LIMA

123K 5.4K 109
                                    

Pukul sembilan malam, Niken pamit kepada ayahnya untuk kembali ke kota menemui sang pemberi pinjaman. Awalnya Sumarno melarang karena ini sudah terlalu larut. Namun, Niken beralasan bahwa tadi pagi Tuan Muda itu sudah berangkat ke kantor dan baru berada di rumah malam ini. Niken juga mengatakan, sebagai seorang pelayan, ia harus bangun lebih pagi untuk membersihkan rumah. Dengan berat hati, Sumarno pun setuju dan berjanji menjaga Finna dari jangkauan Harsa.

Niken menggunakan transportasi umum dan sampai di Jakarta sekitar pukul setengah sebelas malam. Ia pasrah dengan nasibnya kini jika itu dapat menyelamatkan nyawa Finna. Dengan kedua tangan yang samar gemetar, Niken memasuki rumah besar yang pagi tadi ia maki.

Ketukan pelan ia lakukan dan setelah mendengar izin, wanita muda dengan pakaian yang tak layak pakai itu memasuki ruang kerja Panji. Wajah Niken segera tertunduk saat melihat raut angkuh dari Panji Hartawan. Bibirnya terasa kelu untuk berucap. Kedua tangan Niken meremas ujung bajunya dan ia menguatkan hati untuk menyatakan kesediaannya.

"Tu-Tuan Panji, saya ... saya mau," pasrahnya.

"Apa?" balas Panji dengan nada dingin.

"Saya ... ehm ... bersedia, Tuan. Saya ingin pinjam uang. Saya bersedia melakukan apa saja," ungkap Niken dengan getir. Ia hampir menangis saat mengatakannya, tetapi terbayang wajah Finna Krisanti yang membuatnya kembali mengeraskan hati.

Tawa Panji meledak. Ia memandang Niken dengan tatapan menghina. Pria tampan itu semakin muak karena Niken tak pernah berhenti mengganggu pikirannya. Panji berdiri dari kursi putarnya lalu berjalan mendekat ke arah Niken.

"Aku tau, wanita murahan seperti kamu memang nggak bisa menolak uangku. Kamu tau? Kamu sok suci hanya beberapa jam saja," ejek Panji lantas tertawa lagi. Pria itu berbalik badan dan mengambil gelas untuk menuang minumannya. Ia meneguk anggur putih seraya memandang Niken. Tak puas, ia menuangnya lagi.

Panji Hartawan berjalan penuh kesombongan melintasi Niken dan duduk di kursi besar. Ia menempelkan bibir gelas ke bibirnya sambil tersenyum sinis. "Aku mau lihat kamu seberapa siap."

"Katakan saja apa yang harus saya lakukan, Tuan," ujar Niken bersedia. Meski hatinya berkata tidak. Niken ingin langit runtuh saja daripada ia harus dilaknat Tuhan karena diseret dalam dosa.

Tawa Panji terdengar lagi. "Buka baju kamu," perintah Tuan Muda itu lalu menyesap anggurnya. Mata Niken sudah melotot marah padanya, membuat Panji ingin lebih merendahkannya. "Buka semuanya," titah pria itu dengan tatapan tajam.

Tangan Niken gemetaran hebat, kakinya begitu lemas, dan jantungnya berdetak cepat. Haruskah ia sekotor ini? Perlahan Niken menanggalkan helai demi helai pakaian yang membalut kulit kuning langsatnya. Walau Niken seorang pelayan biasa, tetapi wajah dan tubuhnya terawat sempurna. Itu karena Finna menuntut setiap pekerjanya menjaga kebersihan diri. Ditambah, Niken memang sudah memiliki wajah cantik dan tubuh indah sejak ia lahir.

Di sisi lain, gerakan ragu-ragu Niken justru bagai godaan bagi Panji. Pria itu meremas gelas di tangannya dan menahan hasrat yang membuncah kemudian membakar jiwanya. Seperti yang ia duga, si Cantik itu bagai iblis yang dapat mengacaukan akal sehatnya. Tubuh yang tak terbalut sehelai benang pun kembali membuat hati dan bagian bawah tubuh Panji sakit secara bersamaan.

****

repost: 9/9/23

Love UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang