Keanehannya berlanjut

102K 5.7K 204
                                    

III

Keanehannya berlanjut

“bagaimana chintia?” tanyaku gugup. Kutatap dokter sekaligus sahabat dan juga merangkap sebagi iparku ini

“hasil ronsennya udah keluar, hasilnya baik. Beberapa tulangmu terutama tangan kirimu seharusnya dapat berfungsi sedikit lebih normal sekarang” Dia menatapku iba “bee… sebaiknya kau bercerai saja dengan suamimu itu, tubuhmu tidak akan kuat jika terus di hajar seperti ini. lihatlah, betapa banyak lebam di tubuhmu” ucapnya sambil meraih tanganku, dan menggenggamnya berharap dapat memberikan kekuatan padaku.

“sudah kukatakan berapa kali chin, kalau aku bahas cerai dengannya. Hal terakhir yang ku tahu adalah para pelayan dirumah akan langsung membawa tubuhku ke rumah praktekmu” jawabku, mengenang kejadian beberapa bulan yang lalu ketika aku sudah tidak tahan dengan sikap suami tampanku dan meminta dia menceraikanku. Namun yang kudapatkan adalah patah tulang pada tangan kiriku juga tubuh dan wajahku yang bonyok dihajar olehnya.

“aku hanya tidak tega padamu, kenapa suamimu begitu tega menghajarmu separah ini! tidak bisakah kau melaporkannya ke kantor polisi?” untuk kesekian kalinya sejak aku berteman dengan ibu hamil satu ini, dia menyarankanku hal-hal aneh yang dia sendiri tahu tidak mungkin kulakukan.

“Chintia-ku sayang, sahabatku yang paling kucintai di dunia. Kalau kau mau menyarankan hal-hal aneh lagi, aku akan berhenti terapi pemulihan di tempatmu ini dan memilih mati membusuk di kamar kecilku dirumah suamiku” tegasku.

“dia bahkan tidak memberikan tempat yang layak untukmu tidur, bagaimana mungkin dia membiarkan istrinya tidur dikamar pembantu sedangkan dia tidur dengan pelacur di kamarnya” ucapnya marah, ketika melihatku ingin membantahnya cepat dia menambahkan “setidaknya kalaupun dia tak menyukaimu dan tidak ingin tidur sekamar denganmu, dia bisa memberikan satu dari beberapa kamar tamu di rumahnya yang megah itu. Bukan menempatkanmu di kamar pembantu”

Skak matt, aku sudah tidak tahu harus menjawab apa, bukannya aku tidak suka dengan kamar pembantu yang diberikan suami tampanku padaku, kamar itu cukup besar jika disebut sebagai kamar. Fasilitas didalamnya juga lengkap,  bahkan kamarnya memiliki kamar mandi masing-masing didalamnya. walaupun sangat berbeda jauh dengan kamar-kamar lain di rumah suamiku. Tapi, seperti yang sering dikatakan suamiku “kamu hidup saja dirumah ini sudah lebih dari cukup” maka dari itu aku berusaha menerima apa yang diberikannya padaku dan tidak meminta lebih Karena beliau sendiri tidak pernah meminta apa-apa padaku.

“Bee…” panggilan chintia menyadarkanku dari lamunanku.

“hm.. ada apa?”

“kalaupun kamu tidak mau mengatakannya pada polisi, setidaknya biarkan Mas Adam tau tentang ini mungkin dia dapat membantumu untuk menyadarkan suamimu betapa tidak bermoralnya tindakannya padamu” chintia menatapku, mencari reaksi yang akan kuambil, ketika melihat aku tidak tertarik dengan tawarannya dia mendesah keras “huhh… aku tak menyangka orang yang luarnya kelihatan sangat baik pada orang-orang sekitar ternyata setiap hari selalu menyiksa istrinya bahkan hingga hampir mati” geramnya.

Melihat reaksi chintia yang putus asa dengan sikapku yang sudah pasrah terhadap berbagai tindahkan kejam suamiku, aku tersenyum kecil merasa bersyukur masih memiliki orang-orang yang peduli padaku.

“thanks Chin, kau peduli padaku begitu banyak. Aku tidak tau harus berkata apa, bahkan kau membebaskan biaya berobatku. Aku tak tahu mau berkata apa lagi untuk semua kebaikanmu” ucapku tulus.

“mana mungkin aku mau mengambil uangmu Bee, biaya beli sabun mandi saja kamu seakan harus mempertaruhkan nyawamu untuk itu” dilepasnya genggaman tangannya padaku, kali ini ia memijat pelipisnya “seandainya aku jadi kamu Bee, mungkin aku sudah bunuh diri sejak dulu” wajahnya pucat memikirkan itu

Poor Wife (Story 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang