'Klik!'Setelah menekan saklar, seluruh lampu di penthouseku pun menyala. Aku berjalan dengan langkah malas menuju ke sofa empuk lalu membanting tubuhku disana. Perjalanan yang lumayan jauh itu membuat bokongku terasa sakit karena terlalu lama duduk.
"Cepat buatkan aku makan malam, aku lapar." Titahku setelah melihat Soo Hee yang berjalan menuju pantry sembari membawa sekantung penuh bahan makanan yang sempat dibelinya di mini market depan apartemen.
Aku bisa mendengar ia mendengus kesal setelah kuperintahkan demikian. Wajah yang kusembunyikan di balik bantal ini tersenyum penuh kemenangan saat mendengar ocehan gadis ballerina itu.
Aku bangkit sejenak dari sofa lalu menanggalkan jas dan dasi sialan yang melilit di kerah kemejaku dan setelah itu ku lempar asal ke lantai kemudian kembali berbaring di sofa empuk ini.
"Sebagai pemimpin perusahaan kau harus bisa mencerminkan perilaku yang baik selayaknya seorang pemimpin,"
Aku membuka satu mataku dan menemukan sosok Soo Hee yang sedang memunguti jas dan dasiku yang ku lempar ke lantai barusan.
"Contohnya ini, kau harus meletakkannya disini." Soo Hee menggantung jas itu di hangar lalu memasukkannya ke dalam lemari. Begitu pula dasi itu.
"Apa sih susahnya hidup rapih dan teratur seperti ini?" Keningku berkerut kala melihat Soo Hee yang kesal sambil menceramahiku.
"Heh, memangnya kau itu siapa? Punya hak apa memerintahku begitu?"
"Aku sekertarismu."
"Memang ada hubungannya?"
"Jelas ada!" Soo Hee menggebrak meja makan dengan tidak santainya sehingga membuatku nyaris terjungkal jatuh dari sofa.
"YA!" Bukannya ketakutan setelah aku melototinya sambil berteriak, dia justru malah balik melototiku. Baru kali ini aku bertemu dengan sekertaris macam dia.
"Tugas seorang sekertaris adalah menyusun alias mengatur setiap jadwal maupun kegiatan atasannya dalam bentuk apapun itu." Aku yang duduk di sofa sambil menganga hanya bisa diam mematung menyaksikan sekertarisku sendiri yang mengaturku.
Yang atasan disini sebenarnya siapa?!
"Dan aku, Kang Soo Hee, berhak untuk mengatur hidup anda, Tuan Jung Jaehyun." Finalnya setelah ia berdiri tepat di hadapanku sembari bersidekap dada dan tersenyum ke arahku. Tersenyum mengerikan.
Aku bergidik ngeri saat melihat senyuman gadis licik di depanku ini. "Jadi boss, sebelum ku laporkan anda pada atasan besar, tolong ikuti peraturan yang ayah anda sendiri buat khusus untuk anda,"
"Ck, Iya-iya akan ku kerjakan! Dasar tukang ngadu," Ucapku kesal tanpa menoleh ke arah gadis ballerina di hadapanku saat ini. Namun aku sangat yakin ada senyum penuh kemenangan yang sedang merekah di wajahnya.
"Kita seri."
***
October, 20th 2018
Denting piano itu terdengar begitu kelam dan penuh keputus asaan. Cahaya lampu remang yang menyinari punggung rapuh pria bermarga Jung itu semakin lama semakin redup, persis seperti harapannya yang semakin hari semakin redup.
Sudah 5 hari sejak ia menerima undangan pernikahan milik Taeyong dan Soo Hee dan selama 5 hari pula Jaehyun hidup uring-uringan.
Benda persegi dengan cetakan nama besar dua mempelai "berbahagia" yang tertera membuat hati serta pikiran CEO satu ini kalang kabut. Tak tahu arah dan tujuan. Tak tahu kapan harus berhenti.
9 hari lagi. 9 hari menuju detik dimana jantungnya akan berhenti berdetak, detik dimana deru nafasnya tak lagi memiliki arti, detik dimana seluruh tubuhnya mati rasa, dan detik dimana ia akan benar-benar kehilangan satu-satunya harapan dan semangat hidupnya.
Jaehyun terus menekan tuts-tuts piano itu dan menghasilkan denting nada indah yang meskipun sebenarnya menyakitkan. Langit mendung di luar benar-benar mendukung suasana hati Jaehyun saat ini.
Langit seolah paham betapa perih luka yang menganga lebar yang gadis ballerina itu torehkan di hatinya.
"Kau hebat, kau berhasil memporak-porandakan pondasi kokoh yang selama ini ku dirikan dalam diriku hanya dalam sekejap." Pria itu terkekeh. Terkekeh miris.
Ia berhenti menekan tuts piano itu lalu menoleh ke arah pintu yang sedari tadi rupanya telah di huni(?) oleh seseorang.
"Kau tahu aku ada disini?"
"Kenapa kau muncul lagi di hadapanku? Bukankah sudah ku suruh kau agar tidak muncul lagi di hadapanku?" Bahkan nada dingin milik Jaehyun belum cukup untuk menutupi bagaimana rapuhnya dia.
"Maafkan aku, tapi Jae-"
"Maaf?" Jaehyun lagi-lagi tertawa. Ia mengusap wajahnya gusar.
"Kata-kata itu sudah terlalu sering kau ucapkan, Soo Hee."
Tungkai yang sebenarnya hendak tumbang itu ia paksa agar tetap berdiri kokoh. Ya, berdiri kokoh di depan gadisnya -dulu-
"Kalau begitu tolong, dengarkan aku sekali saja." Manik redup milik Jaehyun menatap nanar wajah Soo Hee yang dari dulu bahkan hingga saat ini tak pernah bisa ia pahami.
"5 menit."
"Apa?"
"Waktumu hanya 5 menit.."
"Jaehyun!"
"5 detik berlalu, cepat jelaskan sebelum waktumu habis." Gadis ballerina itu mendengus putus asa.
"Carilah wanita lain... Carilah dan temukan wanita yang memang benar-benar pantas untuk bersanding bersamamu."
Taukah kau bagaimana cermin yang sudah dalam keadaan retak namun lantas sengaja di lempar batu besar? Cermin itu tentu saja pecah.
Dan begitulah caramu mendeskripsikan bagaimana hati Jaehyun saat ini.
Bak sengatan petir yang menyambar tepat di jantungnya, Jaehyun benar-benar tak bisa berkata-kata lagi. Tak ada hal lain lagi yang bisa ia lakukan selain memasang wajah datar. Dia mati rasa.
"Kau adalah pria yang baik, kau juga tampan, kau tidak akan kesulitan menemukan gadis lain yang jauh lebih baik dariku..." Soo Hee menggenggam erat tangan besar milik Jaehyun yang tak sehangat dulu.
"Lupakan aku, Jaehyun. Aku bukan perempuan yang baik."
"Kau memang bukan perempuan yang baik! Bagiku kau adalah perempuan yang paling kejam!"
Suara Jaehyun meninggi. Genangan air di pelupuk mata sayu itu tak lagi dapat terbendung. "Kupikir.... Dulu ku pikir kau adalah perempuan yang berbeda..."
Terdengar isakan kecil. Isakan kecil yang diyakini milik Jaehyun.
"Kupikir kau tidak akan pernah meninggalkanku... kau dulu bahkan pernah berjanji padaku untuk tetap berada disisiku kapanpun.. tapi sekarang lihat apa yang terjadi.." Pundak rapuh itu kembali bergetar.
"Pada akhirnya kau tetap meninggalkanku." Lanjutnya, disusul senyuman sinis di bibirnya yang bergetar. Sosok Jaehyun hari ini adalah Jaehyun yang benar-benar rapuh. Bertolak belakang dengan dirinya yang sebelumnya.
Jaehyun benar-benar terluka.
"Maafkan aku." Dua kata itu lagi-lagi terlontar dari bibir gadis ballerina itu.
"Pergilah." Gumam Jaehyun di sela isak tangisnya.
"Jae-"
"Pergi sekarang juga, Soo Hee! Aku benar-benar sudah muak melihat wajahmu!"
Soo Hee tersentak ketika melihat wajah Jaehyun yang saat ini terlihat benar-benar marah juga terlihat benar-benar sedih di waktu yang bersamaan. Bukan tersentak karena bentakkan dari Jaehyun.
Tanpa sepatah kata, Soo Hee melangkah pergi dari sana dan meninggalkan pria rapuh itu sendirian. Meninggalkan pria yang dia buat benar-benar terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballerina's Bride [Jaehyun NCT FF]
Fiksi PenggemarAkan tiba saat dimana kelak, kau akan diperhadapkan dengan banyak pilihan dalam hidupmu. Pilihan-pilihan itulah yang menjadi petunjuk dalam sepak terjang kehidupanmu. Sama halnya seperti Jung Jaehyun yang dalam hidupnya, ia di perhadapkan dengan 2...