Aku heran mendengarnya. Bagaimana ini bisa terjadi?
Elf itu tidak mungkin tidak melihat kami kan? Jelas-jelas kami berada di dekat pilar.
Dan sejak tadi mereka terus berlalu lalang.
Walau aku merasa penasaran, aku tidak ingin memikirkannya, justru hal ini sangat bagus untuk kami.
Kulirik teman-temanku, mereka menampilkan berbagai macam ekspresi. Stella, raut wajahnya terlihat bingung. Arriane membelalak kemudian bernapas lega. Liliana? Dia memperlihatkan mimik wajah datar, tidak terkejut sama sekali.
"Ada sesuatu yang salah disini. Tidak ada yang bisa memanipulasi alarm yang memang kurancang khusus untuk menjaga tempat-tempat penting di sekolah ini. Bagaimana caranya penyusup itu bisa lolos? Lagipula ada mantra anti-sihir dalam ruangan ini," geram Miss Elizabeth. Dia terlihat berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "tutup jalan keluar dari sini."
Gawat! Kami harus segera keluar!
Seolah memiliki satu pikiran, aku dan teman-temanku berjingkrak memutari ruangan hingga pintu. Kami berhati-hati karena suara langkah kaki kami dapat terdengar. Dan, berhasil! Kami semua berhasil menyelinap keluar tepat ketika Miss Elizabeth menutup pintu. Yah, walau Stella nyaris saja terjepit pintu. Kupikir, pasti ada sesuatu yang membuat kami tidak terlihat oleh kepala sekolah dan elf penjaganya.
Kami menunggu, lebih tepatnya mengekori pasukan penjaga itu dari belakang. Aku tidak melihat keberadaan Jasmine, yang artinya mungkin ia sudah kembali ke asrama. Perjalanan menuju ke ruang penyimpanan terasa jauh lebih panjang dibandingkan dengan perjalanan kembali. Hingga tibalah kami di depan dinding rahasia yang aslinya sebuah pintu yang berada di lantai 7.
Miss Elizabeth membuka pintu itu dengan sangat lihai, juga para elf itu melesat keluar bagai angin. Nasib buruk bagi kami, pintu tertutup sebelum satupun dari kami sempat keluar. Aku mencoba membuka pintu itu seperti yang dilakukan oleh Miss Elizabeth, tapi pintu ajaib itu tidak bisa terbuka dari dalam, seakan tersegel oleh sihir Miss Elizabeth. Pikiranku buntu karena tidak menemukan solusi masalah ini.
"Kita akan terjebak selamanya disini!" raung Stella. Kurasa dia terlalu dramatis.
"Apa ini akal-akalan Miss Elizabeth saja? Bisa saja dia memang melihat kita dan dia menjebak kita disini," ucap Aria.
"Apa boleh buat, kita hanya bisa menunggu siapapun menyelamatkan kita," kataku menimpali.
"Itu tidak akan terjadi! Coba pikir, siapa yang akan menemukan tempat tersembunyi yang bahkan tidak akan bisa kita buka tanpa bantuan Liliana!" jerit Stella.
"Semoga peri-peri kita bisa," harap Arriane.
Kini aku merasa sangat bersalah. Harusnya, aku tidak nekat pergi kesini. Harusnya aku tidak terburu-buru ingin pulang. Mungkin sudah takdirku harus terperangkap dalam dunia sihir ini. Kalau saja aku mendengarkan nasihat mereka tadi, semuanya tidak akan terjadi. Aku termenung sembari duduk bersandar di dinding. Keheningan yang panjang menyelimuti kami selama berjam-jam.
*
Buk... brak... brak...
"Alice!" kata seseorang. Tidak ada yang memanggilku begitu selain Jasmine. Tunggu, Jasmine?
Kudongakkan kepalaku ke arah langit-langit. Jasmine! Ia terbang di mulut sebuah lubang. Tidak hanya Jasmine, kedua teman perinya, Rose dan Peony ikut serta.
Eh, ada lubang disana?
"Lubang ini muat untuk satu orang, kalian semua bisa keluar satu persatu," kata Rose, peri manis berambut panjang kemerahan layaknya mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicia in the School of Magic
Fantasy[Fantasy-Adventure] [HIATUS] Surat misterius itu diletakkan begitu saja di depan rumahmu. Dikirimkan bersama dengan sebuah kalung untukmu. Rasa penasaran yang kian memuncak membuatmu buta. Tanpa berpikir panjang, kau memakainya. Membawamu ke sebuah...