Permohonan

37 6 0
                                    

"Bu Rika, saya jatuh cinta pada seorang anak. Usia sekitar 5 tahun. Rambut ikal dan pipinya tembam. Menggemaskan sekali. Izinkan aku mengadopsinya, Bu ".

Amira masih berusaha meyakinkan kepala panti. Tapi wanita tambun itu tidak mudah memberikan anak asuhnya untuk diadopsi. Sekalipun pengadopsinya adalah Amira, bayi yang ia asuh di panti itu sampai ia wisuda sekolah tingkat atas.
Bu Rika sungguh tidak meragukan kesungguhan Amira dalam menjaga anak adopsinya nanti. Hanya saja ,

"Bu, tolonglah ... Mas Andi memang menerima apa adanya aku dan keadaan rahimku. Tapi kami tetap butuh pelengkap keluarga. Meskipun bukan dari darah kami" Amira mulai terisak.

Bu Rika menepis airmata yang hampir menetes. Ia ingat betul kista yang dideritanya membuat rahimnya terpaksa diangkat. Dan itu membuatnya merasa menjadi wanita yang tidak seutuhnya. Dan ia tau kini Amira merasakan hal yang sama.

"Anak mana yang kau bilang menggemaskan itu?"

Bu Rika beranjak dari kursinya. Menghela nafas lalu berjalan tergesa keluar ruangan.
Amira mengusap airmata dengan senyum mengembang.

"Terimakasih Ibu, Semoga saja anak itu jodohku"

...

Bu Rika berjalan cepat melewati ruang-ruang kelas. Amira mengekor dibelakangnya. Setiap kelas tak luput dari pandangannya. Mencari bidadari kecil yang ia lihat kemarin sore.

"kelas untuk usia 5 tahun ada diseberang lapangan. Bukan disini".

Terang Bu Rika mengerti hati Amira yang tak sabar. Ia tak lepas berdoa semoga anak itu menyukainya. Hatinya berdebar. Ia gugup.

Bu Rika berhenti di depan ruang kelas terakhir. Memberi isyarat pada Amira agar ia masuk lebih dulu.
Senyum Amira seketika menghiasi wajahnya yang merona panas. Ia gugup.
Bocah itu ada di depan kelas sedang mencorat-coret papan tulis. Ia terlihat sangat menikmati decitan kapur yang beradu dengan kayu.

Rindu Sang PuteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang