Sarah duduk diam dengan baju basah kuyup, sambil menunggu Dokter selesai memeriksa gadis kecil tadi keluar. Sarah menggeleng tak percaya mengingat kejadian yang baru terjadi beberapa saat lalu, demi apapun! Sarah baru sadar kalau tadi adalah perilaku yang memalukan. Sarah tadi berteriak-teriak seperti orang gila, sambil menggendong gadis kecil itu, meminta penanganan dari Dokter dengan perilaku tak wajar.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Sarah spontan ketika melihat Dokter telah selesai memeriksa gadis kecil yang sedang terbaring lemah di kasur.
"Seperti biasa, Aira hanya syok mendegar hujan."
"Aira?" tanya Sarah tak mengerti, Dokter paruh baya itu mengangguk dengan seulas senyuman dibibirnya
"Kamu baby sister barunya?" tanya Dokter yang malah membuat Sarah kebingungan, sang Dokter mulai memandang Sarah naik turun dengan curiga
"Maksudnya, Dok?" tanpa berniat untuk menggubrisnya, Dokter itu langsung berlalu dari hadapannya dengan kening berkerut.
"Aku? Baby sister?" tanya Sarah pada dirinya sendiri. Sarah mengedikkan bahunya, sambil berjalan mendekati kasur gadis kecil yang disebut Aira.
"Aira??" Sarah menepuk-nepuk tangan Aira pelan, dan tanpa menunggu lama, mata Aira mengerjap pelan. Tangan mungilnya mulai bergerak mengucek kedua matanya. Sarah antusias menunggu respon gadis kecil itu yang pastinya akan kebingungan. Tapi, sesaat kemudian perkiraannya salah. Aira menatapnya dengan lemah dan sedetik kemudian bergerak cepat ke pojok kasur dengan mata terbelalak kaget bukan main.
"Ai-Aira?" ucap Sarah salah tingkah, dia bahkan melangkah mundur karena melihat respon Aira.
"Tu-tunggu sebentar." Sarah berbalik, dan bergerak cepat meraih botol mineral di meja dekat pintu "Minumlah." Sarah mejulurkan tangannya sambil tersenyum , berharap Aira dapat mengurangi ketakutannya.
Tiba-tiba wajah Aira memerah, keningnya berkerut bukan main, dengan cepat dia menepis tangan Sarah, membuat botol air mineral itu jatuh menggelinding di lantai berubin.
"Kenapa air?!" tanya Aira
"Ya karena.."
"Kenapa kamu kasi Aira air?! Aira mau lolipop, bukan air!" teriak Aira tak terima, dia mulai merengek dan kemudian meraung-raung sambil melemparkan bantal ke arah Sarah.
Sarah mengelus dadanya dengan sabar, dia dibuat gelagapan, dengan langkah cepat ia keluar dari kamar, menuju ruang poli gigi anak, dan meminta lolipop ke salah satu perawat. Memang di setiap poli gigi rumah sakit di penjuru kotanya, selalu menyediakan lolipop untuk anak-anak sebagai hadiah karena berhasil mengalahkan ketakutannya mencabut gigi.
Sarah kembali dengan nafas ngos-ngosan, dan berdiri kaku di ambang pintu ketika melihat pemandangan di depannya. Dua orang laki-laki berjas dan Dokter sedang mengelilingi Aira, bahkan Aira sekarang sedang dipeluk oleh salah satu laki-laki bercambang tipis.
Mungkin itu abangnya? ya siapa yang tahu. Sarah tersenyum miring, akhirnya dia tidak perlu pening lagi menuruti anak itu, baru saja dia akan berbalik sampai tiba-tiba pekikan Aira menghentikan langkahnya.
"Sini, tolong kesini!" teriak Aira, Sarah berbalik perlahan, dan benar saja, semua mata sedang menatapnya. Mau tak mau, Sarah bergerak maju dengan tak nyaman, karena dua laki-laki berjas itu sekarang sedang menatapnya dengan tajam.
"Iya?"
"Mommy, sini lolipopnya?"
"What?" Sarah menutup mulutnya spontan karena laki-laki dengan cambang tipis itu berucap hal yang sama dengannya
"Dia Mommy, Daddy." ucap Aira lagi, Sarah mengedip-ngedipkan matanya tak percaya, tubuhnya kaku tak dapat bergerak sedikitpun mendengar omongan tanpa dosa yang di lontarkan Aira.
"Bu-bukan sayang, dia bukan Mommy" ucap lelaki itu, ternyata.. ternyata itu bukan abangnya, tapi bapaknya ?
"Iya, Daddy. Dia Mommy!" balas Aira tak mau kalah
"Kamu salah orang, Aira. Ini lolipop mu, Saya permisi." Sarah menyerahkan lolipop ke tangan Aira, dan detik itu juga tangannya di genggam oleh Aira.
"Jangan pergi, Mommy." ucap Aira dengan mata berkaca-kaca
"Dia bukan Mommy, Sayang."
"Dia Mommy! Lihat wajahnya, jelek, rambutnya jelek, kulitnya jelek, dia pasti Mommy. Daddy yang bilang begitu! jangan bohongkan Aira lagi" ucap Aira tak terima
Sarah dibuat tak berkutik, matanya terbelalak mendengar penuturan Aira yang benar-benar terlalu jujur.
"Dia memang jelek, banyak orang seperti itu di kota, dia bukan Mommy."
Sarah megelus dadanya dengan sabar, oke cukup sudah pelecehannya!
"Dia yang selamatin Aira, dia teriak-teriak minta tolong, Aira dengar tadi. Dia juga beri Aira lolipop, dan dia tau nama Aira!"
" Cukup-cukup, Saya tak ingin mencampuri drama keluarga, Saya mohon permisi." ucap Sarah dengan wajah merah padam, bukannya ucapan terima kasih, yang didapatnya malah penghinaan. Tanpa menunggu jawaban, Sarah langsung melangkah lebar-lebar dengan napas memburu karena emosi.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu, sampai tiba-tiba tangannya dicegat "Tolong, saya bukan Mommy-nya!" desis Sarah kesal bukan main, dia berbalik dan mendapati lelaki bercambang tipis itu menatapnya dengan tak enak.
"Maaf atas ketidaknyamanan tadi. Anak saya selalu mencari Mommy-nya, tadi juga dia kabur dari rumah, saya mau ucapkan terima kasih, berkatmu anak saya selamat, dan juga.. ini" ucap lelaki itu panjang lebar, dia menyerahan tiga lebaran uang seratus dollar.
Sarah melotot memandang uang kertas itu dengan tak percaya, dollar? yang benar saja! itu memang benar-benar uang dollar!
"Tidak usah, saya ikhlas kok." ucap Sarah munafik, dia menelan salivahnya melihat uang kertas ditangan lelaki itu
"Ini ucapan terima kasih saya. Nama saya Damian." ucap lelaki itu kemudian meletakkan uangnya dengan paksa ditangan Sarah
"Saya Sarah." ucap Sarah sambil tersenyum simpul "Terima kasih" ucapnya lagi, hampir tak tersipu melihat senyuman manis di wajah Damian, sampai akhirnya
"Soal tadi, em.. tentang jelek..." ucap Damian sambil menggaruk tengkuknya tak nyaman
"Ha?"
"Saya minta maaf..."
"Tidak apa-apa, kenyataannya memang begitu, kok."
"Baiklah, terima kasih." lanjut Damian, dan kemudian berbalik meninggalkan Sarah.
Okey, memang dirinya jelek kok, jadi tak perlu marah-marah jika orang lain juga mengakuinya, batin Sarah berusaha menenangkan diri. Dia beralih menatap tiga lembar uang kertas berharga di tangannya. Senyum lebar mewarnai bibirnya yang kering. Walaupun Sarah sekolah hanya tamatan SMA tapi jujur saja ia pintar menghitung, uang ditangannya saat ini sama dengan gaji seluruh pekerjaan paruh waktunya selama sebulan. Sarah patut bersyukur, untung saja Damian memaksanya menerima uang ini tadi, kalau tidak, bisa dipastikan dirinya benar-benar akan menyesal seumur hidup!
Sarah tersenyum senang, dan baru saja kakinya berniat melangkah kembali, suara teriakan anak kecil yang tak lain adalah Aira terdengar ditelinganya, meneriak-neriaki sebutan Mommy.
Anak yang malang, batin Sarah. Dia mengedikkan bahunya, berjalan sambil tersenyum senang tanpa menyadari dibelakangnya, Aira sedang berlarian kearahnya dan langsung di gendong oleh Damian untuk mencegahnya dengan wajah lelah.
♕♕♕
Hallo ini Sarah :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs.Johnson
RomanceSarah Evans, perempuan yang biasa-biasa saja, jauh dari kata cantik apalagi kaya, banting tulang kerja sana-sini demi sesuap nasi, yang selalu saja mengeluh ketika berkaca, dan mengumpat kesal karena penampilannya, tapi? siapa sangka, karena penamp...