Second: Rain

128 16 3
                                    

Aira mau cari Mommy dulu!

Damian berusaha menetralkan detak jantungnya melihat secarik kertas yang tergeletak diatas kasur Aira. Tadinya ia berniat akan membacakan dongeng untuk Aira seperti kebiasaannya, tapi kali ini yang ia temukan hanya secarik kertas berwarna merah muda itu.

Damian menyesal setengah mati, tadi dia menyuruh Aira tidur setelah memarahinya karena bertanya tentang Carla, akibatnya sekarang Aira pergi entah kemana dan tanpa izinnya, untuk mencari Mommy? yang benar saja, apakah Daddy tidak cukup untuknya?

Damian melangkah lebar-lebar ke ruang tengah, mengintari pandangannya dan hanya menemukan suasana sepi disana"Eugene!! Eugene?!" teriak Damian menggema dipenjuru rumah, tak butuh waktu lama untuk beberapa pekerja rumah muncul dengan raut wajah khawatir, begitupula Eugene yang berlarian kearahnya "Kemana Aira?" tanya Damian dengan nada tinggi, dia sesekali mengatur napasnya, berusaha tenang dikondisi yang membuatnya ingin memecat semua pegawai dirumahnya.

"Aira? Tadi bukannya bersama mu?" tanya Eugene kebingungan

"Seramai ini tidak ada satupun yang melihat Aira keluar?!" geram Damian, tak memperdulikan pertanyaan Eugene yang malah membuat emosinya makin memuncak. Tujuh pegawai rumahnya hanya diam sambil menunduk dalam-dalam.

"Demi tuhan! Dia baru lima tahun dan berkeliaran entah kemana sekarang!" teriak Damian lagi, tanpa bisa ia tahan, dia mendorong vas bunga berukuran tiga kaki disampingnya, membuat suara kaca pecah mengerikan terdengar nyaring.

"Damian tenang dulu..." Eugene bergerak berusaha menghalau Damian yang sekarang sudah memegangi bantal sofa yang siap ia koyakkan.

"Tenang kata mu, bagaimana aku bisa..." Damian memperpelan suaranya ketika sebuah pemikiran yang lebih masuk akal dibanding merusak prabot rumah memenuhi logikanya "Kalian ber-tujuh, cari Aira disetiap sudut rumah." ucap Damian tegas, ke-tujuh pekerja langsung mengangguk dan berpencar keberbagai arah dengan wajah pucat pasi.

"Eugene, kau ikut dengan ku. Jika benar Aira pergi keluar, dia pasti belum jauh." ucap Damian sambil berlalu dari hadapan Eugene menuju pintu utama.

Dengan cepat Eugene berbalik membukakan Damian pintu dan syok kemudian melihat air yang mengalir turun dari langit "Damian, hujan." gumam Eugene pelan, tapi tak mendapat repon apa-apa dari Damian, lelaki itu berdiri kaku dibelakangnya. Dengan perlahan Eugene berbalik dan harus syok untuk kedua kalinya karena melihat majikannya itu menangis di tempat.

"Sejak kapan hujan?" tanya Damian pelan "Aku tanya, hujan ini sejak kapan turun!" teriak Damian dengan wajah merah padam.

"Tadi sewaktu kau memanggilku, masih belum hujan, bisa dipastikan hujan turun baru beberapa saat lalu." balas Eugene yang dihadiahi erangan dari Damian.

"Aira menderita ombrophobia."

"Tapi ini hanya gerimis, Damian. Ayo dia belum jauh." ucap Eugene menarik Damian kuat. Mereka berjalan bersisian menuju mobil yang terparkir rapi dihalaman. Baru saja Damian mau membuka pintu mobil sampai tiba-tiba suara menggelegar dari langit membuat kakinya melemas seketika.

"Dia bisa pingsan." balas Damian dengan wajah pucat pasi mendengar petir yang bisa saja membuat Aira pingsan seperti waktu-waktu sebelumnya, karena Aira phobia hujan dan suara petir.

"Cepat masuk Damian! Kita akan menemukannya!" teriak Eugene panik.

***

Sarah bersenandung pelan, menikmati curah hujan dan alunan musik yang didengarnya di salah satu saluran radio taxinya. Lagu klasik yang dapat sedikit menghiburnya dari apa yang ia pikirkan tadi sewaktu berkaca.

Sarah berkendara dengan pelan, kali ini dia ingin menikmati pemandangan indah beberapa rumah orang kaya dengan melewati jalan yang membuatnya lama untuk sampai. Tiba-tiba sinar lampu terang benderang mengganti fokusnya, sebuah rumah modern abad pertengahan itu berdiri megah sendirinya walau sedikit tertutupi pagar yang menjulang tinggi hingga ke atas.

Sarah berdecak kagum dan terlonjak kaget dari balik kemudi ketika suara petir menggelegar, dia mengelus dadanya beberapakali, meredakan jantungnya yang terkejut dan sedang memompa dengan cepat.

Baru saja Sarah berniat akan bersenandung lagi, sampai akhirnya matanya melotot kaget melihat penampakan yang mengerikan berada tak jauh dari pagar. Seorang gadis kecil bergaun tidur pink muda dengan rambut panjang terturai sedang meringkuk di atas aspal sambil memeluk lututnya. Dengan sigap Sarah turun dari taxi, dan menganga kaget ketika melihat anak kecil itu telah mengigil melihat bibirnya yang bergetar hebat.

"Daddy.. " raungnya lemah sambil tetap memeluk lututnya dengan tubuh bergetart. Panik, Sarah langsung bergerak menggendong dan memasukkannya kedalam taxi. Dia tahu rumah sakit yang berada tak jauh dari sini. Anak kecil itu harus segera ditolong, dan yang bisa diharapkan saat ini, hanya dirinya. Tanpa aba-aba, Sarah men-gas taxi-nya dengan kecepatan penuh, menerobos gelapnya malam dengan kedua senter di mobil taxinya.

Dia harus cepat sampai, gadis kecil itu harus segera diberikan pertolongan pertama! tekad Sarah. Dia membelok-kan taxinya dengan tikungan tajam tanpa memeprdulikan ban nya yang tergelincir. Gadis kecil itu akan selamat, batinnya lagi menyakinkan diri sambil sesekali melihatnya melewati kaca dengan khawatir.

♕♕♕


Hallo ini Damian :*

Hallo ini Damian :*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mrs.JohnsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang