4. Menang

4.3K 388 68
                                    

Author's Note : Ini, perjuangan ngetik chapter 4 ini susah banget. 😂 Gegara adek yang nyamperin ke kamar trus nge-ganggu dengan sok2 ngajak ngobrol biar pikiranku buyar, katanya, dan akhirnya ga bisa ngetik. Adekku yg badannya lebih gede dari aku itu, secara udah kelas 2 SMA, udah kuusir tapi ga mau pergi. Justru aku kakaknya malah kena bogem mentah di pipi kananku 😢 Dan akhirnya aku ga terima, berniat bales. Berujung kita main tonjok2an dan aku ga jadi ngetik karena inspirasiku ilang, buyar, amblas. Part ini harusnya mulai serius, tapi karna aku abis main pukul-memukul bareng adek, akhirnya part ini jadi ga jelas, wkwkwk. Moga suka aja deh. Don't like, don't read! 😏

Happy Reading

...

Esok harinya adalah pembagian nilai hasil ujian Matematika yang dibimbing langsung oleh Pak Kakashi. Dan untuk kesekian kali, tidak meninggalkan rasa heran bagi para murid kelas X IPA 1, Boruto kembali membolos pada jam mata pelajaran Matematika seperti biasanya.

Sarada merasa sangat puas karena mendapatkan nilai nyaris sempurna, sembilan puluh enam. Bahkan ia mendapat nilai tertinggi di kelasnya. Jika saja ia berhasil menjawab soal nomer lima tentang Trigonometri dengan tepat, Sarada yakin akan mendapatkan nilai seratus.

“Bagi yang nilainya belum mencapai KKM, akan mengikuti remidi minggu depan.” Kakashi berseru di depan kelas, duduk di meja guru. Beberapa murid dengan nilai di bawah rata-rata bersorak memelas. “Jika kalian ingin nilai tuntas, belajarlah lebih giat lagi. Kalau perlu kalian belajar dengan Sarada selaku siswi yang mendapat nilai tertinggi di ujian kali ini.”

Bangga? Tentu. Selalu menjadi yang nomer satu adalah ambisinya sejak dulu. Sarada mengangkat tangan kanannya ke udara. “Pak!” panggilnya.

“Ya, ada apa Sarada?”

“Bagaimana dengan Boruto? Dia lagi-lagi membolos hari ini. Apa hasil nilai ujiannya akan dibagikan juga, Pak?” sambung Sarada. Jujur, gadis itu penasaran dengan hasil ujian Matematika Boruto.

Mengingat Boruto, membuat Kakashi mendengus lelah. Ia tidak tahu lagi sudah berapa kali Boruto membolos di mata pelajarannya. Peringatan keras pun sudah Kakashi berikan untuk anak nakal itu. Namun Boruto tetap saja mengabaikan beberapa ancaman dan justru merasa senang jika ia dikeluarkan dari sekolah.

Jika bukan karena Boruto anak dari teman baik—mantan murid—Kakashi yang memohon perhatian lebih untuk anak itu, mungkin sudah sejak lama Boruto di-drop out dari sekolahnya.

“Hasil ujiannya akan tetap dibagikan. Jika Boruto memang ingin tahu hasil ujiannya, beritahukan kalau dia harus mengambilnya langsung dengan saya di ruang guru,” jelas Kakashi.

“Oh, iya Pak. Tapi—“

“Ada apa Sarada? Apa ada masalah?”

“Itu … nilai Boruto,” katanya ragu-ragu.

“Kenapa nilai Boruto?” tanya Kakashi heran.

Sarada menjawab, “Boleh nggak saya, oh nggak, maksudnya kami boleh tahu nilai ujian Matematika Boruto juga nggak, Pak?”

Kakashi mengelus dagu yang ditumbuhi bulu-bulu kecil. “Kamu penasaran dengan nilai Boruto?”

“Ciee, yang kepo!” Inojin menyela.

Sarada ingin sekali melempar kepala pria itu dengan buku paket yang tebalnya bukan main, jika ia tidak mengingat ada Pak Kakashi di kelas. Inojin itu yang paling sering mengejek Sarada bersama Boruto.

“Diem!” bentak Sarada jengah.

“Sudah tenang … tenang …! Bapak akan kasih lihat hasil ujian Boruto yang sebenarnya juga bikin Bapak tercengang,” kata Kakashi seraya mengambil kertas putih di atas mejanya. Ia membawa kertas itu menghadap ke arah para murid. “Nol besar!”

My Trouble is BorutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang