sampe Chalsie teriak gak jelas. Adit cuman diam tak berkutik. Akbar mah da biasa. Mata batin dia juga dibuka sama ibu.

Aku yakin Chalsie sama Adit nyesel ngeremehin mahkluk astral

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang