Risha Pov
Kita menuju ke penginapan selama 3 jam, tiba di sana hari sudah gelap. Terpaksa kita melakukan review esok harinya. Gue dan Rifa sepakat untuk 1 kamar. Setelah mengemasi barang-barang gue di lemari, gue keluar dan duduk di depan penginapan.
"Kota kecil dengan suasananya yang nyaman. Andai gue tinggalnya di sini," gumam gue.
"Permisi, Kak!" sapa seseorang.
"Eh, i-iya?" jawab gue kaget.
"Kakak dari SMA Anggrek itu, kan? Yang katanya mau survey tempat untuk hiking?" tanyanya.
"Hm... Iya, kenapa?" tanya gue.
"Kenalin, namaku Jovan Kurnia. Kamu bisa panggil aku Jovan. Aku pemandu kalian untuk survey besok," jawabnya sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Hm... G-gue, eh aku Risha Putri. Salam kenal," jawab gue sambil berjabat tangan dengannya.
"Kakak pake logatnya kakak aja gapapa, nanti aku yang menyesuaikan," ucapnya.
"Nggak usah, biar a-aku aja yang menyesuaikan. Gue, eh aku juga pengen belajar bahasa kalian. Oh ya, kayanya kita seumuran?" jawab gue.
Jujur, sebenernya gue agak canggung mengucapkan aku-kamu. Rasanya gimana-gimana gitu. Aneh.
"Umurku 17 tahun, kayaknya kita emang seumuran," balasnya.
"Iya, umur kita sama. Kamu bisa panggil Risha aja. Nggak usah pake kakak, rasanya canggung," ucap gue sambil tersenyum.
"Hehe... Kakak cantik kalo senyum. Lesung pipinya bikin luluh," ucapnya spontan.
"Hah?!" tanya gue salting.
"Eh, ma-maaf. Aku lancang, ya udah aku mau pulang dulu. Besok jam 7 aku ke sini lagi untuk memandu kalian," pamitnya lalu pergi.
Gue cuma terdiam memandanginya yang mulai menjauh pergi. Baru kali ini gue nemuin cowo yang spontan bilang gue cantik. Bahkan gue masih belum ngerti apa itu definisi cantik.
"Baaa!!!" kejut Rifa tiba-tiba.
"Arghhh!!!" teriak gue.
Rifa langsung membekap gue. Membuat gue inget kejadian pahit itu. Rifa pun melepas bekapan itu perlahan. "Santai aja kali, nggak usah teriak-teriak," omelnya.
"Abisnya lo ngagetin gue sih," ketus gue.
"Hehe... Maapin. Eh, tadi itu siapa? Kok lo ngomong sama dia pake aku-kamu. Hayoo... Ada apa nih? Jangan-jangan lo punya simpenan di sini," tanya Rifa penasaran.
"Hus! Kalo ngomong dipikir dulu, masa iya gue punya simpenan. Dia cuma pemandu kita besok, namanya Jovan," jawab gue.
"Oh... Trus kenapa lo ngobrolnya pake aku-kamu?"
"Gue kebawa logatnya, Rif. Gue emang gitu orangnya, terlalu gampang kebawa logat orang lain."
"Oh...." jawabnya singkat.
"Dari tadi jawabnya oh, paham maksud gue nggak sih?" tanya gue curiga.
"Paham kok. Eh, tadi gue ketemu Edwan. Dia kayanya mau nyamperin lo tapi nggak jadi gara-gara lihat lo berdua sama dia. Mungkin dia cemburu," ucap Rifa.
"Terus?"
"Gue lihat itu semua. Edwan balik lagi ke kamarnya, gue tahan dia. Gue tanya 'kenapa nggak jadi nyamperin Risha', dia jawabnya 'Risha lagi sibuk'. Terus pergi gitu aja."
"Hm...."
"Kayanya Edwan suka sama lo," tebaknya.
"Hah?! Nggak mungkin. Cowo cuek kaya dia suka sama cewe gembel kaya gue? Hahaha... Tidak bisa dipercaya," ucap gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis [TAMAT]
Teen FictionKenalin nama gue Muhammad Edwan. Kalian bisa panggil gue Edwan. Gue di sini menjabat sebagai ketua OSIS. Oh ya, dari lahir sampe sekarang gue nggak pernah tahu apa itu pacaran. Boro-boro pacaran, suka sama cewe aja jarang. Bukan berarti gue jeruk ma...