Tanpamu aku tetap tak merasa sendiri, ada kesepuluh jariku yang sedia mengutip jua pecahan jiwa. Menyudahi alir lamunan rindu akanmu adalah upayaku mengurai kemalut yang kalut tak bertepi. Namun tetap saja, gores garis sepi sesekali hadir kembali, memecah hening, mencari kehilanganmu.
Sedang tanpaku kau tetap berteman ramai, seluruh hiruk-pikuk kota dihati mu telah dimilikinya, euforia atas dirinya kau gelar meriah, tak lupa kau buka jamuan malam yang dibumbui tawa ceria menggema seisi dunia, tolol ... deminya kau sedia apapun, ragapun, matipun jua.
Lalu kini dibawah bentang kelabu, aku meng-iyakan gebu merindu, sebab candu akanmu, tak mungkin langsung kusembuh, menetralkan kembali rasa yang kerap beradu melawan nyata adalah ketidaksanggupanku, maka akhirnya disela-sela nafasku, aku mengadu pada Yang Maha, berharap akulah tempat segalamu berlabuh (amin).
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelahmu [BERAKHIR]
PuisiAku dan masa setelahmu! [The Wattys 2018 Short List] Highest rank : 55 in sastra Highest rank : 71 in sastra Highest rank : 87 in prosa Highest rank : 205 in poetry