First you say you love me, then you say you don't.
Patience – Shawn Mendes***
Teriakan heboh di kamar Taka berhenti begitu suara pintu kamar Samantha yang dibuka terdengar. Ryota bangkit, mengintip dan membulatkan mata tak percaya melihat Toru membaringkan Samantha di ranjang queen sizenya.
"Apa yang— wuah!" Teriak Ryota yang tak sempat menyelesaikan pertanyaannya karena melihat Samantha tiba-tiba duduk dan menarik kemeja Toru, memuntahkan isi perutnya di sana.
Taka dan Tomoya muncul kemudian, "dia mabuk?" Taka bertanya lalu masuk ke kamar Samantha.
Lagi, Samantha menarik Toru dan muntah. Taka kembali ke kamarnya, mengambil handuk dan t-shirt yang pernah dibelinya di Sydney tapi ukurannya terlalu besar. Toru melepas kemeja dan kaosnya, menggulungnya sebelum muntahan Samantha jatuh ke lantai kamar.
"Bukannya dia tidak pernah minum?" Ryota bertanya.
"Sering, tapi dengan kadar alkohol rendah. Itupun pulangnya harus diantar Audrey." Taka memberikan baju dan handuk pada Toru lalu mengambil baju kotor Toru, melemparnya ke sudut kamar mandi.
Audrey?
Taka baru ingat kalau biasanya, Samantha mabuk dan diantar pulang Audrey. Kenapa sekarang Toru?"Apa Audrey juga mabuk?" Taka bertanya dengan raut wajah cemas yang mulai terlihat.
"Audrey yang meneleponku, dia juga bilang kalau dia tidak bisa menyetir karena dia minum dua gelas." Jelas Toru yang beranjak ke kamar mandi.
"Luke menjemput tidak?" Taka berteriak, mengekor ke depan pintu kamar mandi yang ditutup.
"Iya!" Toru menyahut dari dalam kamar mandi.
"Bukannya Luke tadi pergi dengan teman-teman satu bandnya itu?" Ryota bertanya pada Tomoya yang tak sengaja melihat Luke, Calum dan Ashton pergi menggunakan mobil sport milik Calum.
Taka buru-buru mengambil jaket dan ponselnya, berlari menuruni tangga dan keluar rumah tepat saat Ellena pulang.
"Kenapa lari-lari begitu?" Ellena bertanya saat Taka membenarkan sepatunya.
"Bibi, Samantha mabuk dan sudah muntah di kamarnya. Aku pergi dulu, menjemput Audrey."
"Apa?" Teriak Ellena dan Taka hanya melambaikan tangan sambil terus berlari melewati pintu pagar yang terbuka.
Audrey memang tidak akan mabuk hanya dengan dua gelas minuman berkadar alkohol tinggi, tapi kalau sampai terjadi sesuatu di jalanan, maka perempuan itu pasti dalam masalah.
Taka berlari keluar komplek perumahannya, menyeberang sembarangan di persimpangan lalu melewati beberapa toko sebelum langkahnya berhenti melihat kerumunan orang di tengah jalan, tak jauh dari Factory Bar and Cafe. Taka menghentikan Pria yang baru keluar dari kerumunan dan berjalan melewatinya.
"Permisi, apa anda tahu apa yang terjadi di sana?" Taka menunjuk kerumunan orang yang semakin banyak.
"Kecelakaan mobil, salah satu pengemudinya mabuk." Penjelasan Pria itu membuat Taka menautkan kedua tangan tanda terima kasih lalu berlari ke arah kerumunan orang yang semakin banyak.
Sirine mobil polisi dan ambulance memekakkan telinga, buru-buru Taka menorobos orang-orang yang berkerumun. Yang ada dalam kepalanya saat ini hanya Audrey, Taka berdiri paling depan, memperhatikan orang-orang di sekitar lalu maju begitu melihat Audrey keluar dari mobilnya dengan wajah pucat.
"Taka," suara Audrey gemetar saat Taka menghampiri dan memeluknya.
Mobil Audrey berada beberapa meter di belakang Range Rover hitam yang terbalik dan pengemudinya tak sadarkan diri setelah keluar dari mobil. Teriakan polisi terdengar, orang-orang mulai mundur memberi ruang untuk petugas penyelamat membawa pengemudi Range Rover tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERTASTE
FanfictionKarena rasa itu masih ada. Audrey yang gagal melupakan si penyanyi sialan itu. Toru yang setia menunggu Samantha putus dengan kekasihnya. Mencintai seseorang memang sesulit itu kan? ••• A Fanfiction by RAY-REBLUE AFTERTASTE Copyright ©November20...