Dela yang baru saja keluar dari kamar mandi mendengus kesal saat mendapati eksistensi Calvin yang seenaknya merebahkan diri di ranjang milik gadis itu. Pria itu mendengkur kecil.
"Keluar nggak?!" Dela menarik lengan Calvin dengan kencang, tapi pria itu malah menepisnya, kemudian mengubah posisi tidurnya membelakangi Dela, membuat gadis itu menggeram.
"Apaan sih tiba-tiba ke kamar gue?" Dela berjalan menuju meja belajarnya———hng, mungkin meja tempat buku pelajaran yang sangat jarang dijamah oleh tangan lentik Dela———mengambil laptop, berniat marathon drama.
"Gue mau pastiin lo nggak keluyuran malam ini," Dela mengernyit mendengar jawaban Calvin yang terdengar seperti lelucon, tapi nyatanya pria itu berucap dengan eskpresi kelewat serius.
"Gue nggak ke mana-mana. Harusnya tuh gue yang kudu bilang gitu, yang biasanya keluar malam itu lo, kan?" Calvin mencebikkan bibirnya, pria itu bangun dari tidurnya, menatap Dela yang fokus pada layar laptop.
"Malming," Calvin berjalan ke arah Dela, berdiri di samping gadis itu "suatu hal yang aneh bagi gue dengan adanya lo di rumah, tapi bagus deh" Dela berdecak saat jemari Calvin mengganggunya, pria itu memencet dengan sembarang keyboard laptopnya.
"Hush, sana keluar dari istana gue," Dela menoleh saat merasakan Calvin sama sekali tidak beranjak. Pria itu mengarahkan telapak tangannya ke arah kepala Dela, kemudian mengusapnya dengan pelan. Sontak saja hal itu mengundang reaksi terkejut dari gadis bersurai coklat itu.
"Lo..———"
"Gue mau keluar bentar!" Calvin berucap dengan cepat, salah tingkah. Pria itu meninggalkan kamar Dela dengan bantingan pintu yang cukup keras, tidak ingin melihat reaksi berlebihan Dela, pria itu hanya menghindarinya. Malu.
"Ya Tuhan! Sodara gue masih waras ,kan?" Dela meraba dadanya, detak jantungnya terasa menghentak, gadis itu meringis setelah kemudian kembali fokus pada laptopnya.
.
.
.
Calvin rasa ia menyesal pergi dengan tiba-tiba seorang diri ke tempat laknat ini. Ternyata ia malah berjumpa dengan orang yang sering di sebutnya bajingan.
"Lo masih nggak mau ngasih tau gua?!" Calvin berdecih saat pria di hadapannya kembali melayangkan pukulan pada perutnya.
"Gue nggak akan ngebiarin lo ngehancurin markas gue sama temen-temen gue lagi!" Pria di hadapannya terbahak melihat Calvin yang masih berani, padahal pria berkulit putih itu sudah diterjang olehnya dan kedua temannya, ia akui jika Calvin memang orang yang kuat, terbukti dari luka lebam di wajahnya, dan darah yang keluar dari sudut bibirnya, tapi pria itu masih sanggup berdiri dengan tegap.
"Kalau gue nggak salah info, cewe lu sekolah di Ranujaya, kan?" Calvin terbelalak mendengar perkataan pria di depannya, Wira.
"Ma-maksud lo?!" Wira berdecih.
"Gue tau siapa cewe lu! Dia itu———"
"Calvin!" Calvin, Wira, dan kedua orang lainnya———Andre dan Chandra———menoleh ke belakang, mereka berempat sama terkejutnya mendapati eksistensi Dela dan seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berdebat, ah lebih tepatnya berkelahi.
"Lo kenapa ke sini?!" Calvin bersuara nyaring, sedikit meringis diakhir katanya, sudut bibirnya terasa perih.
"Harusnya gue yang nanya! Kalau Lisa nggak nelpon gue, mungkin gue nggak bakal tau lo di sini!" Gadis itu tampak tersengal, kemudia berjalan mendekat ke arah Calvin dan ketiga pria lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let You Go
RandomWira, Dela. Mereka punya kisah hidup sendiri yang ingin mereka ceritakan pada orang terdekat mereka. Kisah yang bermula dari sebuah rasa. -Karena merelakan kepergianmu adalah suatu kesulitanku hingga saat ini.