Haiii Guyss....
Mohon partisipasinya yaa... ku tunggu komen kalian, karena sungguh, komentar dari pembaca itu berharga banget buat penulis. Apa lagi penulis baru kayak aku gini.
Happy Reading, Vote sebelum baca yaaa
***
12 tahun yang lalu
Gadis berumur sembilan tahun itu berdiri dengan tubuh bergetar, didepan kamar rumah sakit, dadanya terasa sesak sampai dia harus megambil nafas dengan kuat, sambil memeluk Ted, boneka teddy bear berbau strawberry itu dengan lemah, berharap dapat mengurangi ketakutannya dengan itu "Mama..." desisnya dengan lemah, melihat para dokter yang telah masuk terburu-buru kedalam ruangan ibundanya.
"Sarah, lihat Jessy!" Jessy menarik Sarah untuk mengahadapnya, Jessy berusaha tersenyum ketika melihat air mata Sarah jatuh tak berhenti, yang berhasil membuat hatinya mencelos.
"Kakak tante pasti sembuh! Mama mu pasti sembuh, Sayang." ucap Jessy lagi menenangkan.
Sarah menggeleng pelan, memeluk Jessy dengan kuat "Jessy, jangan pergi juga kaya Mama." lanjut Sarah sesenggukan.
"Mama belum pergi, Sarah."
"Sudah, itu.." Sarah melepaskan pelukannya dengan lemah, menunjuk pintu rumah sakit sambil tersendu-sendu "Dadah Mama." lanjutnya melambaikan tangan berusaha tersenyum.
"Sa-Sarah jangan begitu." geram Jessy tak terima, menarik Sarah dengan marah
"Mama mu belum pergi!" lanjutnya kesal, sampai akhirnya kakinya melemas ketika melihat dokter berpakaian putih-putih itu keluar dari ruangan dengan air muka sendu dan gelisah.
***
Sarah berdiri di pemakaman dengan memeluk Ted lemah, menatap Ibundanya yang telah beristirahat dengan tenang disana "Jessy, kenapa Ayah gak datang?""Ah, Jessy juga tak tahu, ayo kita pulang." ucap Jessy kemudian menarik Sarah dengan cepat untuk memasuki mobil. Dia baru sadar Edward, Ayah Sarah tidak hadir dipemakaman Isterinya.
Jessy mengendarai mobil dengen kecepatan penuh, menyalip mobil-mobil yang menghalangi jalannya hampir seperti pembalap, bahkan beberapa ada yang menklakson, karena tak terima. Tapi, Jessy tak perduli, dia khawatir Edward akan bunuh diri karena kehilangan Isteri tercinta merelungi otaknya sekarang, membuatnya benar-benar harus cepat sampai.
Jessy sampai di kediaman rumah keluarga Evans, dia terdiam kaku dibelakang kemudi melihat keadaan rumah yang benar-benar seperti tak berpenghuni.
"Ayo, Jessy masuk." teriak Sarah dari luar mobil, langsung berlarian masuk kedalam rumah. Jessy menggeleng pelan, entah kapan Sarah keluar dari mobil, dia benar-benar tidak fokus tadi.
Jessy ikut masuk dan ternganga kaget setelahnya, dia melihat penampilan Edward yang tak terawat sedang memeluk Sarah sambil menangis.
"Kamu tinggal disini ya sayang, semua kebutuhan mu ada disini." ucap Edward sambil mengelus punggung Sarah.
"Ayah memangnya mau kemana?" tanya Sarah kebingungan, melepaskan pelukan Edward dengan kening bererut "Jangan tinggalkan Sarah."
"Jessy, kamu jaga baik-baik Sarah ku, ya." ucap Edward lagi tak memperdulian pertanyaan Sarah.
Baru saja Jessy akan bertanya maksud pertanyaan Edward, tiba-tiba sirine mobil polisi mendekat kearah mereka terdengar dengan sangat jelas
"Wak-waktu ku tak banyak lagi, bacalah buku kanan atas di perpustakaan bawah tanah, Jessy, harapanku hanya ada padamu." ucap Edward gelisah bukan main, dia memeluk Sarah kembali, berusaha menahan tangisnya sampai membuat bibirnya bergetar hebat.
"Perpustakaan mana? dimana jalan menuju ruang bawah tanah? kenapa juga kau ketakutan begitu? ada masalah apa?" tanya Jessy tak tahan dengan situasi yang membuat kepalanya pening.
Edward melepas pelukan Sarah dan menggeleng kuat sambil meletakan jari telunjukkanya didepan bibir, menyuruh Jessy diam. "Mereka sudah datang." desis Edward
Jessy mengernyit dengan bingung, dia mengikuti arah pandang Edward, menoleh ke arah pintu dan mendapati polisi dengan seragam biru itu memasuki halaman rumahnya dengan waspada, sambil mengacungkan pistol. Jessy ternganga kaget ketika polisi telah membidik Edward.
"Ayah!" teriak Sarah tak terima, dia memeluk Edward dengan kuat, berharap dapat melindungi Ayah-nya dari ancaman bahaya dihadapan mereka.
"Jangan bergerak!" teriak salah satu polisi yang berdiri paling depan, Edward diam ditempatnya, kembali berjongkok untuk memeluk Sarah dan mengelus punggung-nya,berusaha menenangkannya.
"Ayah!!" teriak Sarah sambil menangis meraung ketika beberapa polisi telah menarik Edward dengan paksa.
Jessy hanya bisa diam memandang kejadian didepannya saat ini. Edward yang sekarang, sedang ditarik polisi sambil tersenyum-senyum memandang Sarah dan berucap 'it's okay' tanpa suara berkali-kali. Lelaki tampan itu berubah menjadi seperti gelandangan dengan penampilan kacau bukan main, terlebih senyum aneh dibibirnya saat ini.
"Tidak apa-apa sayang, ada tante."
♕♕♕
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Johnson
RomanceSarah Evans, perempuan yang biasa-biasa saja, jauh dari kata cantik apalagi kaya, banting tulang kerja sana-sini demi sesuap nasi, yang selalu saja mengeluh ketika berkaca, dan mengumpat kesal karena penampilannya, tapi? siapa sangka, karena penamp...