"Enak ya menjadi Putera Mahkota. Semuanya akan anda miliki dan tercukupi."
"Begitukah?"
Xinlong terlihat berpikir. Youming mengangguk mantap.
"Tapi selama ini rasanya tidak seperti itu."
"Yang Mulia masih kecil, tentu saja Yang Mulia tidak memahami perbedaannya."
"Kau juga kan masih kecil, Qu Youming."
Youming tertawa. "Benar juga..."
"Apakah kau ingin bertukar peran?"
"Eh?"
"Sehari saja. Jadilah aku untuk sehari saja."
"Lalu saya bagaimana? Kalau ayah mencari saya bagaimana?"
"Aku akan menggantikanmu."
"Maharaja dan Maharatu tentu akan dengan mudah mengenali saya."
"Pakai saja ini." Xinlong mengeluarkan selembar kain kecil dari balik yinya. "Katakan kau sedang tidak enak badan. Aku juga akan melakukan hal yang sama pada kedua orangtuamu."
***
"Apa kau memikirkan resiko dari tindakanmu ini, Pangeran Xinlong?"
"Yang Mulia.... Sudahlah... Dia masih kecil dan belum mengerti apa-apa."
"Anak itu hampir saja mati, Huanghou."
Xinlong tak sedikit pun berani mengangkat wajahnya.
"Kau beruntung Youming masih bisa diselamatkan. Jika tidak, akan jadi apa hubungan kita dengan keluarga Menteri Qu?"
Qu Youming merupakan putra ketiga Menteri Qu You, Menteri Kesejahteraan Rakyat. Dia memang sering mengikuti ayahnya setiap kali ada pertemuan pejabat istana, dari situlah Xinlong mulai berteman dengannya.
"Maafkan aku, bixia."
"Lain kali berpikirlah sebelum berbuat sesuatu yang akan membahayakan keselamatanmu ataupun orang lain, Pangeran! Jadilah anak yang bertanggung-jawab!"
***
Youming menyambutnya dengan senyuman lemah. Wajah dan bibirnya masih pucat. Xinlong merasa sangat bersalah.
"Maafkan aku, jika saja aku tidak memintamu untuk..."
"Sudahlah, Yang Mulia. Ini bukan sepenuhnya kesalahan anda."
Menteri Qu membawa istrinya keluar dari kamar saat sang putra menatap mereka dengan sorot memohon.
"Kehidupan Putera Mahkota yang saya bayangkan ternyata tidak seindah itu pada kenyataannya."
Xinlong diam.
"Pangeran harus bangun pagi sekali, berlatih beladiri, mandi, makan pagi, berlatih memanah, berkuda, belajar sejarah, belajar ilmu pemerintahan, belajar kaligrafi, melukis, belajar strategi perang dan masih harus menghadapi orang-orang penuh niat jahat." Tatapan Youming menerawang. "Sungguh masa kecil yang sukar untuk dibayangkan telah anda lalui selama bertahun-tahun. Apakah hal itu yang ingin anda tunjukkan kepada saya?"
"Youming... Aku...."
"Saya mengerti."
"Aku tidak mengira ini akan terjadi, aku bersumpah."
Youming tersenyum. "Yang Mulia, saya akan menjadi teman baik anda sampai kapan pun. Ketika nanti anda membutuhkan bantuan saya, katakan saja. Saya akan berusaha mengabulkannya bahkan dengan nyawa saya."
"Qu Youming..."
Youming menggenggam tangan kanan Xinlong. "Omong-omong, adik anda sangat cantik."
Xinlong tertawa. Dasar Youming. Dia masih saja bercanda.
***
"Jika seseorang berusaha menyekap anda dari belakang, seperti ini..." Yongjin mempraktekkan ucapannya dengan membekap mulut Xinlong dan membebat lengan anak itu ke belakang. "Apa yang akan anda lakukan?"
Xinlong menyiku perut Yongjin dan menghantamkan bagian belakang kepalanya ke wajah pria itu dengan keras.
"Perlawanan bagus. Tapi kebanyakan orang akan menduga dan mengantisipasi gerakan itu. Apalagi Yang Mulia bertubuh lebih kecil dari penyerang."
"Akan kugigit tangannya."
Yongjin meringis lebar, menampilkan deretan giginya yang rapih dan runcing.
"Yang harus anda lakukan adalah mengantisipasi, bukan melawannya. Belum."
Xinlong tersenyum mengerti. Yongjin mengajarinya untuk mempelajari pergerakan lawan.
***
"Kenapa aku harus mengenakan ini, muhou?"
Xinlong memprotes baju kebesarannya yang panas dan berlapis-lapis. Kepalanya juga terasa berat karena mereka mengikat rambutnya ketat sekali. Dia merasa dijambak.
"Hari ini adalah hari pernikahan Pangeran Ahyin. Kita semua harus hadir. Kau juga."
Permaisuri Baoyu memperbaiki jubah terluar yang sejak tadi ditarik-tarik oleh putranya.
"Dia yang menikah, kenapa aku yang harus berpakaian serumit ini?"
"Karena dia adalah kakakmu."
Xinlong merengut masam. Gushan Ahyin itu pangeran pertama kekaisaran Qin. Usianya enam belas dan dinikahkan dengan putri dari bangsawan Meng, Meng Jia. Xinlong tidak begitu menyukai Ahyin. Abangnya itu angkuh dan tidak menyenangkan. Dia selalu menyombongkan kemampuan memanahnya karena Xinlong seringkali gagal. Untunglah, dia akan segera tinggal di wangfunya sendiri. Xinlong tidak perlu melihatnya sering-sering.
Suasana riuh. Bunyi tabuhan gendang dan lantunan guzheng memekakkan telinga. Orang-orang bicara dengan suara yang dikeraskan. Xinlong tidak begitu suka suasana ini. Diam-diam dia memperlambat langkah, membiarkan Permaisuri Baoyu melangkah terus membelah kerumunan yang menyingkir dengan sendirinya.
Xinlong memutari tempat orang berkumpul itu, menuju gerbang. Penjagaan ketat terlihat. Setiap tamu yang datang diperiksa dengan seksama baru diizinkan masuk ke dalam. Xinlong menyelinap keluar, menarik napas lega, menikmati kebebasannya diluar gerbang istana.
Rasa senangnya berhasil bebas membuat Xinlong pergi terlalu jauh. Ketika dia menoleh kebelakang, gerbang istana terlihat kecil dimatanya. Xinlong mendesah. Dia harus kembali sebelum ibunya menyadari kepergiannya dan kemudian marah besar. Dia berbalik. Tapi langkahnya tertahan oleh satu perasaan asing. Ada seseorang yang membuntutinya.
Xinlong mempercepat langkahnya dan mendengar langkah orang itu juga semakin bertambah cepat. Dengan gerakan tak kentara, ia melepaskan ikatan jubahnya. Namun orang itu sudah menarik bagian belakang bajunya dan membekap mulutnya.
"Huangtaizi.... Bersenang-senang diluar eh?"
Xinlong melihat sisi kiri wajah pria itu memiliki luka gores, dan matanya menyiratkan banyak rahasia. Xinlong berontak, menggigit telapak tangan pria itu dan meloloskan dirinya dari jubah kerajaan yang sudah dia buka talinya kemudian berlari secepat yang dia bisa. Xinlong tak peduli ibunya akan marah karena dia sudah kehilangan satu jubah kerajaan dengan benang emas sebagai benang sulamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of The Dragon《Qianxi-Shinhye》
FantasyKehidupan Kaisar Zhaoyang, kaisar kedelapan Dinasti Qin. Perjuangannya menghadapi percobaan pembunuhan, perjodohan politik, hingga akhirnya menikahi seorang ratu dari Kerajaan Weian dan kemudian dinobatkan menjadi kaisar setelah ayahnya mangkat.