Poor Husband (END)

134K 5.8K 1.1K
                                    

Hai… ayo nyanyi bareng…

“selamat ulang bulan kami ucapkan, semoga banyak pembacanya, kitakan doakan, selamat sejahtera dan sehat Author-nya, selamat bahagia bagi semua” (nyanyikan pake nadanya Selamat ulang tahun)

Gak terasa udah sebulan tepat nih POOR WIFE mangkal di Watty, dan udah tamat aja!

Maap yah klo ada salah kata, ada yang tidak berkenan di hati dan banyak lagi.

Love you all… ThankzZ atas segalanya.

XII

Poor Husband (END)

Ku pandangi bulan yang bersinar terang, merasa cemburu padanya yang terlihat indah ditemani oleh para bintang, bahkan bulanpun memiliki pasangan, sedangkan aku telah kehilangan pasanganku karena ulahku sendiri. Yah Ana-ku telah meninggal, meninggalkanku bersama hatiku, rasanya benar-benar tak dapat ku percaya mengingat dua tahun kami bersama namun hanya empat hari terasa indah, aku bahkan belum dapat membahagiakannya, membahagiakan cintaku. Bagaimana bodohnya aku yang menjadi suami yang begitu jahat, membuatnya sakit setiap hari, membuatnya takut padaku, membuatku tersiksa sendiri, betapa bodohnya aku.

Ku dekap erat benda yang dulunya merupakan kertas, namun telah ku laminating sehingga tidak rusak. Itu adalah surat terakhir Ana-ku, aku menemukannya di bawah bantalnya di kamar kami. Sebuah ketukan pada pintu ruang kerjaku membuyarkan lamunanku.

“Masuk” ucapku ringan, tanpa berbalik.

“tuan, tuan Adam dan nyonya Chintia sudah datang!” santi mengabarkan, aku berbalik tersenyum dan mengangguk. Seperti biasa pelayan-pelayanku akan tertegun sesaat ketika aku tersenyum, tebakanku mereka belum terbiasa dengan sikapku yang kembali lembut atau mereka terpesona padaku? masih misteri.

Adam dan istrinya melangkah memasuki ruanganku, ini pertama kalinya ku lihat mereka setelah pemakaman Ana-ku, mungkin sekitar tiga hari yang lalu. Aku tak terlalu yakin, terlalu banyak hal yang mesti ku urus sehingga benar-benar menyita waktuku. Dan kali ini mengingat aku tak punya banyak waktu yang dapat di buang-buang ku minta mereka untuk berkunjung di rumahku ini, berharap dapat menyelesaikan satu lagi masalah yang mesti ku selesaikan.

“maaf meminta kalian datang jam segini, terutama untukmu Chintia” ucapku, namun di balas oleh dengusan tak suka dari Chintia, dia memang tak pernah menyukaiku. Mungkin karena tindakanku pada Ana, mereka sangat dekat dan aku tau kalau Ana setiap seminggu sekali akan menemui chintia, jangan tanya mengapa aku bisa tau, karena itu adalah pertanyaan yang bodoh, hanya ada satu hal yang tidak ku ketahui dari Ana saat itu, yaitu perasaannya padaku.

“Rev.. ada hal lain yang ingin ku tanyakan padamu” adam angkat bicara, meletakkan sebuah amplop coklat besar yang terlihat cukup tebal di atas meja kerjaku. penasaran, kulangkahkan kakiku menuju kursi kebesaranku dan duduk manis diatasnya.

“apa ini?” tanyaku.

“surat dari kepolisian dan berkas-berkas penyidikan yang di berikan padaku” jawabnya, Aku mengangguk mengerti. “apa itu benar Rev? kau membunuh mereka?” tanyanya, menarik dan menyebarkan isi amplop itu di mejaku. Aku tersenyum meminta maaf kepada Chintia dan memberikan sebuah anggukan ringan pada Adam.

“ya, aku melakukannya” jawabku bagai bisikan, Adam jelas terlihat syok sedangkan Chintia terpekik tak percaya “ta… tapi hampir semuanya adalah kerabat Ana!” aku mengangguk mengiyakan. Adam menarik kerah bajuku, menarikku mendekat padanya yang saat ini berdiri di depan meja kerjaku,

“A…adam” chintia mencoba menenangkannya

“kenapa kau membunuh mereka? Apa sebegitu bencinyakah kau pada Ana?” Tanya Adam, kemarahannya sudah akan meledah, aku menggeleng menjawabnya.

Poor Wife (Story 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang