Epilog

6.8K 847 117
                                        

“ HAHAHAHA ! KENA KAMU !!!”

“ IH MINU ! SAKIT TAU !!!”

Minu berlari menghampiri Wonwoo dan Mingyu yang tengah duduk di gazebo yang ada dipinggir rumah bu Een.

Rumah yang dulu hanya memiliki satu lantai yang pagarnya hanya terbuat dari kayu – kayu dan halaman yang penuh dengan sampah daun kering, kini sudah berubah.

Rumah itu menjadi rumah yang sangat indah. Meskipun masih banyak sisa – sisa coretan di dinding bekas warung yang sekarang berubah menjadi garasi mobil. Pohon rambutan masih tumbuh dengan gagah dipekarangan rumah itu. Tidak perlu penutup untuk membuat halaman rumah terasa sejuk, pohon menjadi alasan Jongin untuk membuat rumahnya terasa sejuk sampai kedalam.

Belakang warung yang dulu ditempati banyak bangku – bangku yang terbuat dari bambu dan batang pohon besar karya anak – anak sudah tidak ada lagi. Hanya ada batang kayu besar yang dibuat begitu indah untuk tempat duduk disana.

Semuanya berubah.

Rumah bu Een sekarang dikelilingi banyak rumah – rumah besar dengan bentuk dan warna yang berbeda.

Jongin membebaskan Wonwoo dan teman – temannya untuk mampir kesana setiap mereka ada waktu. Mereka juga masih saling berteman dengan hubungan yang jauh lebih baik. Sebagai teman bisnis juga.

.

.

“ Sumpah ya, Gyu. Anak lo nakal banget!” omel Scoups pada Mingyu yang kini tengah memangku Minu.

Minu meleletkan lidahnya pada Choi Su Jin. Anak laki – laki Scoups dan Jeonghan yang baru saja ditusuk dengan tusukan gigi oleh Minu.

Su Jin memang tidak menangis. Dia merengek pada ayahnya dan tentu saja itu menggangu Scoups. Ditambah lagi, Scoups memang kadang dibuat gemas dengan tingkah anak Mingyu itu.

“ Anak lo aja yang lemah ih.”

“ Iya tu, Su Jin lemah. Nda taya boboboi.” Minu menunjuk Sean Chwe. Anak laki – laki Vernon dan Seungkwan yang selalu memakai topi. Dia juga sedikit lebih tembam dan terbilang sangat cerewet.

“ Apaan! Nama aku Sean ! Bukan boboboi!”

“ Tapi kamu milip boboboi.. Iya kan papi ?”

Mingyu tertawa keras mendengar ucapan Minu.

“ Milip apanya ?” tanya Sean sewot.

“ Kamu suka naik sepeda mutelin komplek. Telus pake topi uga. Kan milip boboboi.”

“ Demi tuhan. Gue pengen anak lo itu masuk ke dalam perut lo aja, Nu.” Gerutu Seungkwan.

Siapa sih yang tidak kenal Kim Minu ? Anak teraktif pasangan Mingyu – Wonwoo yang bisa dibilang kalau Wonwoo adalah anak yang kalem. Kenapa harus menuruni gen Mingyu yang pecicilan ?

“ Kak, gue kangen si ibu~” gumam Wonwoo pada Jongin yang duduk disebelahnya.

Sudah bertahun – tahun sejak bu Een meninggal. Mereka semua memang rutin datang ke makam bu Een setiap tahun. Beberapa kali mereka juga menghabiskan waktu untuk mengenang bu Een dan segala kekonyolan yang mereka buat bersama wanita itu.

“ Apalagi gue.” Ucap Jongin.

“ Kalau dia disini, gimana ya ? Pasti dia bakal nguselin anak – anak kita.”

“ Hahaha. Iya, terus dia bawa anak lo kaya bawa kucing kampung siap dibuang.”

Wonwoo dan Jongin tertawa.

Ingat dulu perbincangannya dengan bu Een saat Wonwoo terus meracau atas tingkah Mingyu yang terbilang hyperactive.

“ Heran deh sama kalian. Wonwoo diem kadang cerewetnya minta ampun. Mingyu cerewetnya nonstop. Anak kalian gimana ya nanti?”

Warung Bu Een [[Meanie]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang