Chapter 29

5.5K 239 5
                                    

Rizky Pov

Sampe sekarang, Risha belum balik juga ke rumah. Dia kemana sih? Gue takut dia kenapa-napa.

"Rizky!" panggil Edwan.

"Apaan? Ada penemuan baru?" tanya gue penasaran.

"Risha dibekap!" bisik Edwan.

"Hah?! Di-"

"Sstt... Jangan teriak-teriak! Jadi pusat perhatian nanti," potong Edwan sambil menutup mulut gue.

"Kata siapa lo?" tanya gue setelah tangan Edwan membuka mulut gue.

"Dika. Kemarin dia jadi saksinya," jawabnya.

"Gimana kejadiannya?" tanya gue semakin penasaran.

Edwan pun menjelaskan semuanya. Gue sempet syok. Kenapa Risha yang dibekap? Apa ini ada hubungannya sama teror itu? Gue bener-bener ngerasa takut Risha kenapa-napa.

"Pantesan Risha belum pulang. Terus yang bekap Risha siapa? Gue takut dia kenapa-napa," ucap gue khawatir.

"Gue juga khawatir sama dia, Riz. Sekarang kita tenang dulu, kita cari jalan keluarnya. Jalanin aja rencana kemarin," balasnya lalu pergi mendahului gue ke kelas.

Gue hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Edwan. Hari ini gue bener-bener nggak ada semangat sekolah. Semangat gue hilang karena kepikiran Risha mulu. Pokoknya hari ini harus ada bukti yang kuat.

Selama pembelajaran gue ditegur beberapa kali sama guru yang mengajar di kelas gue, beberapa kali juga gue izin ke toilet cuma buat refreshing otak gue. Hari ini pikiran gue nggak bisa jernih.

Kring... Kringg... Kringgg....

Untung bel istirahat udah bunyi. Gue jadi selamat dari teguran Pak Eko gara-gara gue bengong di kelas.

"Rizky!" panggil Bang Alif.

"Eh, Bang Alif. Kenapa, Bang?"

"Ada bukti nggak? Kemarin nyokap gue nanyain Risha, gue terpaksa bohong kalo Risha nginep di rumahnya Rifa," ucap Bang Alif.

"Belum ada, Bang. Gue juga bingung gimana cari buktinya," jawab gue lesu.

"Ternyata lo di sini sama Bang Alif. Hehe... Maaf, Bang, motong pembicaraan kalian," ucap Rifa.

"Gapapa. Gimana tingkah laku target kita?" tanya Bang Alif.

"Biasa aja, Bang. Tadi Pak Eko sempet nanyain Risha, kita jawabnya sakit. Target kita kelihatan biasa aja," jawabnya.

"Aduh... Mau cari kemana lagi?" tanya bang Alif semakin gelisah.

"Bang, tadi gue dapet info dari Edwan. Katanya Risha dibekap sama 2 orang misterius," ucap gue.

"What! Dibekap? Salah adek gue apaan coba? Ya ampun...." ucap Bang Alif nggak percaya.

"Dua orang misterius? Aneh. Kenapa kasus teror ini harus melibatkan dua orang," ucap Rifa penasaran.

"Bang Alif tenang aja, ya. Kalo nyokapnya Bang Alif nanya Risha dimana, jawab aja dia di rumahnya Rifa buat ngerjain proposal hiking," saran gue.

"Oke deh. Gue balik ke kelas dulu," pamitnya lalu pergi.

Gue dan Rifa pun juga kembali ke kelas.

"Oy! Risha kemana?" tanya Rivano tiba-tiba.

"Katanya lo sehati dan sejiwa sama Risha, kok lo nggak tahu dia dimana?" sindir gue.

Oke, gue akuin. Gue emang nggak terlalu suka dengan keberadaan Rivano di kelas gue ini.

Ketua Osis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang