DUA BELAS

85.9K 5K 320
                                    

"Selamat pagi, Tuan. Sarapannya sudah saya siapkan," tutur Niken sambil menundukkan wajah.

Panji menatap Niken dengan sengit. "Siapa yang suruh kamu bikin sarapan?!" hardik Panji.

Sedikit terlonjak, Niken menjawab dengan terbata. "Ng-nggak ada. Itu keinginan saya sendiri."

Tangan kanan Panji meraih lengan Niken dan menyeretnya ke meja makan. Ia tak peduli rintih kesakitan dari mulut Niken. "Kamu mau racunin aku?!"

"Nggak. Saya nggak berani," balas Niken lalu meringis karena cengkeraman Panji yang menyakitinya.

"Sini kamu! Duduk!" bentak Panji sambil mendudukkan Niken di kursi. "Buktiin kalo kamu nggak lagi coba-coba ngeracunin aku," perintahnya lalu duduk tak jauh dari Niken.

Niken memandang Panji yang terlihat seakan ingin membunuhnya. Gadis itu bingung bagaimana cara membuktikannya. Selama ini Panji memang memperlakukannya dengan buruk, tetapi tak lantas membuat Niken ingin membunuh pria itu.

"Kamu ikut makan, Niken!" bentak Panji karena tak sabar dengan diamnya Niken.

Niken segera membalikkan piring di hadapan Panji lalu menaruh nasi dan lauk-pauk di piring laki-laki itu. Ia melakukan hal yang sama untuk dirinya sendiri. Rasanya sangat aneh bagi Niken. Ia terbiasa melayani Finna atau keluarga Finna lainnya, tetapi tak sarapan pagi bersama seperti ini. Tanpa berpikir panjang, ia mempersilakan Panji untuk sarapan.

"Silakan, Tuan," ucap Niken lalu menyendok nasi untuk dimakannya.

Sementara itu, Panji menatap Niken dengan wajah masam. Tadi pagi, rasa kesal menyambutnya karena Niken tak ada di sampingnya. Ketakutan membayanginya seperti akan kehilangan separuh jiwa. Kini ia melihat Niken di ruang makan rumahnya sedang menata hidangan dengan wajah berseri. Bukan itu yang ia inginkan. Niken harus menangis di bawah kuasanya dan bukan tersenyum ceria.

Ingin Panji menyeret gadis itu ke kamar, menunjukkan kuasanya, dan puas dengan erangan serta tangis Niken di bawah tubuhnya. Namun, semua amarah itu terganggu oleh perutnya yang kelaparan. Lagi-lagi itu karena kebodohannya yang luluh dengan dekapan Niken dan melupakan makan malam. Kini Panji merasa konyol karena duduk diam dan Niken memberinya makanan.

Panji segera menukar piring Niken dengan piringnya. Ia menyantap makanan di hadapannya agar lekas pergi ke kantor. Di dekat Niken, perasaannya begitu kacau.

Sementara Niken tertegun ketika Panji mengambil piringnya dan menukar dengan piring pria itu yang masih utuh. Jika Panji takut diracuni, ia bisa mencicipi makanan pria itu lebih dulu dengan piring lain. Mengapa pria itu harus mengambil makanan yang sudah disantapnya? Bukankah itu sama saja Panji menyatap bekas Niken? Tak ingin membuat Panji lebih marah, Niken menghabiskan makanannya tanpa kata.

Lima belas menit mereka menandaskan sarapan di meja yang sama. Panji pergi ke kantor dan memperingatkan Niken untuk tak meninggalkan rumah. Bagai istri patuh lainnya, Niken mengiyakan semua perintah Panji agar pria itu bekerja tanpa resah memikirkannya.

Namun, kepatuhan Niken hanya bertahan sampai siang hari. Dengan beralasan membeli keperluan dapur, Niken keluar rumah meski dilarang oleh Harno. Ia berjanji kembali pada sore hari sebelum Panji pulang.

Dengan menunggang kendaraan umum, Niken turun di sebuah kampung dan berganti menyewa ojek agar tak dapat diikuti. Namun, sebelum Niken sampai di pangkalan ojek terdekat, sebuah tangan membekap mulut dan menarik tubuhnya.

Niken meronta, tetapi orang itu lebih kuat dan membawanya ke sebuah gang sempit. Tubuh Niken dihempaskan ke tembok hingga gadis itu mengerang kesakitan. Matanya memanas dan mengeluarkan air mata. Niken hampir kehilangan napas saat tangan besar itu mencekik lehernya.

"Di mana Finna?"

Wajah Niken mulai memerah saat Harsa mengeratkan cengkeraman di leher gadis itu. Mata Niken mulai berkunang-kunang lantaran tak dapat menghirup oksigen. Terlintas wajah Finna, bayangan tentang sang ayah, lalu Niken teringat Panji yang melarangnya pergi. Gadis itu menutup mata karena tak dapat menahan lemas di kedua lututnya.

***

Sudah tersedia versi novel, PDF, juga e-book di Google Play dan KaryaKarsa.

Hubungi Vintari untuk ketersediaan novel atau PDF (metode share link)

WhatsApp: 085742897916

Instagram: vintariwp

Repost hanya sebagian untuk spoiler.

Happy reading!

💕💕💕

Love UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang