Judul Baru: LOVE UNDONE
Judul Sebelumnya: Pelayan Nyonya Besar
❤❤❤
"Anak nggak tau diuntung! Memalukan!"
Suara lantang dari seorang wanita membuat Niken yang sedang membersihkan lantai di kamar Finna, meletakkan sapu begitu saja dan segera menuju ruang tengah. Mata Niken membulat saat memandang Finna berlutut di depan kedua orangtuanya. Oktaviani terlihat begitu murka dan Teguh sampai menitikkan air mata.
"Aku tau, ini salah. Aku ke sini ingin restu dari kalian," mohon Finna.
"Restu? Aku nggak sudi punya anak seperti kamu!" hardik Teguh.
Harsa membimbing Finna untuk berdiri dan memeluknya. "Mungkin Anda nggak mengakui Finna, tapi saya nggak akan pernah meninggalkannya."
Pria berkulit putih itu memandang Finna. "Ayo, kita pergi dari sini. Sudah aku bilang, orangtua kamu nggak pernah peduli."
"Tutup mulut kamu, Harsa!" hardik Oktaviani. "Kamu yang merusak masa depan Finna sampai dia hamil. Sekarang juga kalian angkat kaki dari rumah ini."
Oktaviani melemparkan beberapa potong pakaian ke arah Finna. Refleks, Niken berlari ke ruang tengah dan memasukkannya ke dalam tas.
"Heh, ngapain kamu di sini!" bentak Oktaviani pada Niken. Wajah wanita itu menoleh ke segala arah. "Marno! Ini anak kamu, Marno!"
"Niken, biar," perintah Finna dan Niken baru berhenti.
Selesai mengemasi barang-barang yang tak seberapa, Finna dituntun Harsa melangkah keluar. Sedangkan Niken bagai kehilangan detak jantungnya. Ia berseru memanggil nona mudanya.
"Nona Finna! Jangan pergi, Nona!"
"Eh, Niken. Ngapain kamu nahan dia! Biarin aja! Papanya aja udah nggak mau punya anak kayak dia. Anak pelacur, kelakuannya murahan. Niken, diam di sini!" hardik Oktaviani sambil memegangi putri sopirnya.
Wanita paruh baya itu berteriak memanggil ayah Niken. "Marno! Ini anak kamu!"
Sumarno tergopoh-gopoh ke ruang tengah di mana Niken masih menangis seraya memanggil Finna. Pria itu mendekap dan membawa putrinya ke dalam rumah. Sampai di kamar Niken, Sumarno menenangkan wanita muda yang kini berusia 23 tahun itu.
"Niken, udah, Nak. Jangan terlalu ikut campur urusan keluarga mereka."
Kepala Niken menggeleng. "Nona Finna hamil, Yah."
Mata Sumarno melebar. "Siapa bilang?"
"Tadi Nyonya Okta yang bilang. Nona hamil tapi malah diusir. Tuan Harsa nggak sayang sama Nona, Yah. Dia pernah pukul Nona. Aku liat sendiri bekasnya," adu Niken dengan sedu sedan yang tak berhenti.
Sumarno bingung harus berkata apa. Ia memeluk putrinya dan membiarkan Niken menangis keras. "Besok, kita cari mereka. Kita pastikan mereka baik-baik aja."
Niken menjauhkan tubuhnya dan mengusap air mata. "Mereka hanya tau jika Nona hanya ingin bersama pria yang mencintainya. Jika mereka tau bahwa Tuan Harsa benar-benar kejam, mereka nggak akan mengusirnya. Lebih baik Nona dijauhkan dari Tuan Harsa daripada dilepas bersama pria jahat itu."
"Niken, kamu nggak boleh bicara begitu."
"Aku mau bilang sama Nyonya dulu, Yah."
"Eh, Niken! Niken!"
Seruan ayahnya tak digubris. Niken menghapus kasar air matanya dan berlari ke arah dalam rumah. Ia mencari-cari istri Teguh dan mengatur napasnya. Di sisi kanan bangunan, Niken melihat siluet Oktaviani. Ketika akan menghampiri, Niken berdiri kaku lantaran mendengar ucapan wanita itu.
"Aku nggak sudi Finna hamil anak Harsa. Bikin malu keluarga. Papanya aja udah angkat tangan. Udah, kamu bikin seperti kecelakaan. Sukur-sukur, Finna mati sekalian."
Niken bagai direnggut jantungnya. Berjalan pelan, ia kembali ke kamarnya sendiri. Tubuhnya lemas dan terduduk di tepi ranjang. Salahkah pendengarannya? Oktaviani berencana mencelakai putri suaminya?
Finna pernah mengakui bahwa ia anak dari selingkuhan ayahnya sehingga Oktaviani terkesan membencinya. Akan tetapi, Niken tak menyangka jika Oktaviani dapat berlaku sekejam itu. Tanpa membuang waktu, Niken menemui ayahnya di halaman depan rumah Teguh.
Pria yang sedang membersihkan mobil milik Finna itu menoleh ke arah putrinya yang berlari sambil menangis. "Kenapa? Kamu dimarahin Nyonya, 'kan? Ayah bilang juga apa? Jangan ikut campur."
Kepala Niken menggeleng beberapa kali. "Bukan, Yah. Ayo, susul mereka sekarang. Nona dalam bahaya."
"Bahaya bagaimana?"
"Nanti aku ceritakan sambil jalan. Ayo, pakai mobil Nona aja. Mereka nggak akan curiga karena kita pakai mobil ini," ujar Niken yang segera masuk mobil.
Tanpa bertanya apa-apa lagi, Sumarno segera masuk dan menyalakan mesin mobil. Tak ada yang mencegah mereka pergi dan di perjalanan, Niken mengatakan apa yang ia dengar dari mulut Oktaviani. Sumarno sendiri takpercaya, tetapi ia menuruti permintaan putrinya untuk ke luar kota—menyusul Finna dan Harsa.
***
Versi lengkap tersedia dalam novel, Google Play, dan KaryaKarsa.
Keterangan lebih lanjut hubungi Vintari melalui;
Inbox / wall message Wattpad: Vintari
WhatsApp: 0857 4289 7916
Instagram: vintariwp
Repost: 8/9/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Undone
RomanceJudul sebelumnya: Pelayan Nyonya Besar Kesalahan Niken Sumarno tak termaafkan bagi Panji Hartawan. Satu tahun kemudian, gadis itu menampakkan diri di hadapan Panji, memohon sebuah bantuan. Panji bersedia, tetapi itu hanya untuk membalaskan dendamnya...