DELAPAN

101K 5K 160
                                    

"Keluar, Niken!" hardik Panji lagi. Pria itu kesal bukan karena benci, melainkan tak tahan untuk menyentuh gadis itu lagi.

"Baik," ucap Niken di sela isak tangisnya.

Gadis itu memakai gaunnya yang sudah koyak. Matanya buram lantaran air mata berlinang di sana. Dengan sisa tenaga, gadis itu keluar dari ruang kerja Panji tanpa sepatah kata. Niken yang tak tahu harus ke mana, berjalan cepat naik ke lantai tiga menuju kamar yang ia tempati malam kemarin. Gadis itu khawatir ada orang lain yang melihat keadaannya saat ini.

Setelah sampai di kamar tamu, Niken bergegas membersihkan diri. Gadis itu membasuh dan mengggosok kulitnya lebih keras, tetapi sentuhan Panji seperti melekat di sana. Niken memejamkan mata dan merasakan perih di batinnya. Mungkin ia harus terbiasa dengan amarah Panji yang kerap kali membuat gadis itu menderita.

Ketika Niken keluar dari kamar mandi, beberapa gepok uang disiramkan dari atas tubuhnya. Ia terlonjak kaget, tetapi mendadak miris saat melihat sang pelaku menyeringai padanya.

"Sini kamu." Panji menyeret lengan Niken melewati beberapa uang di lantai.

Kedua tangannya ditahan Panji hingga tubuh mereka berhadapan. Suara erangan Niken kembali terdengar saat Panji mencengkeram rahang bawah gadis itu. Pandangan Niken dialihkan ke sudut lain ruangan ini lantaran Panji menunjukkan raut benci.

"Finna menghilang. Perusahaan keluarga Persada dipegang oleh Romero. Kalau kamu nggak bekerja pada keluarga Persada atau Finna Krisanti, lantas siapa?" Tangan Panji menjambak rambut Niken hingga membuat gadis itu menengadah. "Untuk apa uang sebanyak itu?!"

Seharusnya Panji tak ingin tahu ... atau peduli. Jika ini sebuah perjanjian, Panji hanya perlu menunaikan kewajibannya lalu menikmati tubuh Niken sebagai imbalannya. Namun, tetap saja ada hal yang mengusik keingintahuan pria itu jika berkaitan dengan Niken.

"Jawab, Niken!" bentak Panji sambil menempelkan tubuh mereka.

Tangan Panji mencekik leher gadis di hadapannya. "Katakan apa yang sebenarnya kamu lakukan? Untuk apa uang sebanyak itu jika keluargamu tetap miskin?!"

"Ma-maafkan saya. Saya ... nggak bisa bilang ...." Niken terbata karena lehernya begitu sakit dicekik pria itu.

Geraman Panji terdengar. Ia marah luar biasa kepada gadis di hadapannya. Matanya menggelap karena emosi jiwa. Hatinya tuli akan erangan kesakitan Niken.

"Ternyata kamu harus dikasari dulu," desis Panji.

Pria bermata hitam sekelam malam itu menghempaskan tubuh kurus Niken. Kedua tangannya membuka paksa kimono handuk yang dikenakan gadis itu. Panji pun tak butuh waktu lama untuk menanggalkan pakaiannya sendiri. Lagi, Panji Hartawan merenggut paksa kenikmatan dari tubuh gadis yang pernah mengisi ruang hatinya.

****

repost 11/9/23

Love UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang