Chapter 8

9.9K 461 40
                                    


Edwan Pov

Gue segera membawa dia pulang ke rumah.

"Eh, emangnya lo tahu rumah gue dimana?" tanya Risha saat diperjalanan.

"Gue tahu kok," jawab gue.

Tiba di rumah Risha, ternyata Alif dan Rizky sudah menunggunya di depan pintu. Rizky pun mendekati gue, tiba-tiba dia mukul wajah gue.

Bugh!!!

"Rizky!" bentak Risha.

"Lo apa-apaan sih?! Denger ya, Ky. Kalo Edwan nggak ada di samping gue, gue nggak bakalan ada di sini!" lanjutnya.

Risha membantu gue untuk berdiri. Dia ngajak gue masuk ke dalam rumahnya.

"Duduk sini dulu gih, biarin gue obatin lo dulu. Bi Muriii!!! Ambilin kotak obat," teriak Risha.

"Iya, Non!" jawab Bi Muri.

Tak lama kemudian, Bi Muri datang membawa kotak obat. "Ini, Non, kotak obatnya."

Risha segera mengambil beberapa obat, termasuk es batu yang dibalut kain. "Tahan dikit yah," ucap Risha khawatir.

Risha menempelkan es batu itu ke rahang bawah kiri gue. Gue menahan rasa sakit.

"Argh!!" Gue berteriak pelan kesakitan.

"Ma-maaf, sakit yah? Maafin Rizky, ya. Padahal baru kemarin dipukul, ini dipukul lagi," ucapnya karena merasa bersalah.

"Gapapa kok, pacar lo cuman salah paham. Nanti gue jelasin ke dia," jawab Edwan.

"Rizky? Pacar gue? Hahaha...." Risha tertawa lepas mendengar pernyataan itu.

Loh... Kok dia malah ketawa sih? Emangnya ada yang salah sama ucapan gue?

"Rizky bukan pacar gue, dia cuma sepupu gue, Wan" lanjut Risha.

"Oh... Kirain pacar lo, abisnya lo deket banget sih."

Yess... Risha nggak punya pacar. Eh, tapi kenapa gue seneng gini sih? Jangan-jangan gue suka sama dia? Ah... Nggak mungkin.

"Lo kerjaannya bengong mulu, ya, Wan" ucap Risha membuyarkan lamunan gue.

"Hah? Apaan? Nggak kok. Sini, biar gue obatin sendiri." Gue mengambil kain dari tangan Risha.

"Hm... Udah ya, Ris. Gue pulang aja. Gue nggak enak sama Rizky," pamit gue.

"Sekali lagi maaf, ya. Nanti bakalan gue jelasin kok. Oh ya, nih ja-"

"Nggak usah. Lo balikin besok aja. Gue pulang dulu, ya," potong gue.

Gue berdiri dan berjalan ke arah motor gue. "Hati-hati, ya," ucap Risha sambil tersenyum.

Gilaa!!! Senyumannya kok bisa manis banget sih. Arghhh... Jangan sampe gue keliatan salting. Gue segera pulang ke rumah gue.



Rizky Pov

Kenapa mereka mendadak akrab, ya? Aneh, batin Alif.

"Lo kenapa mukul Edwan?" tanya Alif ke gue.

"Gue kan emosi, Bang. Tapi, gue juga nyesel. Oh ya, maksud dari kata-kata Risha tadi apa?" tanya gue.

"Nanti kita tanya dia."

Gue sama Bang Alif pun pergi ke ruang tengah.

"Ehm... Ada apa lo sama Edwan?" tanya gue. Gue sengaja berdiri di depan pintu dengan memasukkan tangan ke saku celana.

Ketua Osis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang