Usia Xinlong dua belas tahun ketika dia memohon diizinkan ikut ke medan perang untuk yang pertama kalinya. Mereka bertarung melawan kelompok pemberontak pimpinan Yong Hexi diperbatasan Hebei. Yongjin memaksanya tinggal ditenda diatas perbukitan tak jauh dari medan pertempuran. Siapa yang mau meresikokan nyawanya karena gagal menjaga Putera Mahkota? Hari kedua, Xinlong memaksa terjun ke arena. Padang pasir dibawah tubuhnya terasa panas membakar. Bau anyir darah dan keringat menyengat penciuman. Hari itu, hari pertama Xinlong menebaskan pedangnya untuk membunuh orang lain.
***
"Hhhh!"
"Anda bermimpi lagi, Yang Mulia."
Xinlong menerima teh dari kasim Tao. Mereguk air hangat itu rakus. Napasnya memburu.
"Anda perlu menyegarkan pikiran. Pergi keluar melihat suasana sekitar akan baik untuk anda."
"Ayahanda tidak mungkin mengizinkanku pergi."
Jelas tidak. Sejak percobaan pembunuhan yang semakin sering terjadi didalam istana, Maharaja sangat ketat soal perizinan bepergian putra dan putrinya terutama Xinlong, sang Putera Mahkota.
Xinlong beranjak dari ranjangnya, mengetatkan ikatan hanfu dipinggang dan meraih jubah gelap dari gantungan.
"Aku akan melihat Fang."
"Yang Mulia..."
"Tenang saja, kasim Tao."
***
(Sebenarnya ini anjing jenis Tibetan Mastiff, bukan singa. Tapi kira-kira beginilah wujud Fang)
Fang. Singa besar ini seusia Xinlong. Kaisar Qin VII mulai memeliharanya semenjak sang putra lahir dan singa itu juga baru saja dilahirkan. Fang yang dikenal orang lain adalah singa haus darah, pemakan daging, bahkan pemangsa manusia. Tidak banyak penguasa bersedia membesarkannya. Populasinya menjamur di perbukitan Jianghe.
Kaisar Qin diam-diam membiasakan Xinlong berdekatan dengan singa ganas itu tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak Xinlong berusia lima tahun, dia memasukkan putranya ke kandang Fang. Membiarkan anak itu menjerit-jerit histeris berhadapan dengan si bulu lalu mengeluarkannya setelah keadaan mulai tak terkendali.
Xinlong tidak pernah merasa terbiasa. Setidaknya itu yang dia rasakan. Sudah lama sejak Kaisar Qin berhenti mengurung Xinlong dikandang Fang. Tapi hari ini, dia datang sendiri ke kesana. Membukanya tanpa gentar dan masuk ke dalam. Singa besar itu mengaum, memamerkan gigi-gigi tajamnya pada sang tamu yang bertandang.
"Hai, Fang " Xinlong maju selangkah demi selangkah. "Bagaimana kabarmu hari ini? Kita cukup lama tidak berjumpa, bukan? Setiap kali aku kesini, kau yang mendekat padaku sembari memperdengarkan suaramu yang menakutkan. Tapi hari ini aku yang akan mendekat padamu, untuk menunjukkan siapa yang harus kau bela ketika nanti kita bertarung bersama.
"Aku tidak berharap akan menggunakanmu untuk membunuh orang lain, Fang. Membunuh tidak segampang menyantap makanan. Tapi aku tahu kau akan mencabik siapa pun yang mengganggu ketentraman kita, bukan? Aku harap kau bisa berjuang disisiku dan hidup seribu tahun lamanya."
Xinlong berhenti dua langkah didepan binatang berbulu itu. Tinggi tubuh Fang dua kali lipat tinggi Xinlong. Membuat remaja itu harus mendongak. Kelereng hitam singa itu memantulkan bayangan dirinya.
"Besok, besok adalah hari ulang tahun kita yang ke lima belas. Perkenalkan, aku Gushan Xinlong, pemilikmu, Putera Mahkota Qin, calon Kaisar Qin yang ke delapan."
Bersamaan dengan itu, Xinlong mengusap surai panjang Fang yang menggantung didepannya. Singa itu mengaum keras, kepalanya bergerak-gerak. Aumannya tak berhenti. Beberapa pengawal berlarian berusaha membuka pintu kandang yang dikunci Xinlong dari dalam. Seluruh penghuni istana tampaknya penasaran dan takut. Fang tidak pernah mengaum sekeras itu. Mereka kira singa raksasa tersebut sedang mengamuk. Semuanya berkumpul penuh rasa ingin tahu juga khawatir. Ditengah kerumunan, dari sela pintu besi itu, sang Kaisar menatap putranya bangga. Xinlong sudah mengumumkan kuasanya pada dunia.
Tianxia de wang, king of the world.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of The Dragon《Qianxi-Shinhye》
FantasyKehidupan Kaisar Zhaoyang, kaisar kedelapan Dinasti Qin. Perjuangannya menghadapi percobaan pembunuhan, perjodohan politik, hingga akhirnya menikahi seorang ratu dari Kerajaan Weian dan kemudian dinobatkan menjadi kaisar setelah ayahnya mangkat.