Prolog

62 25 8
                                    

Sang rembulan malam ini terlihat sangat cantik. Sinarnya mampu membuat siapapun ingin terus melihatnya. Dedaunan di pohon bergerak seirama dengan angin. Mengikuti arah angin menuju laut, tak jarang dari dedaunan terlepas dari tangkainya dan terbawa dalam alur sang angin. Saat malam pun, tak menjamin semua makhkuk hidup berhenti beraktivitas. Sama halnya dengan Lia yang masih bergelut dengan buku seni budayanya.

Pelajaran seni budaya yang biasa diisi dengan praktek kini harus Lia kerjakan 100 soal sebagai pengganti tugas prakteknya.

Di tengah keseriusannya membaca, tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan kefokusannya.

"Li! Lo udah kerjain tugas SBD?" Teriak Clara sahabat Lia dengan suara cempreng khasnya.

Lia itu tinggal bersama dua sahabatnya, Clara dan Wulan. Mereka bertiga tinggal di rumah kost yang terbilang mewah. Jadi tak aneh jika mereka selalu bersama. Orang tua mereka berteman baik, jadi otomatis mereka juga berteman karena kebetulan mereka sepantaran. Sampai akhirnya mereka putuskan untuk tinggal di Bandung, jauh dari orangtua mereka yang ada di ibu kota.

"Gue mau kerjain di sekolah aja. Ngantuk nih gue. Sana lo tidur aja!" Balas Lia berbohong tanpa membuka pintu kamarnya.

Lia sengaja berbohong, karena dia tidak mau direcoki saat sedang mengerjakan tugas. Dia lebih baik mengerjakan sendiri dalam keheningan dibanding mengerjakan bersama dan akhirnya hanya mengobrol saja.

"Ya udah deh.." Kata Clara lesu.

Langkah kaki Clara kini terhenti di depan kamar Wulan. Namun lampu kamar Wulan yang sudah padam, membuat Clara mengurungkan niat untuk mengetuk pintunya.

Clara berdecak kesal sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengerjakannya sendiri.

Pikirannya yang dulu sempat berfikir kalau tinggal serumah bakal lebih seru, dan gampang kalau ngerjain tugas. Nyatanya engga, dia tetap merasa sendirian.

*****

Soul of Lia, Clara, WulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang