7. Resah Yang Mendebarkan

39.6K 5.8K 365
                                    


*** 

Esoknya, saat Gilang berniat menjemput Tissa di rumahnya, Gilang disambut oleh adik laki-laki Tissa. Dan Andri—nama adik Tissa—mengatakan, kalau Tissa tidak ada di rumah. Tissa pergi sejak pagi.

Gilang yakin betul kalau Tissa menghindarinya. Karena tak satu pun panggilan dari Gilang di angkat, bahkan puluhan chat tak ada yang dibalas. Wanita itu pasti tersinggung dengan apa yang Gilang ucap semalam. Tetapi Gilang tak menyesal telah mengatakannya, berusaha keras memaklumi hal itu, Gilang sudah memiliki bayangan ke mana tujuan Tissa. Lalu setelah berbasa-basi sejenak dengan Andri yang ternyata sangat ramah, Gilang pun melajukan motor maticnya membelah jalanan.

Sempat mengirimi chat pada Riza, terkait tempat mana saja yang biasa Tissa kunjungi di akhir pekan begini. Jawaban dari Riza, membuat Gilang menghela napas prihatin. Firasatnya ternyata benar.

Ariza Sativa : Biasanya dia ke sini sih Lang. Tapi karena dia nggak ada di sini, gue yakin dia nemuin Dennis.

Rasanya kepala Gilang semakin pening jika ia mengurutkan masalah-masalah yang menimpanya kini. Sebenarnya, Gilang bisa saja bersikap masa bodoh dengan Tissa. Toh, mereka baru bertemu kembali setelah sekian tahun tak bertemu. Lagipula, hubungan mereka di masa lalu pun tidak terlalu erat, malah terkesan tidak baik. Tetapi dasarnya saja Gilang sudah sinting, sampai-sampai ia tetap memikirkan Tissa di kepalanya. Bersanding dengan kemelutnya dalam mencari Mira.

Setengah bergidik memaknai soal-soal rumit yang diberikan Tuhan untuknya, Gilang tak bisa berhenti membatin bahwa masalahnya kali ini berkutat mengenai perempuan. Mungkin ini adalah karmanya di masa lampau yang gemar sekali memuja perempuan-perempuan dengan erangan-erangan seksi dan senyuman menggoda. Hingga lupa, kalau sesuatu yang nikmat biasanya membawa kesesatan.

Hah, mendapatkan Mira pun waktu itu dengan penuh kecurangan. Embel-embel taruhan lima juta bersama Satria, dan Gilang mendapat kesempatan menang dengan mudah.

Well, sebagai mahasiswi pindahan di kampus, Mira adalah tipe jinak-jinak merpati yang menggemaskan. Lalu sebelum taruhan dengan Satria di mulai, Gilang sendiri memang sudah berusaha mendekati Mira.

Gilang tak munafik menjadi laki-laki. Pertama kali yang membuatnya tertarik dari seorang wanita adalah fisiknya. Mira sendiri mendapatkan beberapa poin plus dalam segi penampilan. Dan mata jelalatan Gilang kala itu, tentu tak mampu berpaling dengan mudah. Lalu ia mendapatkan Mira dan memenangkan taruhannya. Walau Mira sempat marah padanya karena pada akhirnya tahu telah menjadi bahan taruhan, Gilang berhasil meredakan kemarahan itu. Kemudian malah menjalin hubungan dengan Mira selama beberapa tahun. Sampai seorang Izzi Sanjaya Walandouw berhasil memecah kasih Mira untuknya.

Halah, kasih kampret! Gerutunya setengah mendengkus.

Ya, intinya begitu. Hingga kenangan-kenangan manis mereka sirna dan menyisahkan sakit kepala yang tak berujung untuk Gilang.

Sial!

Oskadon ternyata tak semujarab itu sekarang!

Buktinya, Gilang masih merasakan nyut-nyutan begini.

Ck, ke mana sih Mira ini sebenarnya?!

Mira! Mira! Mira!

Gilang tak yakin Mira berniat kawin lari dengan si Izzi ini. Karena pertama, Mira cukup pintar untuk meninggalkan laki-laki yang sudah beristri seperti Izzi. Dan kedua, Mira bukan wanita tolol yang rela menyengsarakan hidupnya hanya gara-gara mengejar cinta laki-laki. Mira adalah orang yang cukup rasional, walau Gilang sangsi, saat memutuskan terlibat—katakanlah affair dengan Izzi, Mira memakai otaknya untuk berpikir terlebih dahulu.

Knock My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang