Chapter 9

413 59 8
                                    

October, 24th
2018

21.40 KST

Dua puluh menit sebelum tepat jam 10 malam, mobil mewah milik Jaehyun tiba tepat di depan halaman rumah mewah bernuansa Italia kuno dan terparkir tepat di samping mobil silver.


Setelah mobil miliknya terparkir dengan rapih, keluarlah dua pria berjas hitam lengkap dengan alat sensor di masing-masing telinganya. Persis seperti pemeran dalam film Man In Black.

"Stand by gerbang utama, tuan muda sudah tiba." Kata salah seorang pengawal tersebut melalui alat sensor komunikasi yang ada di telinganya. Sesaat setelah ia membukakan pintu mobil untuk sang CEO muda, Jung Jaehyun.

Dan inilah sosok CEO muda tersebut. Proporsi tubuh yang tinggi dan tegap bak seorang model tersebut tampak menakjubkan dengan balutan kemeja hitam dan dasi berwarna putih.

Sembari menenteng jas tuxedo putih miliknya, ia berjalan dengan langkah penuh wibawa menuju pekarangan rumah sang ayah. Tentu dengan diiringi oleh beberapa pengawal terlatih yang berjaga di belakangnya.

DRRT!

Ponsel miliknya bergetar, pertanda ada panggilan yang masuk.

Dan setelah pemuda berparas tampan ini mengecek ponselnya, benar saja ada panggilan yang masuk.

Incoming call
Ayah.

Jaehyun menggeser tombol hijau pada touch screen ponselnya.

"Kau sudah tiba?"

"Iya aku sudah tiba, Ayah. Aku akan segera masuk."

Dan percakapan antara ayah dan anak pun berakhir singkat.

Jaehyun menghela nafas pelan. "Bahkan dia tidak menanyakan bagaimana kabarku."

*

Ini sudah lebih dari sepuluh menit, Jung Jaehyun dan Jung Hae In duduk berhadapan. Dan selama itu pula keduanya terdiam canggung.

Duduk berhadapan seperti ini bukan berarti memberi pengaruh yang lebih baik untuk sepasang ayah dan putranya itu.

Keduanya bahkan memilih sibuk dengan lamunan mereka masing-masing.

Menit ke lima belas Jaehyun mulai merasa jenuh. Teh hijau miliknya bahkan sudah mulai dingin.

"Bagaimana perkembangan perusahaan Ayah?" Tanya Hae In, sang ayah.

Mendengar sang ayah bertanya to the point, Jaehyun menegakkan punggungnya kemudian menatap ayahnya dengan tatapan datar.

"Kenapa kau menatap ayah seperti itu?"

Jaehyun mendesah kesal. "Hai, nak. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah makan? Bagaimana perjalananmu kesini? Apa jalanan Seoul di malam hari sama padatnya seperti siang atau sore hari? Apa kau lelah? Apa kau butuh istirahat?"

Jaehyun mendecih. "Ayah seharusnya bertanya seperti itu terlebih dahulu kepadaku. Atau setidaknya bertanya bagaimana kabarku." Lanjutnya.

Hae In mengesap Nokcha yang sedikit pahit, lalu mengembalikan cangkir tersebut ke wadahnya.

"Ayah tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong." Jawabnya tanpa beban.

Jaehyun kembali mendecih. "Dasar laki-laki tua tidak berperasaan!" Gumam Jaehyun kesal.

Sifat ayahnya tidak pernah berubah. Dia tetap saja dingin dan tidak pernah peduli dengan keadaannya.

Yang dia pedulikan hanya uang.

Ballerina's Bride [Jaehyun NCT FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang