Forth: Decision

62 7 0
                                    

Sarah merebahkan tubuhnya dikasur untuk kesekian kalinya, karena sejak tadi yang ia lakukan hanya keluar masuk wc, memakan cemilan dan malas-malasan di kamar. Hari yang cukup membahagiakan karena uang yang diberikan lelaki bernama Damian, Sarah jadi tak perlu susah-susah kerja beberapa hari ini, Sarah meminta cuti dengan alasan ingin beristirahat, dan ajaibnya langsung diizinkan oleh tiga atasan dari tiga tempat kerjanya.

Baru saja Sarah hendak membuka kulkas untuk mengambil es krim yang tadi malam ia beli, sampai bunyi ponsel nya bergetar disaku celana, menandakan ada pesan masuk.

Ke kantor sekarang juga

Sarah mengedipkan matanya berkali kali, memastikan pandangannya tak salah ketika membaca pesan dari kepala OB di salah satu perusahaan tempatnya bekerja.

Sarah bahkan belum menghabiskan masa cuti yang ia minta, ini bahkan baru hari ketiga! Masih ada satu hari lagi untuknya libur, dengan berat hati Sarah mengetikan pesan untuk membalas

Maaf, bukankah masih tersisa satu hari lagi untuk cuti saya ya, Bu?

Terkirim.

Dengan perasaan tak enak Sarah menunggu balasan, pikiran aneh mulai merayap diotaknya, jangan-jangan ia melakukan kesalahan sebelum cuti? Dan Ibu itu baru menyadarinya sekarang? Atau Ibu itu sudah mengetahui bahwa Sarah telah melanggar ketentuan dan syarat bekerja di perusahaan dengan bekerja di instansi lain diwaktu yang bersamaan! Seharusnya itu tak menjadi masalah, karena Sarah melakukan pekerjaan OG nya dengan benar, bukan? Tapi tetap saja ia melanggar peraturan!

Sarah berdecak kesal, sekarang ia sudah kehilangan selera untuk memakan es krim, dengan cepat ia bergerak menuju kamar, meraih celana jeans hitam yang bergantung, dan sweeter berwarna dusty pink.

Sarah bergerak cepat, dan tepat ketika ia sudah berada diluar dan siap akan menutup pintu, Sarah baru ingat kalau dia belum mandi.
Sarah menghela nafas dengan sabar atas kepikunannya, Ah sudahlah, toh mandi ataupun tidak, orang tidak akan menyadarinya. Dan tentu saja Sarah tak mempermasalahkannya, for sure dia tidak pernah bermasalah dengan bau badan.

***

"Damian, jadi bagaimana?" Ucap Eugene sambil duduk disebelahnya

"Kau bercanda ya, Jin? Kau pasti sudah tahu jawabannya." balas Damian sambil tersenyum seperti biasanya

Eugene menggeleng pelan melihat tingkah Damian, Damian memang sangat bisa merubah sikapnya, setiap berada di tempat kerja dia selalu dapat tersenyum ramah pada setiap karyawannya bahkan ketika keadaan hatinya sedang gelisah sekalipun .

"Terus, Aira bagaimana? Kau lupa dia sedang sakit? Kau tak kasihan padanya? Tolonglah pertimbangkan usulan ku."

Damian mendesah pelan, kemudian bangkit dari duduknya sambil menarik lengan Eugene, membawanya menghadap sekat kaca besar yang memisahkan antara ruang kepala OB dan bagian luar lantai tiga kantor itu

"Jin, coba kau perhatikan baik-baik, dan renungkan sebentar wanita bernama Sarah itu." ucap Damian dengan nada santai sambil menunjuk wanita dengan tampilan lusuh di sebrang kaca, wanita yang Damian temui beberapa hari lalu di rumah sakit

"Renungkan apa?" Tanya Eugene tak mengerti, Eugene bahkan sekarang sedang tersenyum ramah ke arah Sarah ketika tak sengaja mata mereka bertemu, Sarah sekarang sedang mengepel lantai tiga dengan seragam OG nya, walau tampil lusuh tapi Eugene dapat memperkirakan Sarah adalah tipikal orang yang ceria dan baik hati

"For god sake, Dia punya wajah kriminal!"

"Jangan menilai orang dari sampulnya dulu, itu hanya persfektif mu." Eugene menepuk bahu Damian pelan sambil berlalu, dan kembali duduk di sofa

"Dia karyawanmu, hanya kau pindahkan tempat saja, apa salahnya? Aira pasti tak mengerti kok, kalau dia cuma pesuruh dirumah mu nanti, tinggal sampaikan pada Kepala OB kalau kau ingin memindahkan tugas Sarah untuk bersih-bersih dirumah mu." Lanjut Eugene, terdengar Damian mendesah pelan, dia kembali duduk disamping Eugene. Eugene sebenarnya bukan hanya asisten dan bodyguard nya saja, lelaki bertubuh kekar dan berhati lembut itu sudah seperti saudara untuknya.

"Duh, maaf ya Pak, Bapak jadi menunggu lama." tiba-tiba wanita pertengahan usia dua puluh itu memasuki ruangan dengan senyum tak enak, "Maaf sudah buat Bapak menunggu." ucapnya lagi sambil tetap berdiri di dekat pintu

"Iya, tidak apa-apa, masuklah dan duduk saja, tidak perlu berdiri begitu, kau begitu malah terkesan ingin menyuruh ku keluar." maksud Damian ingin bergurau, tapi wanita itu kontan pucat pasi, dan langsung bergerak duduk ditempatnya dengan cepat "Maaf membuat bapak tersinggung."

"Hanya bercanda kok, kamu kepala OB yang baru, ya? Siapa namamu?"

"Deleny, Pak."

"Ah.. Iya, Deleny."

"Kenapa bapak ingin melihatnya? Apakah karyawan bernama Sarah ini berbuat salah, Pak?"

"Tidak sama sekali, aku hanya ingin melihatnya bekerja." Damian berdiri sambil mengancingkan kemeja hitam legam miliknya diikuti Eugene yang berada disebelahnya.

Damian mendesah pelan sebelum membuat keputusan "Hanya itu saja."

"Damian ... " Eugene mengernyit tak terima, mengingatkan

"Ayo pergi." ucap Damian kemudian berlalu.

"Demi tuhan! Aira sakit Damian, dia hanya ingin wanita itu, dan tepat sekali dia karyawan mu, apa susahnya?" desis Eugene sambil mensejajarkan langkahnya dengan Damian, Kepala OB itu hanya menatap bingung percakapan atasannya.

Damian berbalik dengan wajah merah padam, kini mereka berdua tak memperdulikan Deleny yang sedang memperhatikan dengan seksama

"Kau berani jamin anak ku baik-baik saja dengan orang asing, lusuh seperti itu, heh?" ujar Damian "Aira baru berumur lima tahun, dia tak mengerti apa yang dia inginkan."

"Aira tak pernah begini sebelumnya, Damian. Dia sakit sudah tiga hari sejak bertemu Sarah dan belum sembuh."

Damian mendesah pelan, mendengar penuturan Eugene "Aku tau kau menganggapnya seperti anak sendiri, tapi ingatlah batasan Eugene!"

"Aku berani jamin anakmu baik-baik saja!" ucap Eugene tegas, kemarin sejak pulang dari rumah sakit, Aira selalu menangis tiap malam, meraung-raungkan sebutan mommy, tanpa menunggu perintah dari Damian, Eugene mecari sendiri informasi mengenai wanita dirumah sakit yang menyelamatkan Aira dan bernama Sarah, dan demi apapun Eugene bahagia ketika mendapatkan fakta bahwa Sarah bekerja di perusahaan penyiaran milik Damian. "Aku yang akan mengawasinya."

"Baiklah, tapi kalau Aira tidak sembuh juga, wanita itu akan ku pecat." ucap Damian dengan tenang "Dari perusahaan."

"Maaf Pak, saya ingin mencela" ucap Deleny tiba-tiba dengan wajah kebingungan

"Sudah kau lakukan." balas Damian

"Oh iya maaf Pak, Menurut saya, bapak tanya dulu Sarah nya, takut nantinya, Bapak sudah susah-susah berdebat, tapi, Sarah malah menolak." ucap Deleny seakan-akan sarannya sangat dibutuhkan saat ini, Damian tertawa sinis setelahnya sambil mengedikkan bahu mendengar usulan karyawannya itu yang malah membuatnya bertambah kesal

"Kenapa karyawanku lancang semua, ya?" sindir Damian sambil tersenyum miring "Perintahkan Sarah untuk bertemu dengan ku, di rumah, hari ini, jam tujuh malam."

♕♕♕

Mrs.JohnsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang