DUA

164K 6.5K 40
                                    

Rintik hujan membasahi jalanan penghubung kota Jakarta dan daerah kecil pinggiran kota. Sebuah mobil sedan berwarna hitam menyalakan wiper untuk menghapus titik-titik air yang menghias kaca. Dari arah yang berlawanan, sebuah mobil truk menabraknya. Terdengar suara benda yang beradu hingga memekakkan telinga untuk beberapa detik. Mobil sedan hitam itu berhenti dalam keadaan rusak. Kedua penumpangnya terluka dan tak sadarkan diri.

Tak jauh dari kejadian tersebut, Niken memandang sebuah truk yang berpapasan dengan mobil yang ditumpanginya. Dada gadis itu semakin bergemuruh. Ingatan tentang Finna merasuk dan mata Niken menangkap pemandangan sebuah mobil di sisi jalan dengan keadaan rusak parah.

"Yah, itu ...," ucap Niken dengan menunjuk ke arah depan.

Sumarno melajukan mobil lebih cepat lalu berhenti di dekat mobil sedan hitam yang nampaknya menjadi korban kecelakaan. Tanpa menunggu lagi, Niken keluar dan menjeritkan nama majikannya. Gadis itu semakin panik saat melihat Finna tak bergerak dan keningnya bercucuran darah.

"Kita harus menyelamatkan mereka. Lekas ke rumah sakit," perintah Sumarno.

Niken menggeleng pelan. "Kita hanya akan menyelamatkan Nona Finna dan bukan Tuan Harsa."

Mengerti amarah putrinya, Sumarno tak menyanggah. Mereka membaringkan tubuh Finna di kursi belakang mobil. Tubuh basah Niken mulai menggigil dan wajahnya memandang ke arah Finna.

"Bertahanlah, Nona."

Mereka membawa Finna menuju rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Finna dapat segera ditangani karena Niken memiliki beberapa uang di sakunya. Akan tetapi, saat akan melakukan tindakan lanjutan, gadis itu tak memiliki uang lagi.

Sumarno memutuskan untuk meninggalkan Niken di sini lantas pulang untuk mengambil uang lain. Mereka sepakat tak memberi tahu keluarga Finna lantaran Niken cemas jika Oktaviani justru akan mencelakai putri suaminya.

Hampir enam jam Niken menunggu sang ayah. Ketika melihat Sumarno datang, Niken dan ayahnya segera menemui dokter agar Finna yang mengalami luka serius dapat segera ditangani secara intensif.

"Semua sudah dibawa, Yah?" tanya Niken kepada ayahnya saat menunggui sang nona yang berada di ruang operasi.

Ayah Niken mengangguk. "Sudah. Semua tabungan Nona Finna yang diatasnamakan kamu sudah dibayarkan kepada pihak rumah sakit. Tapi, mereka bilang, kita masih harus membayar beberapa tagihan lain," jelasnya.

Mata Niken memejam dan merasakan rasa ngilu di hatinya. Finna memang sangat percaya kepada Niken hingga ia membuka tabungan atas nama Niken. Entah Finna sudah punya firasat akan seperti ini atau hanya untuk berjaga-jaga. Namun, jumlah uang yang Finna titipkan kepada Niken tak dapat menutup biaya rumah sakit. Jika Niken tak mengusahakan biaya untuk penanganan luka Finna, ia bisa mati.

"Ayah sudah pamit sama Tuan dan Nyonya bahwa kita akan pulang ke desa. Kita bisa merawat Nona Finna tanpa dicurigai mereka. Tapi, Nyonya Okta yang masih marah dengan Nona Finna, nggak ngasih uang banyak selain gaji kita, Nak."

"Mungkin aku bisa pinjam di kerabat Nona, Yah," lirih Niken.

"Mau pinjam di mana? Kamu mau memberi tahu Tuan Romero bahwa Nona Finna kecelakaan?"

Niken menggeleng. Romero adalah putra kandung Teguh Persada dan Oktaviani. Setelah mengetahui fakta bahwa ia dan adiknya berbeda ibu, Romero justru pergi dari rumah dan seakan tak ingin tahu urusan keluarganya.

"Nggak, Yah. Tuan Romero memang kakak laki-laki yang baik bagi Nona Finna. Tapi, sebaiknya keberadaan Nona Finna dirahasiakan dari keluarga Persada. Bagaimanapun juga, konflik dalam keluarga Persada terjadi karena ulah Nona Finna dan pria berengsek itu," geram Niken.

Wanita muda itu menghadap ke arah sang ayah. "Besok, Niken akan ke Jakarta dan menemui seseorang. Ia pasti mau membantu Nona," yakin Niken yang mendapat anggukan setuju dari sang ayah.

***

repost 8/9/23

Love UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang