Dela merenung menatap jam dinding yang bergantung di kamarnya, memperhatikan setiap dentang detik yang terasa lambat. Kepalanya menoleh pada pintu balkon yang sengaja dibuka, langit sore yang berwarna jingga kemerah-merahan tampak pudar, cahayanya semakin redup. Gadis itu mencoba memutar kembali kejadian sekitar satu tahun lalu, awal mula kenapa Calvin menjadi seperti ini, menjadi seorang yang sangat arogan, pria itu sangat bertolak belakang dengan sikapnya dahulu. Begitu banyak perubahan, tapi satu hal yang Dela tahu, Calvin tidak akan pernah bisa mengabaikannya, hal kecil yang selalu pria itu berikan pada semua orang, perhatian kecil yang padahal sangat besar maknanya bagi siapapun yang menerimanya. Dela terpejam, mencoba tidur untuk masuk ke dalam mimpi yang terasa nyata, mimpi yang memang sangat sering ia alami.
"Del, gue suka sama sodara lo!" Dela yang kala itu sedang menyeruput bubble teanya langsung melotot kaget ke arah Aluna, "Gue beneran jatuh cinta at first sight sama Calvin!"
"Wah gila lo, Lun. Mana mau Calvin sama lo" Lisa menyantap nasi gorengnya dengan lahap, mengingat ia belum lunch. Mereka bertiga memutuskan menghabiskan sore di sebuah cafe sepulang sekolah, di sinilah mereka berada Express Cafe.
"Lah yang bilang Calvin suka sama gue siapa? Oke, mungkin belum suka, tapi gue bakal bikin dia suka sama gue" Aluna terlihat antusias membayangkan wajah Calvin kala gadis itu tak sengaja bertatap muka di depan rumah Dela.
"Sadar diri dong, lo itu tua, mana cocok sama Calvin yang masih SMP" Dela tergelak saat melihat ekspresi kesal Aluna.
"Bilang aja lo iri, Lis. Lagian nih ya, Calvin kan seumuran sama lo dan Dela, jadi cuma beda satu tahun sama gue" Aluna bersedekap dada.
"Ya tetep aja keliatannya Calvin kayak pacaran sama tante kalo sama lo"
"Ih jahat! Nggak segitunya juga, gue juga baru masuk SMA, ya cocok aja sama Calvin yang kelas 3 SMP" Lisa berdecak melihat Aluna yang kekeuh.
"Udah-udah, ngapain sih tubir" Dela beranjak dari duduknya.
"Balik yuk,"
"Yaudah ayok!" Lisa dan Aluna mengikuti Dela, mereka bertiga keluar dari cafe.
.
.
.
Dela mengernyit saat mendengar keributan di dalam rumahnya, gadis itu baru saja sampai rumah setelah mengantar kedua temannya pulang.
"Kak Azel!" Dela terlonjak menerima pelukan seorang gadis yang terlihat lebih muda darinya.
"Fio? Kok ada di sini? Kapan datang?" Dela melepaskan pelukannya kemudian tersenyum saat sebuah kecupan dipipi diterimanya dari gadis itu, Fiona Rasfani.
"Tadi mami datang ke panti, jadi Fio ikut ke rumah" gadis yang tengah menduduki bangku SMP kelas 1 itu menarik tangan Dela menuju dapur, Calvin terlihat sangat berantakan dengan apron berwarna kuning yang melekat ditubuh tegapnya.
"Astaga! Kenapa dapur berantakan gini? Kalian ngapain aja sih?" Dela menggelengkan kepala melihat beberapa kulit telur, bungkus mentega, bahkan bumbu masakan yang berserakan serta alat masak lainnya.
"Aku laper banget, tapi mami belum pulang dari kantor, papi juga, jadi bang Calvin mau masakin telur gulung" Fiona hanya cengengesan saat mendapat tatapan jengah dari Dela.
"Yaudah kaka aja yang masak, kalian berdua beresin kekacauan ini sementara kaka bikinin makanan" Fiona mengangguk dan mulai membereskan dapur, sedangkan Calvin hanya berdecak kemudian melepas apronnya dan berlalu ke lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let You Go
RandomWira, Dela. Mereka punya kisah hidup sendiri yang ingin mereka ceritakan pada orang terdekat mereka. Kisah yang bermula dari sebuah rasa. -Karena merelakan kepergianmu adalah suatu kesulitanku hingga saat ini.