Hari ini adalah hari Sabtu. Di hari weekend ini, Lia dan kawan-kawan akan pindah ke rumah baru. Sebelumnya mereka pamit pada pemilik kost dan pergi dengan membawa barang-barang mereka.
Ada rasa senang dan sebaliknya, mereka tentu menyukai rumah baru tapi mereka akan merindukan suasana kost an dan ibu kost yang sangat peduli pada mereka.
“Ra, ayo!” Seru Lia yang sudah menunggu Clara di depan kamarnya.
“Wulan?” Tanya Clara dengan dahi yang mengerenyit.
“Dia lagi mandi, dia telat bangun.” Jawab Lia santai.
“Loh, tumben dia telat bangun.” Timpal Clara yang kini sudah berdiri di samping Lia.
“Mungkin dia lagi gak enak badan.” Balas Lia.
“Yaudah kita tunggu di kamarnya aja yuk!” Ajak Clara saat merasa lelah berdiri.
Mereka menunggu Wulan yang masih ada di kamar mandi. “Kok lama banget yah?” Tanya Clara heran, tapi Lia hanya mengedikkan bahunya saja.
Sebenarnya Wulan sedang tidak enak perut, semalaman sudah lebih dari sepuluh kali dia bulak-balik ke kamar mandi, dan akhirnya dia hanya tidur beberapa jam saja. Sebelumnya Wulan memakan ramen dengan banyak sambal, inilah akibatnya. Sesuka apapun kita pada satu makanan, tetap saja badan kita yang akan merasakan dampaknya.
Ketika kepuasan sudah terpenuhi, giliran badan yang mendapaktan akibatnya.
“Haduhhh,, gimana nih perut gue masih sakit kaya gini. Gak kebayang deh waktu di mobil pengen pup.” Gumam Wulan di dalam kamar mandi.
“Gue sikat gigi dulu aja deh.” Wulan meraih sikat giginya, lalu terbesit di pikirannya untuk segera mencuci muka juga.
“Wulan!!!” Panggil Clara dengan berteriak.
Wulan yang sedang merasakan kontraksi hebat di perutnya kemudian terkesiap kaget. “Iya kalemin, gue masih sakit perut nih.”
Tanpa diduga, bukannya mengambil pasta gigi untuk menyikat gigi, Wulan malah mengambil sabun pencuci muka. Kemudian dia oleskan di permukaan sikat giginya.
“Cuhhhh..” Wulan meludahkan sesuatu yang baru saja menyentuh mulutnya, dia baru ingat apa yang dia oleskan di sikat giginya malah sabun pencuci muka.
Wulan sangat teledor pagi ini. “Yaelah gue mikirin apa sih. Bisa-bisanya gue mau nyikat gigi pake sabun muka. Mana pahit lagi, gimana coba kalo gue keracunan. Kan gak lucu kalau gue masuk berita karena hal konyol kayak gini.” Gumam Wulan yang tengah menertawakan dirinya sendiri.
“Akhirnya lo keluar juga.” Ujar Lia seraya menghembuskan nafasnya perlahan.
“Yaudah yuk kita caw!” Clara bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului yang lain menuju ke luar.
Mereka pamitan dan memberikan bingkisan untuk ibu kost mereka. Haru kemudian menyelimuti hati mereka ketika setiap langkah yang mereka langkahkan menciptakan jarak yang perlahan semakin jauh dari kenangan indah di kost an.
Tiga puluh menit mereka tempuh demi menuju rumah baru mereka. Sudah berdiri di depan rumah Ayah Lia, Ayah Wulan, dan Ayah Clara yang baru saja tiba tadi subuh.
Clara berlari dengan tangan yang direntangkan. “Ayah!” Panggil Clara.
Ayahnya tersenyum lalu menyambut Clara ke dalam pelukannya. “Apa kabar kamu nak?”
“Clara kangen ayah.” Ucap Clara yang kini matanya sudah dilapisi air mata.
“Kambuh nih cengengnya nya.” Celoteh Wulan seraya menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul of Lia, Clara, Wulan
Teen FictionTentang persahabatan yang dipenuhi cerita cinta. Tentang jiwa dan rasa yang selalu disembunyikan. Tentang tiga tokoh wanita yang selalu kompak dalam menyusun perasaan mereka masing-masing. Tentang pertemuan, kagum, cinta, harapan, berhenti, dan mel...