"Fokus, Huangtaizi."
Xinlong meringis saat anak panahnya melenting berbalik mengenai keningnya tanpa sempat ia tangkis. Beruntung, bagian tajam dari panah itu hanya menggoresnya sedikit.
"Saya sudah mengatakan pada anda untuk selalu fokus. Jangan biarkan hal apapun mendistraksi pikiran anda, Huangtaizi."
"Yongjin ge, aku lelah. Bisakah kita istirahat sebentar?"
"Ini baru saja mulai."
"Aku mohon." Xinlong menangkupkan kedua telapaknya didepan dada. "Tolong."
Alis kanan Yongjin terangkat naik. Sudut bibirnya tersenyum mengejek. "Saya tidak mendidik anda untuk menjadi lemah, Pangeran Xinlong."
"Tapi aku benar-benar lelah." Xinlong menjatuhkan tubuhnya ke tanah berumput. Telentang dengan bebas. "Kapan aku bisa membalas semua yang mereka lakukan? Aku lelah harus selalu bermain ala kucing dan tikus seperti ini."
"Tidak ada gunanya membalas hal-hal seperti itu, membuang waktu. Anda harus tetap maju dan mempersiapkan diri anda untuk sesuatu yang lebih besar."
"Tapi teh melati pagi ini membuatku mual dan pusing. Kurasa dosis racunnya lebih besar."
Yongjin menepuk-nepuk Xinlong diiringi tatapan prihatin. Pangeran yang baru beranjak remaja ini begitu mengagumkan. Tapi tentu saja Yongjin tidak pernah mengatakannya.
"Berapa usia anda tahun ini?"
"Lima belas."
"Sudah cukup dewasa. Banyak anak sudah menerima perjodohan diusia lima belas."
"Lalu kenapa kau tidak? Bukankah usia Yongjin ge sudah hampir dua puluh tiga?"
"Kita membicarakan anda, Yang Mulia, bukan saya."
Xinlong mencemooh kalimat Yongjin. Dia berbaring menyamping. Memperhatikan Yongjin yang duduk menumpukan tangan kirinya keatas lutut.
"Kenapa gege tidak ingin kembali ke Zhu?"
Yongjin berdehem.
"Anda sudah sering menanyakannya."
"Ya. Dan kau tidak pernah menjawabku, Zhang Yongjin ge."
"Pangeran..." Yongjin menatap manik mata Xinlong yang gelap. "Saya dibawa kemari tidak lama setelah kelahiran saya. Jiwa dan raga saya milik Xian sejak pertama kali saya diterima oleh Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri ditanah ini."
"Tapi disini kau hanya seorang kepala pengawal, di Zhu kau bisa menjadi seorang raja."
"Huh." Yongjin tersenyum pahit. "Lalu untuk apa semua itu? Apakah ada bedanya? Saya tetap saja bertarung, melihat banyak orang mati didepan saya. Saya lebih memilih menjadi kepala pengawal dibandingkan menjadi pangeran atau raja, Yang Mulia. Setidaknya, beban terbesar saya hanya melindungi anda."
"Kau lari dari semua itu?"
"Ini bukan lari." Yongjin menggeleng. "Untuk membuat dunia lebih baik, kita harus menghindari pertumpahan darah. Lagipula, saya tidak mengenal kekuasaan sejak saya masih bayi. Disini, mendidik dan menjaga anda, sudah cukup bagi saya."
***
"Kenapa, putraku? Apakah makanannya kurang enak?"
Xinlong menggeleng sopan. "Ini enak."
"Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya, Huangtaizi...."
"Kurasa aku hanya tidak enak badan."
"Hooo.... Lihatlah anak ini. Dia benar-benar tidak menaruh hormat kepada Yang Mulia Kaisar. Bagaimana mungkin kau berwajah masam saat menyantap hidangan dihadapan Huangdi. Apa yang dilakukan Zhang Huanghou selama belasan tahun lamanya?"
Tai huangtaihou bersuara dengan nada mengejek yang terang-terangan.
"Anda tidak bisa bicara seperti itu kepada ibu saya, Tai huangtaihou."
"Ah!" Wanita tua itu menampilkan ekspresi terkejut yang berlebihan. "Dia bahkan mengangkat suaranya padaku."
"Itu karena anda-"
"Huangtaizi."
Xinlong melirik Ibu Suri yang menghentikan ucapannya. Wanita itu menghela napas panjang. "Tai huangtaihou, maafkan Pangeran Xinlong. Pangeran masih sangat muda dan belum memahami betul bagaimana harus menempatkan diri sesuai dengan kita para orangtua. Saya yakin, huanghou sudah mendidiknya dengan baik dan benar. Ini hanya kesalahpahaman semata."
"Kenapa nenek mempermasalahkan ini? Aku hanya bertanya pada putraku."
"Ah!" Permaisuri memekik halus. Xinlong tahu ibunya sengaja menjatuhkan sumpit untuk menyela pembicaraan. "Oh maafkan saya. Saya tidak sengaja. Pelayan, tolong ambilkan yang baru." Zhang Jinyi tersenyum sesopan mungkin pada Ibu Suri Tua. "Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh putra saya yang berharga." Senyum Permaisuri tidak sampai ke matanya. "Tapi anda tentu tahu siapa dan bagaimana Pangeran Gushan Xinlong, Tai huangtaihou. Jika menurut anda momen ini adalah saat yang tepat untuk menyerang saya didepan seluruh penghuni istana dan wangfu, anda sudah salah karena melakukannya. Mereka semua tahu jikalah Pangeran sedang tidak enak badan. Seseorang mengirimkan teh melati Persia ke kediamannya. Teh itu mengandung racun. Saya yakin, hampir semua dari kita mengetahui siapa yang memberikan teh itu padanya."
Gumaman mendengung diruang perjamuan. Ibu Suri Tua terlihat menggenggam sumpitnya erat-erat. Xinlong melirik ibu dan neneknya. Kedua wanita itu menahan diri untuk tidak tersenyum puas. Permaisuri mengangkat tatapannya lurus-lurus kearah Ibu Suri Tua.
"Anda memang Tai huangtaihou, tetapi saya adalah Huanghou. Seluruh negeri ini dan aliansinya ada dibawah telapak kaki saya."
***
"Muhou! Itu tadi keren sekali!"
Xinlong berusaha mengejar langkah Permaisuri. Jinyi berbalik tiba-tiba.
"Jaga sikapmu lain kali! Kau selalu saja membuatku pusing, Putera Mahkota!"
Xinlong merengut.
"Jangan tampakkan wajahmu yang seperti itu, Gushan Xinlong! Kau tidak lihat?? Setiap kali pertemuan resmi istana, mereka selalu saja mencari celah untuk menjatuhkanmu. Ayahmu mungkin sangat mencintaimu, ibu juga. Kau memang Putera Mahkota, tapi tidak selamanya posisimu akan aman begitu saja. Bahkan kaisar saja bisa digulingkan dari takhta, jaga sikapmu sampai kau resmi menjadi kaisar."
"Muhou...."
"JANGAN MERENGEK!"
Xinlong bersungut melihat Permaisuri pergi begitu saja meninggalkannya.
"Berulah lagi, Yang Mulia?"
"Aku tidak butuh ocehanmu, Yongjin ge."
Yongjin terkekeh. "Sudah berapa kali anda diingatkan untuk menjaga sikap anda setiap seluruh keluarga kerajaan berkumpul?"
"Aku tidak melakukan apapun!"
"Melakukan apapun, atau tidak, akan jadi sama saja ketika anda berhadapan dengan orang-orang yang tidak menyukai anda. Jadi, anda harus bersikap sangat sempurna."
"Aku bosan dan lelah. Seharusnya mereka memilih Dewa untuk menjadi Putera Mahkota, bukan manusia sepertiku!"
Xinlong melangkah cepat meninggalkan Yongjin yang tertawa pelan.
8 November 2017
Tai huangtaihou itu Ibu Suri Tua, nenek Kaisar, nenek buyut/datuknya Putera Mahkota
Huangtaihou Ibu Suri
Huanghou Permaisuri
Baru ada sinyaaalllll.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of The Dragon《Qianxi-Shinhye》
FantasyKehidupan Kaisar Zhaoyang, kaisar kedelapan Dinasti Qin. Perjuangannya menghadapi percobaan pembunuhan, perjodohan politik, hingga akhirnya menikahi seorang ratu dari Kerajaan Weian dan kemudian dinobatkan menjadi kaisar setelah ayahnya mangkat.